Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fadliansyah
"Produktivitas yang tinggi dari industri komponen otomotif dengan menggunakan material ADC 12( Al-Si-Cu) dalam rangka memenuhi tingginya tingkat kebutuhan dari industri kendaraan bermotor, mengalami gangguan akibat kegagalan (reject) yang tinggi. Reject yang tinggi tersebut umumnya terjadi karena timbulnya cacat. Cacatyang biasanya terjadi adalah shrinkage dan keropos akibat porositas gas. Salah satu penyebabnya adalah fluiditas atau mampu alir logam cair ADC 12 yang kurang baik. Dari permasalahan tersebut maka dilakukanlah penambahan modifier stronsium (Sr) dalam jumlah kecil kedalam paduan aluminium tuang ADC 12 yang bertujuan untuk mendapatkan nilai fluiditas atau mampu alir yang baik. Penelitian ini secara khusus ditujukan untuk mempelajari 'pengaruh variasi persentase stronsium (0 wt.%, 0.015 wt %, 0.03 wt.%, 0.045 wt % dan 0.06 wt.%) terhadap modifikasi paduan aluminium tuang ADC 12 pada temperatur tuang yang bervariasi (640 _C, 660 _C, 680 _C, dan 700 _C) dengan menggunakan vacuum suction test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan derajat superheat sebesar 20_C (?T=20_C) pada paduan aluminium ADC 12 dengan penambahan 0.03 wt.%Sr akan mengalami peningkatan nilai fluiditas sekitar 11.31%. Pada temperatur tuang 680_C, nilai fluiditas dengan penambahan modifier stronsium 0 wt.% hingga 0.03 wt.% (titik optimum) terjadi peningkatan dari 25.33 cm (0 wt.%Sr) menjadi 28.3 cm (0.03 wt.%Sr) atau meningkat 11.72%. Perubahan dari temperatur tuang tidak memberikan pengaruh terhadap bentuk struktur maupun distribusi dari fasa eutektik silikon. Selain itu, penambahan modifier 0.015 wt.%Sr akan menghasilkan struktur eutektik silikon berbentuk jarum/serpihan dan bulat (partially modified), penambahan modifier 0.03 wt.%Sr akan menghasilkan struktur eutektik silikon yang lebih bulat dan halus (fully modified) dan tersebar merata pada matriks aluminium, sedangkan penambahan modifier 0.045 wt.%Sr dan 0.06 wt.%Sr, akan terjadi perubahan bentuk dari silikon bulat yang halus ke bentuk jarum yang saling berhubungan (overmodified)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41688
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Fadliansyah
"Kualitas bahan bakar yang digunakan menjadi salah satu faktor yang peming dalam peristiwa pembakaran pada motor Otto. Penggunaan bahan bakar yang berkualitas sccara Iangsung dapat menghasilkan kinerja motor yang semakin baik. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkannya adalah dengan melakukan proses pengolahan .ninyak bumi yang semakin disempurnakan atau metakukan penarnbahan adlktif tertentu pacta bahan bakar. yang tujuannya mendapatkan bahan bakar berkualitas tinggi. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas bahan bakar adalah dengan mencampurkan etanol dengan kadar konsentrasi sehingga menjadi campuran yang disebut gasohol atau rnenggunakan bahan bakat yang sudah umum dipakai tapi karakteristiknya lebih baik dari premium yaitu pertamax.. Pengujian dilakukan di Monokrom dan Laboratorlum Termodinamika DTM FTUI bertujuan untuk membuat analisa peningkatan kinerja sepeda motor yang diaktbatkan penggunaan Gasohol 10% dan pertamax terhadap premium yang menjadi acuan adanya penlngkatan kinerja sepeda motor. Penggunaan gasohol 10% dan pertamax mampu meningkatkan ratio kenaikan BHP sebesar 0,048 atau 4.8% untuk gasohol 100/n dan Q,026 atau 2,6% untuk pertamax pada daya maksimum terhadap premium. Untuk Torsi pada gasohol 10% mengalami ratio kenaikann sebesar 0,031 atau 3,1% dan pertamax: sebesar 0.011 atau t.l% terhadap premium, Untuk Fuel Consumption gasohol IO% mengalami ratio penghematan kebutuhan bahan bakar tiap lO mL sebesar 0,724 atau 72,411/o pada 4000 rpm, sedangkan pertamax sebesar 0,36 atau 36% terhadap premium. Untuk k:ondisi ratio penurunan CO pada exhaust gas. maka gasohol I 0% untuk ratio penurunan kadar CO sebesar 0,265 atau 26,5% dan pertama.x o. 104 atau l0,4% pada 8000 rpm terhadap premium. Untuk ratio kenaikan kadar C02 gasohol 10% naik sebesar 0,095 atau 9,5% dun ratio kenaikan Pertam.ax sebesar 0,048 atau 4,8% pada 4000 rpm terhadap premium. Dan ratio penurunan ppm HC untuk gasohol 10% sebesar 0,476 atau 47,6% sedangkan pertamax turun sebesar 0,167 atau 16,7% pada 8000 rpm terhadap premium. Berdasarkan data analisa diatas untuk mendapatkan kioerja mesin mulai dari BHP sampal dengan exhaust gas tebih baik menggunakan gasohol 10%"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S37801
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Fadliansyah
"Capability of concrete to resist tensile stress is weaker than to resist compresive stress. Tensile stress can affect crack of concrete. Accordingly to that, addition of steel fiber in volume proportion at normal concrete is needed to increase tensile strength of normal concrete. The optimal volume proportion of steel fiber to improve flexural and splitting strength of concrete based on laboratory experimental work. Testing speciments for flexural tests performed at 14, 28 and 56 days, using cylinder speciments of 150 mm x 300 mm. And for splitting test performed at 7, 14, 28 and 56 days, using beam speciments of 150 mm x 150 mm x 600 mm. Variation of steel fiber proportions is 1 %, 1,5 %, 2 %, and 2,5 % with 60 mm length and 0,75 mm diameter. The compressive strength of normal concrete is 25 MPa.
From the result of test, it was found that ammount of steel fiber in concrete affect the increase of the flexural and splitting strength of concrete, but decrease the workability of fresh concrete. For flexural testing at 28 days, the improve of flexural strength is 140 % for 2,5 % proportions of steel fiber in volume of concrete. And for splitting testing at 28 days, the improve of splitting strength is 84 % for the same ammount of steel fiber.

Kemampuan beton untuk menahan tegangan tarik mempunyai nilai yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan kemampuan beton untuk menahan tegangan tekan. Tegangan tarik dapat mengakibatkan terjadinya retak pada beton. Maka untuk meningkatkan kekuatan tarik pada beton ditambahkan serat berdasarkan proporsi dari volume beton normal. Untuk mengetahui proporsi yang optimal pada beton dilakukan pengujian kuat tarik belah dan kuat lentur secara eksperimental di laboratorium. Pada uji kuat tarik belah dilakukan pengujian pada hari ke-7, 14, 28, dan 56, dengan menggunakan sampel beton silinder 150 mm x 300 mm. Sedangkan pada uji kuat lentur dilakukan pengujian pada hari ke-14, 28, dan 56, dengan menggunakan sampel beton balok 150 mm x 150 mm x 600 mm. Serat yang digunakan pada penelitian adalah serat baja dengan panjang 60 mm dan diameter 0,75 mm. Proporsi serat yang dicoba adalah 1 %; 1,5 %; 2 %; dan 2,5 % yang kemudian dibandingkan dengan beton normal mutu f?c 25 MPa.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa makin banyak proporsi dari serat baja yang ditambahkan akan menaikkan kuat lentur maupun kuat tarik belah dari beton namun akan menurunkan workabilitas dari beton segar. Untuk kuat lentur terjadi peningkatan sebesar 140% pada pengujian hari ke-28 untuk beton dengan kadar serat 2,5%, sedangkan pada kuat tarik belah terjadi peningkatan sebesar 84% pada pengujian hari ke-28 untuk beton dengan kadar serat 2,5%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53356
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muchammad Egi Fadliansyah
"Skripsi ini membahas tentang Peranan dan gejolak Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada masa kepemimpinan Ketua Umum Naro (1978-1989). Selama masa kepimimpinan Naro di PPP merupakan masa yang penuh dengan gejolak internal. PPP pada masa awal Orde Baru merupakan suatu Partai Politik yang merepresentasikan umat Islam. karena PPP merupakan Partai politik hasil fusi empat partai Islam yang ada sebelumnya, yaitu NU, Parmusi, PSII dan Perti. Melalui fusi partai Islam menjadi PPP, pemerintah Orde Baru mengharapkan dapat mengontrol kekuataan Islam, yang bertujuan untuk menjaga stabilitas politik nasional. Maka, PPP selama masa kepemimpinan Naro cenderung akomodatif terhadap kepentingan pemerintah Orde Baru.

This thesis examine the role of Partai Persatuan Pembangunan and the distortion at the leadership of the head leader in 1978-1989. The leadership of Naro in Partai Persatuan Pembangunan was the era with full of internal distortion. Partai Persatuan Pembangunan at the Beginning of Orde Baru Era is the political party that`s presented moslems. Partai Persatuan Pembangunan is the outcome of four Islamic political parties fusion. The four of Islamic political parties were NU, Parmusi, PSII and Perti. Trough the Islamic political party fusion and become Partai Persatuan Pembangunan, the government in Orde Baru Era hoped to control islam power, that aim to managed national political stability. Therefore, Partai Persatuan Pembangunan in Naro leadership tend to be more accommodative with Orde Baru government interest."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S62151
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Fadliansyah
"Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak program TJSK terpadu dan bersifat pemberdayaan yang mengacu pada pedoman program pemberdayaan dalam PROPER. Literatur mengenai evaluasi program TJSK kurang membahas mengenai efektivitas program terpadu. Selain itu studi sebelumnya juga cenderung melihat bahwa PROPER adalah rujukan pelaksanaan program pemberdayaan yang baik di level operasional dan dapat meningkatkan kualitas program pemberdayaan. Dengan mengkombinasikan secara komprehensif beberapa alat evaluasi evaluasi seperti means-ends, SWOT, dan gap, studi ini ingin melihat sejauh mana program “Desa Binaan” yang mengikuti prosedur PROPER bisa mencapai tujuannya meningkatkan kondisi penerima manfaat, dan mendorong peningkatan kapasitas mereka untuk mandiri. Data dikumpulkan dengan metode kualitatif, yang ditunjang penggunaan metode most significant change untuk mendalami aspek dampak program secara tangible dan intangible. Hasil evaluasi menunjukan bahwa pengelolaan program secara prosedural sudah relatif sesuai dengan tahapan dan karakteristik program comdev dalam pedoman PROPER dan memperlihatkan dampak peningkatan kondisi ekonomi penerima manfaat, walaupun dalam lingkup terbatas. Namun partisipasi masyarakat yang rendah dan capacity building yang terbatas menunjukan bahwa secara substantif belum mencerminkan program yang baik dalam parameter program pemberdayaan yang berkelanjutan. Secara teoritik hal ini menunjukan bahwa upaya mendorong program pemberdayaan masyarakat secara otoritatif-top down dengan aturan legal tertentu, berisiko membuat pelaksanaannya menjadi prosedural dan tidak mencapai substansi pemberdayaan yang dimaksudkan.

This study aims to guide the impact of the integrated and empowering CSR program which refers to the empowerment program in PROPER. The literature on the evaluation of the CSR program does not discuss enough the effectiveness of the integrated program. In addition, previous studies also saw that PROPER is a good
reference for implementing empowerment programs at the operational level and can improve the quality of empowerment programs. By comprehensively combining several evaluation evaluation tools such as means-ends, SWOT, and gaps. This study wants to see the extent to which the "Desa Binaan" program that follows the PROPER
procedure to achieve the conditions of the beneficiaries, and encourage the improvement of their ability to be independent. Data were collected using qualitative methods, which were supported by the use of the most significant change method to explore aspects of the program's real and intangible impacts. The evaluation results
show that the procedural management of the program is relatively in accordance with the stages and characteristics of the comdev program in the PROPER guidelines and the impact of improving the economic conditions of the beneficiaries, although in a limited scope. However, the low community participation and limited capacity building show that substantively it has not reflected a good program in the parameters of a sustainable empowerment program. Theoretically, this shows that efforts to encourage community empowerment programs in an authoritative-top-down manner with certain rules run the risk of making their implementation procedural and not achieving the substance of empowerment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library