Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Dizi Mardiansyah
"Sebagian besar gemuk yang dijual di pasaran menggunakan bahan base oil minyak mineral dan thickening agent sabun lithium. Aplikasi gemuk dijumpai pada sistem pelumasan yang sederhana seperti pelumasan ball bearing pada as roda dan lain-lain. base oil EFAMEGLI dan mineral oil. Gemuk yang dibuat ini diharapkan mempunyai sifat biodegradability dibandingkan dengan gemuk dengan bahan base oil minyak mineral, dikarenakan gemuk bio menggunakan base oil minyak nabati. Bahan thickening yang digunakan adalah sabun kalsium dan litium, dimana gemuk kalsium diperuntukkan pada gemuk foodgrade sedangkan gemuk litium untuk gemuk tahan panas. Pembuatan gemuk bio dan semi bio dibuat dengan autoclave (reaktor tertutup), dengan temperatur pemasakan 160-200_C. Kemudian dilakukan pendinginan dan homogenisasi. Adapun uji karakteristik yang dilakukan diantaranya penetration, dropping point dan four ball test. Dari hasil pengamatan secara visual warna yang dihasilkan putih dan bentuknya halus (homogen). Dari hasil uji pada gemuk semi bio dengan komposisi sabun litium 15% menunjukkan bahwa dengan pengaruh komposisi EFAMEGLI dapat menaikan dropping point dan memperbaiki anti keausannya. Sedangkan untuk penetrasi dengan NLGI # 2 dan 3 terdapat pada komposisi EFAMEGLI 20-40%.
Most of grease that sold in the market is using base oil made form mineral oil and thickening agent from lithium soap, Grease application, it is use don simple lubrication system such as ball bearing on axle Wheel and etc. In this experiment the grease had been made from mixing base oil from EFAMEGLI and mineral oil. The thickening material that had been used are calcium soap and lithium soap. The grease that had been made are expected to have a better biodegrability and stability compared to grease with mineral oil as base oil. This could be happened because of usage of vegetable oil as base oil, which has an edible and biodegradeble char_cter compared to mineral oil. Bio and semi bio grease production wih autoclave (close reactor) with heater temperatur at 160-200 OC. After that cooling and homogenisation. The test characteristic such as penetration, dropping point dan four ball test. By using vegetable oil and mineral oil in biogrease production we could know that the grease are made with autoclave (close reactor) which has a whiter color and more refined (homogen). The test result shown that to obtain biogrease 15 % lithium with a base oil from EFAMEGLI and mineral oil with a better penetration, dropping point and anti wornout stability compared to grease with base oil from mineral oil need much more composition of vegetable oil (EFAMEGLI) 20-40% to have NLGI number 2-3."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49612
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Dizi Mardiansyah
"Boronisasi merupakan perlakuan termokimia yang mampu membentuk lapisan yang sangat keras dan tahan aus pada permukaan logam. Teknik boronisasi dapat dilakukan pada berbagai macam bahan, seperti ferrous metal, non-ferrous metal dan bahan cermet. Pelapisan boron dilakukan dengan harapan dapat menjadi alternatif untuk menggantikan pelapisan dengan bahan lain, sehingga dapat menghasilkan bahan yang lebih baik dan murah. Dalam thesis ini, akan menentukan ketahanan abrasif lapisan borid pada baja karbon ST37 dan S45C dengan variasi waktu boronisasi. Proses boronisasi pada baja karbon ST37 dan S45C dilakukan pada temperatur 1000oC selama 6, 8 dan 12 jam dalam kondisi inert (menggunakan gas argon). Teknik boronisasi yang digunakan adalah powder-pack boronizing dengan komposisi serbuk 5% B4C, 5% KBF4 dan 90% SiC. Morfologi lapisan borid pada kedua baja menyerupai bentuk gigi gergaji. Pada permukaan lapisan dari masing-masing baja karbon menghasilkan beberapa fasa yaitu FeB, Fe2B dan CrB. Pengujian keausan abrasif menggunakan metode piringan berputar, dimana pengoprasiannya dengan kertas abrasif dan kekuatan antara beban gesek dan bahan uji. Berdasarkan jumlah abrasif dan ketahanan aus, lapisan borid pada baja S45C dan waktu boronisasi 8 jam menghasilkan lapisan borid yang memiliki ketahanan abrasif yang terbaik, dengan jumlah abrasif yang rendah dan ketahanan aus yang tinggi.
Boronizing is a thermochemical treatment that is able to form a layer of very hard and wear resistant metal surfaces. Boronizing techniques can be performed on various materials, such as ferrous metal, non-ferrous metal and cermets material. Boron coatings made with the hope to be an alternative to replace the coating with other materials, which can lead to better materials and cheap. In this thesis, will determine the resistance to abrasive layer borid on ST37 and S45C carbon steel with various boronizing time. Boronizing process on carbon steel ST37 and 1000oC S45C held at temperature for 6, 8 and 12 hours in an inert conditions (argon gas using). Boronizing technique used is powder-pack boronizing with B4C powder composition 5%, 5% and 90% SiC KBF4. The morphology of the second layer on the steel borid sawtooth-like shape. On the surface of each layer of carbon steel resulted in several phases of Feb, Fe2B and CrB. Abrasive wear testing using a rotating disc method, where the operation with abrasive paper and the friction force between the load and test materials. Based on the number of abrasive and wear resistance, coating on steel S45C borid and time boronisasi 8 hours produces borid layer that has the best abrasive resistance, with the result of a low abrasive and high wear resistance."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29094
UI - Tesis Open Universitas Indonesia Library