Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Devi Lusiani Anastasia
"Pada masa pertumbuhan, dibutuhkan asupan kalsium yang adekuat untuk mencapai puncak agar tulang tidak kehilangan kepadatannya di masa tua. Masa remaja merupakan masa yang baik untuk memaksimalkan kepadatan tulang karena pada masa ini lebih banyak terjadi pembentukkan massa tulang, penyimpanan dan penyerapan kalsium dari diet daripada masa anak-anak dan dewasa. Namun para remaja di dunia pada umumnya kurang asupan kalsium, termasuk di Indonesia. Masih rendahnya asupan kalsium pada remaja, membuat peneliti ingin mengetahui bagaimana sebenarnya gambaran dan faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan frekuensi konsumsi bahan makanan sumber kalsium pada remaja.
Penelitian ini berlangsung pada bulan April-Juni tahun 2008 dengan responden penelitian adalah remaja usia 12-16 tahun di tiga SMP di wilayah Depok pada tahun 2008. Ketiga SMP dipilih berdasarkan status sosial ekonomi tinggi, menengah, dan rendah. Remaja SMP dipilih dengan alasan remaja SMP karena kebutuhan kalsium paling penting pada remaja untuk mencegah terjadinya osteoporosis di usia lanjut. Penelitian menggunakan desain studi cross-sectional.
Variabel independen meliputi jenis kelamin, pengetahuan kalsium pada remaja dan ibu, ketersediaan bahan makanan sumber kalsium di rumah, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, jumlah anggota keluarga, kebiasaan jajan, dan peer group, sedangkan variabel dependennya adalah frekuensi konsumsi bahan makanan sumber kalsium pada remaja.
Pengumpulan data dilakukan dilakukan dengan menyebarkan angket kepada responden remaja di sekolah dan ibu di rumah. Manajemen data yang dilakukan adalah pengkodean data, penyuntingan data, pemasukan data, dan pembersihan data. Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat untuk melihat gambaran dan analisis bivariat untuk melihat hubungan antara variabel. Jumlah responden pada penelitian ini berjumlah 204 pasang remaja-ibu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 60.8% remaja di tiga SMP di Depok berjenis kelamin perempuan, 52.5% remaja memiliki pengetahuan yang cukup baik, 37.7% remaja memiliki ayah bekerja sebagai pegawai swasta, 64.7% remaja memiliki ibu tidak bekerja, 43.1% remaja memiliki ayah dengan pendidikan lulusan SMA, 46.6% remaja memiliki ibu dengan pendidikan lulusan SMA, 33.8% remaja memiliki pendapatan keluarga lebih dari Rp 4.000.000, dan 64.2% remaja merupakan keluarga kecil. Sebanyak 52% ibu remaja memiliki pengetahuan kalsium yang cukup baik, 60.8% remaja sering jajan di sekolah, dan 75.4% remaja memiliki frekuensi konsumsi bahan makanan sumber kalsium yang tergolong sering.
Terdapat hubungan yang bermakna antara ketersediaan bahan makanan sumber kalsium di rumah dengan frekuensi konsumsi kalsium pada remaja. Terdapat kecenderungan bahwa remaja dengan pengetahuan yang cukup, terjadi pada ibu yang juga memiliki pengetahuan yang cukup dan pada pengetahuan ibu yang cukup cenderung memiliki remaja dengan frekuensi konsumsi sumber kalsium sering. Terdapat kecenderungan bahwa frekuensi ketersediaan sumber kalsium sering, lebih banyak terjadi pada keluarga kecil. Frekuensi jajan tidak berhubungan dengan frekuensi konsumsi bahan makanan sumber kalsium tetapi juga tidak berhubungan dengan frekuensi jajan. Baik remaja, orang tua, maupun pihak sekolah hendaknya bekerja sama meningkatkan frekuensi konsumsi kalsium pada remaja misalnya dengan mengadakan penyuluhan kepada remaja dan orang tua yang diselenggarakan oleh pihak sekolah dan menetapkan kebijakan kantin sehat di sekolah."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Lusiani Anastasia
"ABSTRAK
Di Indonesia, prevalensi stunting pada balita masih cukup tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran, faktor-faktor yang berhubungan, faktor dominan, dan perilaku unik positif kejadian stunting pada balita. Faktor-faktor tersebut adalah jumlah anggota keluarga, keanekaragaman makanan, perilaku pemberian makan, perilaku pengasuhan anak, perilaku kebersihan, dan perilaku pemeliharaan kesehatan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif cross-sectional dan kualitatif yang dimulai dari bulan April hingga Juni 2014.
Terdapat 103 responden survei yang telah menyelesaikan pengisian dan wawancara kuesioner, serta pengukuran panjang atau tinggi badan balita. Selain itu terdapat 24 orang informan diskusi kelompok ibu, bapak, dan nenek, serta 5 keluarga balita yang dikunjungi rumahnya. Hasil penelitian survei kuantitatif menunjukkan bahwa proporsi kejadian stunting pada balita di Desa Babelan Kota yaitu sebesar 27.2% (kategori sedang) dan perilaku pengasuhan merupakan faktor dominan stunting. Hasil penelitian menyarankan agar balita dapat mengadopsi perilaku unik positif yang ditemukan yaitu, anak makan sendiri menggunakan sendok, mandi sehari 3 kali, menggunakan alas kaki saat keluar rumah, dan ibu menyuruh anak istirahat saat sakit.

ABSTRACT
In Indonesia, the prevalence of stunting in children under five is still quite high. The purpose of this study to describe factors associated, the dominant factor, and the positive unique behavior of stunting in children under five. These factors are the number of family members, the dietary diversity, feeding behavior, parenting behavior, hygiene and sanitation behavior, and health-seeking behavior.
This study uses cross-sectional quantitative research and qualitative starts from April to June 2014. There were 103 survey respondents who have completed filling questionnaires and interviews, as well as the length or height measurements of under five children. In addition there are 24 discussion group informants of mother, father, and grandmother, as well as 5 families of children whose home are visited. The results of the quantitative survey research shows that the proportion of the incidence of stunting in children under five in the village Babelan Kota is 27.2% (medium category) and parenting behavior is a dominant factor of stunting.
The results of the study suggest that children can adopt positive unique behaviors that was found, child use a spoon to feed themselves, bath 3 times a day, using the footwear when going out of the house, and the mother tells the child to rest whenever ill."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41907
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library