Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Dian Aryanti
Abstrak :
Peningkatan tekanan intrakranial merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa. Perawat berperan dalam manajemen peningkatan tekanan intrakranial. Tingkat pengetahuan perawat berpengaruh terhadap kualitas manajemen peningkatan Tekanan Intrakranial. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi tingkat pengetahuan perawat tentang manajemen peningkatan tekanan intrakranial. Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan 49 perawat di Ruang Neurologi, Stroke Unit, dan Bedah Saraf RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dengan metode total sampling. Hasil penelitian menunjukan mayoritas responden berpengetahuan kurang (59,2%). Ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan tingkat pengetahuan perawat tentang manajemen peningkatan Tekanan Intrakranial (p=0,048). Analisa data menggunakan Chi Square. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi untuk evaluasi meningkatkan kompetensi perawat dalam manajemen peningkatan tekanan intrakranial.
......Increased intracranial pressure is a life threatening condition. Nurses have a role in management of increased intracranial pressure. The knowledge level of nurses influence quality in management of increased intracranial pressure. This study aimed to identify the factors that knowledge level of nurses about the management of increased Intracranial Pressure. This study used descriptive correlation design with cross sectional method, which involved 49 nurses, in the Neurology Room, Stroke Unit, and Neurosurgery at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo using the total sampling method. The results showed a majority of respondents have less knowledge 59,2%. There is a significant association between the education level and of knowledge level about management of increased intracranial pressure p=0,048. The statistical test used the Chi Square test. This study could provide informations to increase nurses competencies in the management of increased intracranial pressure.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dian Aryanti
Abstrak :
Kejadian disfagia ditemukan 19% sampai 81% pada pasien stroke. Perawat merupakan salah satu dari tenaga kesehatan yang memegang peranan penting dalam manajemen disfagia Keterlambatan manajemen disfagia akan mengakibatkan terjadinya komplikasi disfagia. Komplikasi akibat disfagia adalah terjadinya pneumonia, malnutrisi, dehidrasi bahkan kematian. Tujuan dari karya tulis ini adalah untuk menganalisis kegiatan pemberian intervensi oral motor exercise pada Tn. R dengan stroke iskemik yang mengalami paresis NVII sinistra sentral dan paresis NXII sinistra sehingga terganggu dalam proses menelan. Oral motor exercise merupakan latihan pergerakan lidah, bibir, dan rahang. Skrining yang digunakan menggunakan format Massey Bedside Swallowing Screen (MBSS) dan evaluasi intervensi menggunakan format Royal Adelaide Prognostic Index for Dysphagic Stroke (RAPIDS). Latihan oral motor exercise dilakukan sehari sekali dalam 10 menit selama 6 hari. Hasil dari karya ilmiah ini menunjukan adanya peningkatan fungsi menelan yang dinilai dengan Tes RAPIDS (Royal Adelaide Prognostic Index for Dysphagic Stroke). Skor RAPIDS sebelum dilakukan intervensi adalah 79, dan skor RAPIDS setelah dilakukan intervensi menjadi 91. Karya ilmiah ini diharapkan dapat digunakan menjadi salah satu dasar untuk dijadikan panduan dalam pembuatan Standar Prosedur Operasional latihan menelan untuk pasien disfagia oral.
......Incidence of dysphagia found 19% to 81% in stroke patients. Nurses are one of the health workers who play an important role in the management of dysphagia. Delay in the management of dysphagia will result in complications of dysphagia such as pneumonia, malnutrition, dehydration and even death. The purpose of this paper to analyze the activities of oral motor exercise intervention in stroke patients in restoring swallowing function. Mr. R with ischemic stroke who has central NVII sinistra paresis and NXII sinistra paresis so that it is disturbed in the swallowing process. Oral motor exercise is an exercise in the movement of the tongue, lips, and jaw used for swallowing exercises. Oral motor exercise is done once a day in 10 minutes for 6 days. Screening used Massey Bedside Swallowing Screen (MBSS) and evaluation of intervention using royal Adelaide Prognostic Index for Dysphagic Stroke (RAPIDS). The results showed an improvement in swallowing function assessed by the RAPIDS Test (Royal Adelaide Prognostic Index for Dysphagic Stroke). The RAPIDS score before the intervention was 79, and the RAPIDS score after the intervention was 91. This paper expected to be used as one of the bases to be used as a guide in the creation of Standard Operating Procedures for swallowing exercises for patients with oral dysphagia.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library