Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erny Sagita
Abstrak :
Berbagai cara telah dilakukan untuk meningkatkan efek terapi dari obat antikanker doksorubisin. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan dendrimer PAMAM yang diketahui memiliki peranan penting dalam memfasilitasi proses penghantaran obat. Pemanfaatan nanopartikel emas dalam penghantaran obat dan terapi kanker juga sudah banyak diteliti. Pada penelitian ini kami membuat sistem penghantaran doksorubisin yang dikonjugasikan dengan dendrimer PAMAM G4,5 yang mengenkapsulasi nanopartikel emas pada struktur interiornya. Dendrimer PAMAM G4,5 dan nanopartikel emas berfungsi sebagai wahana untuk distribusi doksorubisin di dalam tubuh dan meningkatkan efektivitas terapi doksorubisin. Dari hasil penelitian didapatkan nanopartikel emas terenkapsulasi PAMAM (PAMAM-AuNP) dengan ukuran partikel 23,97 ± 4,19 nm (dengan transmission electron microscopy/TEM) dan 79,38 nm (dengan metode dynamic light scattering/DLS) serta memiliki λSPR 516 nm. Sementara itu konjugat doksorubisin dengan PAMAM-AuNP (DOX-PAMAM-AuNP) memiliki ukuran partikel 25,92 ± 7,99 nm (dengan TEM) dan 147,88 nm (dengan metode DLS). Dari hasil penelitian didapat bahwa konjugat DOX-PAMAM-AuNP dapat mengurangi ikatan doksorubisin dengan albumin serum manusia, yaitu dari 60,71 ± 0,99% menjadi 47,12 ± 12,39%. Selain itu, uji sitotoksisitas konjugat DOX-PAMAM-AuNP terhadap sel MCF-7 menghasilkan nilai IC50 sebesar 0,035 ± 0,039 μg/mL, sementara doksorubisin bebas memiliki nilai IC50 yang lebih besar yaitu 0,868 ± 0,235 µg/mL. ......Various attempts have been studied to improve the therapeutic effect of anticancer drug doxorubicin. One is by using PAMAM dendrimer known to have an important role in facilitating the process of drug delivery. The use of gold nanoparticles in drug delivery and cancer therapy has also been widely studied. In this study, we prepared ​​doxorubicin delivery system which is conjugated to PAMAM G4.5 dendrimer with entrapped gold nanoparticles in its interior structure. PAMAM G4.5 dendrimer and gold nanoparticles serves as a vehicle for the distribution of doxorubicin in the body and to enhance doxorubicin effectivity in cancer therapy. As the result, we could prepare gold nanoparticles encapsulated PAMAM (PAMAM-AuNP) with particle size of 23.97 ± 4.19 nm (by transmission electron microscopy/TEM) and 79.38 nm (by dynamic light scattering/DLS method), with λSPR 516 nm. While the conjugate of doxorubicin to PAMAM-AuNP (DOX-PAMAM-AuNP) has particle size of 25.92 ± 7.99 nm (by TEM) and 147.88 nm (by DLS method). From this research, we found that DOX-PAMAM-AuNP conjugate can reduce doxorubicin binding to human serum albumin, from 60.71 ± 0.99 % to 47.12 ± 12.39 %. Cytotoxicity assay of DOX-PAMAM-AuNP conjugate against MCF-7 cell line gave IC50 value at 0.035 ± 0.039 μg/mL, while free doxorubicin had larger IC50 value, which is 0.868 ± 0.235 µg/mL.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
T42089
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erny Sagita
Abstrak :
ABSTRAK
Kitosan merupakan polimer alam yang bersifat kationik. Sifat kationik tersebut membuat kitosan dapat berinteraksi dengan polimer anionik membentuk kompleks polielektrolit (KPE). Dalam penelitian ini, pektin digunakan sebagai polimer anionik yang berinteraksi secara ionik dengan kitosan. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat dan mengkarakterisasi KPE kitosan-pektin yang akan digunakan sebagai matriks dalam sediaan tablet mengapung. Larutan kitosan dan pektin 0,3% b/v dicampur dengan perbandingan 1:9, 3:7, 1:1, 7:3 dan 9:1 pada pH 4,5 dan 5,0. Kondisi terbaik untuk menghasilkan KPE adalah pada pH 5,0 dengan perbandingan larutan kitosan dan pektin = 3:7. Perbedaan karakteristik KPE kitosan-pektin dengan polimer asalnya ditunjukkan dengan analisis gugus fungsi, analisis termal, daya mengembang dan kekuatan gel. Selanjutnya KPE digunakan sebagai matriks dalam sediaan tablet mengapung dengan famotidin sebagai model obat. KPE juga dikombinasikan dengan hidroksipropilmetilselulosa (HPMC) dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Hasil uji disolusi menunjukkan bahwa KPE dapat menahan pelepasan famotidin selama 10 jam. Kombinasi dengan HPMC dapat membantu KPE menahan pelepasan famotidin hingga 20 jam. Tablet yang hanya mengandung KPE sebagai matriks hanya dapat bertahan mengapung hingga 12 jam, sedangkan tablet dengan kombinasi KPE dan HPMC dapat bertahan mengapung hingga 24 jam.
ABSTRACT
Chitosan is a natural cationic polymer. That cationic property makes chitosan can form polyelectrolite complex (PEC) with anionic polymer. In this research, pectin was used as anionic polymer that interact ionically with chitosan. The aim of this research is to produce and characterize chitosan-pectin PEC that would be used as matrix in floating tablet. The solutions of chitosan and pectin 0,3% w/v were mixed in ratio 1:9, 3:7, 1:1, 7:3 and 9:1 with pH of the solution 4,5 and 5,0. The best condition to produce PEC was in pH 5,0 with ratio of chitosan and pectin = 3:7. The differences between chitosan-pectin PEC characteristic and its origin polymer were shown by functional group analysis, thermal analysis, swelling capacity and gel strength. The PEC was then used as matrix in floating tablet with famotidin as a model. PEC was also combined with hydroxypropilmethylcellulose (HPMC) in different concentrations. The results of the dissolution study showed that PEC could retard the release of famotidin for 10 hours. PEC in combination with HPMC could retard the release of famotidin for 20 hours. Tablet that only contains PEC as matrix could remain buoyant for 12 hours while tablet with combination of PEC and HPMC could remain buoyant for 24 hours.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S32816
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library