Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Kartika Sari
Abstrak :
Tujuan: Mengetahui konsentrasi dari virus Epstein-Barr pada saliva dengan teknik Real-Time PCR pada RS Kramat 128 Jakarta dan korelasinya dengan terapi antiretroviral, Limfosit T CD4 dan viral load HIV. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik deskriptif dengan metode potong lintang. Data didapatkan dari pasien HIV yang berkunjung ke RS Kramat 128 pada periode bulan September-Oktober 2019 dengan kelompok kontrol pegawai RS Kramat pada periode tersebut. Seluruh subjek penelitian (77 subjek, 53 HIV dan 24 non-HIV sebagai kelompok kontrol) yang bersedia berpartisipasi diminta untuk mengisi kuesioner, diperiksa rongga mulutnya, serta dikumpulkan salivanya dalam kondisi terstimulasi dan tidak terstimulasi. Saliva yang terkumpul kemudian diekstraksi DNA nya dan dilakukan pemeriksaan real-time PCR dengan menggunakan diagnostik kit untuk EBV pada Pusat Riset Virologi dan Kanker Patobiologi FKUI RSCM. Hasil: Konsentrasi virus Epstein-Barr pada saliva pasien HIV di RS Kramat 128 Jakarta secara statistik lebih tinggi daripada kelompok kontrol dengan median (min-maks) pada pasien HIV 13.950 (0-38.550.000) dan 680 (0-733.000) pada kelompok kontrol. Tipe antiretroviral memiliki korelasi rendah dengan konsentrasi EBV, namun penggunaan ART jangka panjang memiliki korelasi sedang dalam menurunkan konsentrasi EBV (korelasi negatif dengan r=0,295). Kenaikan jumlah EBV saliva pada pasien HIV secara signifikan memiliki korelasi sedang (korelasi positif dengan r=0,295), namun memiliki korelasi rendah dengan jumlah Limfosit T CD4. Kesimpulan: Terdapat perbedaan signifikan antara konsentrasi EBV pada pasien HIV dan kelompok kontrol. Penggunaan ART jangka panjang dan viral load HIV secara signifikan memiliki korelasi sedang dengan konsentrasi EBV pada saliva. ......Objective: To reveal concentration of salivary Epstein-Barr Virus with real-time PCR Technique in Kramat 128 General Hospital HIV patient and its correlation with antiretroviral therapy, CD4 and HIV viral load. Method: This is an analytic descriptive cross-sectional study on HIV outpatient of Kramat 128 General Hospital in September-Oktober 2019 and employees of Kramat 128 as control group. All subjects (77 subject, with 53 HIV positive respondent and 24 non-HIVcontrol) willing to participate were asked to fill out a questionnare, followed by oral examination and saliva colection in stimulated and unstimulated method. The collected saliva then extracted and EBV concentration were count by real-time PCR using an EBV diagnostic kit at Center for Research on Institute of Human Virology and Cancer Biology Universitas Indonesia. Result: The concentrations of salivary EBV were significantly higher in HIV patients than non-HIV controls, with median (min-max) values in HIV patient 13.950 (0-38.550.000) and 680 (0-733.000) in non-HIV controls. The type of ART has low correlation with EBV concentrations, but long-term ART has medium correlation in reducing EBV concentrations (negative correlation with r=0,279). Increase amount of EBV in HIV patient were significantly has medium correlation with HIV viral load (positive correlation with r=0,295) but has low correlation with CD4 cell count. Conclusion: There are significant differences of salivary EBV concentrations in HIV patients and control group. Long term ART and HIV viral load significantly has medium correlation with EBV concentration.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Kartika Sari
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26644
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Kartika Sari
Abstrak :
Latar Belakang. Tatalaksana optimal diperlukan pada kasus instabilitas patella karena puncak insidensinya terjadi pada remaja usia 11 hingga 14 tahun dengan angka rekurensi yang tinggi, serta risiko instabilitas dan deformitas yang menetap. Terdapat perbedaan tatalaksana antara dislokasi patella rekuren dengan habitualis sehubungan dengan etiologi multipel yang mendasari, namun hingga saat ini belum ditemukan adanya rekomendasi tatalaksana yang memberikan luaran terbaik. Metode. Studi ini menggunakan desain systematic review berdasarkan metode Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analysis (PRISMA) yang dilakukan pada bulan Agustus - September 2023. Penelusuran literatur dilakukan menggunakan sumber yang dipublikasi melalui online journal dan online database (PubMed, EMBASE, Scopus, Ebsco, dan Proquest) dengan tidak membatasi waktu, namun terbatas pada artikel berbahasa Inggris. Hasil. Pencarian literatur menghasilkan 385 artikel, dengan 5 artikel memenuhi kriteria inklusi penelitian. Sebanyak 44 pasien anak (50 lutut) yang dilakukan operasi diikutsertakan dalam penelitian ini. Hampir seluruh studi yang di inklusi melaporkan tercapainya ROM lutut yang normal pasca operasi. Secara keseluruhan, ditunjukkan adanya perbaikan dari rerata skor fungsional lutut (Skor Kujala dan Lysholm) pasca operasi pada seluruh subjek studi. Dalam hal rekurensi, salah satu studi melaporkan kejadian rekurensi pada 1 (2%) pasien, sedangkan dalam hal komplikasi, nyeri pasca operasi menjadi komplikasi yang paling banyak ditemukan, yakni pada 10 (20%) lutut. Analisis statistik kemudian dilakukan pada luaran studi luaran klinis, rekurensi, dan komplikasi dimana hasil menunjukkan perbedaan yang signifikan antar studi (p <0.001) pada luaran klinis dan komplikasi. Analisis kemudian dilanjutkan dengan analisis post- hoc untuk mencari perbedaan paling signifikan antar studi. Secara keseluruhan, didapatkan perbaikan pada hasil luaran fungsional pasca operasi. Hasil analisis statistik pada luaran fungsional dan komplikasi menunjukkan perbedaan yang signifikan antar studi. Hal ini dapat diakibatkan perbedaan komorbiditas pada populasi antar studi. Kesimpulan. Studi-studi yang diinklusi merupakan studi kohort dan bersifat tidak homogen sehingga belum bisa disimpulkan teknik mana yang paling baik. Metode paling efektif masih terus dikembangkan dengan melakukan modifikasi serta kombinasi dari teknik-teknik yang sudah ada. ......Introduction. Optimal management is needed in cases of patellar instability because the peak incidence occurs in adolescents aged 11 to 14 years with a high recurrence rate, as well as a risk of persistent instability and deformity. There are differences in management between recurrent and habitual patellar dislocations due to the multiple underlying etiologies, but to date there has been no recommendation for treatment that provides the best outcomes. Method. This was a systematic review conducted based on the Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analysis (PRISMA) method and carried out from August to September 2023. The literature search was carried out using sources published through online journals and databases (PubMed, EMBASE, Scopus, Ebsco, and Proquest) with no time limits, but limited to English language articles. Result. The literature search yielded 385 articles, with 5 articles meeting the study inclusion criteria. A total of 44 pediatric patients (50 knees) who underwent surgery were included in this study. Almost all of the included studies reported achieving normal knee ROM after surgery. Overall, there was an improvement in the mean knee functional scores (Kujala and Lysholm Scores) after surgery in all study subjects. In terms of recurrence, one study reported recurrence in 1 (2%) patients, while in terms of complications, postoperative pain was the most commoncomplication,namelyin10 (20%) knees. Statistical analysis was then performed on the study outcomes of functional outcomes, recurrence, and complications where the results showed significant differences between studies (p < 0.001) on functional outcomes and complications. The analysis was then continued with post-hoc analysis to determine the most significant differences between studies. Overall, there was an improvement in postoperative functional outcomes. The results of statistical analysis on functional outcomes, and complications showed significant differences between studies. This result could be caused by the differences in comorbidities in the population between studies. Conclusion. The included studies were cohort studies and not homogeneous so it could not be concluded which technique was best. The most effective methods are still being developed by modifying and combining existing techniques.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library