Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Dimas Sukma Sajati, suvervisor
"Kurkumin merupakan bahan alam yang berasal dari tanaman kunyit (Curcuma longa Linn.) yang memiliki banyak khasiat, salah satunya yaitu antiinflamasi. Namun, kurkumin memiliki kelarutan yang sukar larut dalam air dan tingkat bioavailabilitas oral yang rendah karena metabolisme lintas pertama pada saluran pencernaan sehingga penggunaannya secara klinis menjadi terbatas. Maka dari itu, pada penelitian ini dibuat nanoemulsi kurkumin dalam bentuk injeksi parenteral yang bertujuan untuk meningkatkan kelarutan dan bioavailabilitas kurkumin serta mengevaluasi stabilitas fisik dan kimianya. Kurkumin diformulasikan dalam bentuk nanoemulsi parenteral dengan pembawa kombinasi minyak kelapa sawit dan minyak kelapa, lesitin telur, gliserin, sodium oleat, etanol 96%, dan aquabidest. Nanoemulsi diformulasikan menggunakan homogenizer dengan kecepatan tinggi yaitu 10000 rpm, kemudian dilakukan pengecilan ukuran partikel menggunakan ultrasonikator selama 10 menit dengan frekuensi 60 kHz. Perbandingan konsentrasi kombinasi minyak kelapa sawit dengan minyak kelapa sebesar (1:1) menghasilkan sediaan nanoemulsi kurkumin untuk injeksi parenteral yang optimum. Karakteristik nanoemulsi kurkumin yang baik diperoleh dengan penggunaan konsentrasi surfaktan 1,5% dan 3% yang ditunjukkan ukuran globul <500 nm, memiliki morfologi globul yang sferis, dan memiliki nilai viskositas yang rendah sesuai dengan karakteristik nanoemulsi untuk injeksi parenteral, sementara penggunaan konsentrasi surfaktan 1% terjadi pemisahan fase dengan adanya globul minyak pada permukaan nanoemulsi. Kestabilan yang baik dari nanoemulsi kurkumin diperoleh dengan penggunaan konsentrasi surfaktan 1,5% dan 3% berdasarkan evaluasi stabilitas fisik dan kimia dengan penyimpanan pada suhu rendah (4°C ± 2°C), suhu ruang (30°C ± 2°C), dan suhu tinggi (40°C ± 2°C) selama penyimpanan 4 minggu; uji sentrifugasi; dan cycling test.
Curcumin is a natural ingredient derived from the turmeric plant (Curcuma longa Linn.) which has wide pharmacological activity, such as antiinflammatory. However, curcumin has poor solubility in water and low level of oral bioavailability due to first-pass metabolism in the gastrointestinal tract, so the clinical use was limited. Therefore, in this study, curcumin nanoemulsion was made in the form of parenteral injection which aims to increase the solubility and bioavailability of curcumin and evaluate the stability. Curcumin was formulated in the form of parenteral nanoemulsion with carrier combination of palm oil and coconut oil, egg lecithin, glycerin, sodium oleate, 96% ethanol, and aquabidest. Nanoemulsion was formulated using high speed homogenizer at 10000 rpm, then the particle size was reduced using an ultrasonicator for 10 minutes with a frequency of 60 kHz. The combination concentration ratio of palm oil and coconut oil (1:1) resulted in the optimum preparation of curcumin nanoemulsion for parenteral injection. The good characteristics of curcumin nanoemulsion were obtained by using 1.5% and 3% surfactant concentrations which showed globule size <500 nm, spherical globule morphology, and low viscosity according to the characteristics of nanoemulsion for parenteral injection, while the used of surfactant concentration 1 % occured phase separation in presence of oil globules on the surface of the nanoemulsion. The good stability of the curcumin nanoemulsion was obtained with the use of 1.5% and 3% surfactant concentrations based on the evaluation of physical and chemical stability by storage at low temperature (4°C ± 2°C), room temperature (30°C ± 2°C), and high temperature (40°C ± 2°C) during 4 weeks storage; centrifugation test; and cycling test."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dimas Sukma Sajati, suvervisor
"Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular penyebab kematian diseluruh dunia yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis. Tuberkulosis Paru masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Dampak yang timbul apabila masyarakat kurang mengetahui tentang Tuberkulosis Paru adalah akan bertambahnya penderita Tuberkulosis Paru baru dan akan meningkatkan angka kematian. Pengetahuan masyarakat tentang Tuberkulosis Paru sangat diperlukan untuk memutus mata rantai penularan tuberculosis. Dalam studi ini, Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo menjadi subjek evaluasi. Penelitian ini dilakukan dengan desain obeservasional menggunakan analisis deskriptif. Kesimpulan dari studi ini adalah tingkat pengetahuan masyarakat di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo mengenai penyakit Tuberkulosis Paru sudah cukup baik dengan diketahui dari hasil penilaian berdasarkan kuesioner sebanyak 80% responden dinyatakan sangat paham, dan 20% responden lainnya dinyatakan paham. Tingkat pengetahuan masyarakat di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo mengenai cara minum dan kepatuhan minum obat TB sudah cukup baik dengan 80% responden menjawab dengan benar dan 20% lainnya menjawab dengan salah sehingga perlu ditingkatkan kembali penyuluhan. Pemberian informasi kepada masyarakat tentang penyakit Tuberkulosis Paru melalui kegiatan penyuluhan dan pembagian leaflet di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo berjalan dengan lancar sehingga diharapkan dapat mengurangi resiko penularannya.
Tuberculosis (TB) is an infectious disease that causes death worldwide caused by infection with the bacterium Mycobacterium tuberculosis. This disease spreads through droplets of people who have been infected with tuberculosis bacilli. Pulmonary Tuberculosis is still a public health problem. The impact that arises when people do not know about Pulmonary Tuberculosis is that there will be an increase in new Pulmonary Tuberculosis sufferers and will increase in the death rate. Public knowledge about pulmonary tuberculosis is needed to break the chain of transmission of tuberculosis. In this study, the Pasar Rebo District Health Center was the subject of evaluation. This research was conducted with an observational design using descriptive analysis. The conclusion from this study is that the level of public knowledge in the Pasar Rebo District Health Center regarding Pulmonary Tuberculosis is quite good. It is known from the results of the assessment based on the questionnaire that 80% of respondents stated that they understood very well, and 20% of other respondents stated that they understood. The level of public knowledge at the Pasar Rebo District Health Center regarding how to drink and adherence to taking TB medication is quite good with 80% of respondents answering correctly and the other 20% answering incorrectly so counseling needs to be increased. Providing information to the public about pulmonary tuberculosis through outreach activities and distribution of leaflets at the Pasar Rebo District Health Center is running smoothly so it is expected to reduce the risk of transmission."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library