Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Ratna Puspitasari
"Analisis 226Ra dalam sampel air dilakukan dengan spektrometri
alfa. Pada spektrometri alfa, radioisotop yang akan dianalisis harus dalam
keadaan murni supaya tidak terjadi penumpukan spektrum. Pemurnian 226Ra
dilakukan dengan proses pemisahan menggunakan pengendapan yang
dilanjutkan dengan penukar ion dan pengukuran dilakukan pada suatu
piringan yang dilapisi radioisotop dengan cara elektrodeposisi.
Dalam penelitian ini, akan ditentukan kondisi optimasi
elektrodeposisi, pemurnian 226Ra dengan metode pengendapan yang
dilanjutkan dengan penukar ion dan analisis kandungannya dengan
spektrometri alfa. Beberapa parameter yang mempengaruhi elektrodeposisi
adalah arus, jarak katoda dan anoda, pH, dan waktu. Kondisi yang
memberikan nilai recovery optimum diperoleh pada arus 0,9 A, jarak katoda
dan anoda 0,6 em, pH 5,5, dan waktu 3 jam.
Untuk menganalisis kandungan 226Ra di dalam sampel air yang
berasal dari sumber mata air panas suatu daerah pegunungan kapur dan
sumur yang terletak di sekitar sumber mata air tersebut, diperlukan standar
air yang mengandung peru nut 226Ra, perunut 229Th, dan peru nut 209Po. Baik
sampel maupun standar diberikan perlakuan yang sama yakni dilakukan
pemurnian dengan pengendapan yang dilanjutkan dengan penukar ion terlebih dahulu dan kemudian dilakukan elektrodeposisi dengan kondisi
optimum yang telah diperoleh sebelumnya.
Dari ~hasil analisis 226Ra dengan penu. kar ion untuk standar,
diperoleh nilai recovery 7,96 ± 0,98%. Dari hasil recovery standar dapat
ditentukan aktivitas sam pel. Air yang berasal dari sumber mata air panas
daerah pegunungan kapur, nilai aktivitas 226Ra yang diperoleh 0,18 ± 0,02
Bq/50ml. Sedangkan untuk air sumur dengan jarak 50 m, 500 m, dan 1 km,
dari sumber mata air tersebut diperoleh nilai aktivitas 226Ra berturut-turut
adalah 0,11 ± 0,01 Bq/50ml, 0,07 ± 0,01 Bq/50ml, dan 0,003 ± 0,001
Bq/50ml"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ratna Puspitasari
"Diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di dunia dan menyebabkan 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya. Insiden diare di Indonesia cenderung mengalami kenaikan dari tahun 2000-2010 dan sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Pada tahun 2008-2010, di Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi jumlah kasus diare pada kelompok umur balita lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok umur lainnya dan terus mengalami peningkatan. Air minum yang terkontaminasi dapat menjadi media penularan penyakit diare.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kontaminasi Escherichia coli (E.coli) pada air minum, faktor balita, faktor ibu, dan faktor lingkungan dengan kejadian diare pada balita di Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi tahun 2012. Desain penelitian ini adalah kasus kontrol dengan jumlah sampel 200 responden.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan diperoleh dari analisis antara kontaminasi E. coli dalam air minum (2,67; 1,51-4,72), faktor balita [status imunisasi (4,16 ; 2,25-7,70)], faktor ibu [perilaku mencuci tangan (4,51; 2,35-8,66), perilaku memasak air minum (2,68; 1,39-5,14), perilaku mencuci peralatan makan dan minum (3,36; 1,72-6,55), tingkat pendidikan (2,56; 1,36-4,82), tingkat pengetahuan (7,98; 3,72-17,10), status ekonomi keluarga (3,31; 1,65-6,65)], faktor lingkungan [sumber air minum (4,42; 2,37-8,22), jenis sarana air bersih (2,33; 1,28-4,23), saluran pembuangan air limbah (3,46; 1,93-6,19), kondisi fisik jamban (1,96; 1,08-3,55), dan jarak antara septic tank dengan sarana air bersih (3,88; 2,04-7,39)] dengan kejadian diare pada balita di Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi tahun 2012 adalah tingkat pengetahuan ibu (OR 4,57; CI95% 1,89-11,04.

Diarrhea is the second leading cause of death among children under five years (toddlers) in the world and responsible for killing 1,5 million children every year. Incidence of diarrhea increases from 2008-2010 and often causes extraordinary occurrence. Based on 2008-2010 data, diarrhea cases at South Jambi District Jambi City among children under five years (toddlers) is higher than the other age classification. Contaminated drinking water can be media of diarrhea spreading.
This study aims to analyze the relationship of Escherichia coli (E. coli) contamination in drinking water, toddler factors, maternal factors, and environment factors with diarrhea occurrence among children under five years at South Jambi District Jambi City in 2012. Design of this study is case control with 200 respondents.
The result of this study indicates that there is significant correlation between E. coli contamination in drinking water (2,67; CI95% 1,51-4,72), toddler factors [immunization status (4,16 ; 2,25-7,70)], maternal factors [washing hand behavior (4,51; 2,35-8,66), boiling water behavior (2,68; 1,39-5,14), washing dishes behavior (3,36; 1,72-6,55), mother's education (2,56; 1,36-4,82), mother's knowledge (7,98; 3,72-17,10), socioeconomic status of family (3,31; 1,65-6,65)], drinking water sources (4,42; 2,37-8,22), clean water supplies (2,33; 1,28-4,23), and environment factors [waste water sewer (3,46; 1,93-6,19), water closet condition (1,96; 1,08-3,55), and distance between septic tank and clean water supplies (3,88; 2,04-7,39)]. Variable that predicted the most dominant causes of diarrhea among toddlers at South Jambi District Jambi City in 2012 is mother's knowledge.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31914
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library