Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Farizan Riadhi
"Limonite, salah satu jenis dari laterite, sebagai mineral pembawa logam nikel dan besi dapat diolah baik sebagai bijih nikel maupun sebagai bijih besi. Sebagai bijih nikel, limonite dikategorikan sebagai bijih nikel kadar rendah, begitu pula sebagai bijih besi. Pada industri pyrometallurgy, limonite sebagai bijih nikel maupun bijih besi akan direduksi menggunakan bahan bakar karbon. Batasan reduksi agar bijih limonite layak menjadi bijih besi atau bijih nikel perlu diketahui.
Penelitian mengenai reduksi bijih limonite ini dilakukan menggunakan electric furnace pada briket komposit bijih limonite dengan variasi kadar pulverized coal pada temperatur 750°C, 850°C dan 950°C selama 20 menit yang kemudian dianalisa menggunakan XRD dan XRF. Analisa XRD menunjukkan bahwa pada temperatur 750_C telah terbentuk fasa metalik FeNi dan pada temperatur 950°C terdeteksi Fe yang sangat tinggi. Artinya, temperatur 950°C adalah batas maksimum reduksi kalsinasi pada nikel sekaligus batas minimum bila limonite akan direduksi menjadi besi.
Limonite, one of laterite ore family, is nickel and iron bearing mineral which is able to be processed as nickel ore and iron ore. As nickel ore, limonite is classified as low grade nickel ore, as well as iron ore. In pyrometallurgy industry, limonite will be reduced by carbonaceous fuel. It is crucial to investigate the reduction mechanism in order to determine its feasibility to process laterite as nickel or iron ore.The investigation had been conducted to briquette composite of ore and pulverized coal by various concentrations in an electric furnace at 750, 850, and 950°C in 20 minutes then analyzed by XRD and XRF. XRD patterns be evidence for the formation of FeNi formation at 750°C and at 950°C, great increasing of Fe formation is detected. It is obvious that 950°C is the upper limit for nickel calcinereduction, otherwise is lower limit for iron reduction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S41630
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Farizan Riadhi
"Manajemen integritas pipa penyalur dimulai dari bagaimana ancaman terhadap integritas pipa penyalur di-identifikasi dan dikelola dengan efektif. Penilaian resiko terhadap ancaman integritas pipa penyalur dilakukan terhadap aset pipa penyalur sebagai obyek yang di-analisa. Pendekatan pendataan informasi keselamatan proses (process safety information) aset pipa penyalur umumnya diperlakukan melekat sebagai satu kesatuan jalur utuh dari Launcher ke Receiver. Keberagaman mode ancaman dan mode kerusakan menjadi dasar melakukan segmentasi pipa penyalur tersebut agar penilaian resiko lebih akurat. Dengan kemajuan teknologi inspeksi saat ini, inspeksi In-Line-Inspection menjadi semakin akurat dan terjangkau. Inspeksi baseline atau re-inspeksi In-Line-Inspection berpotensi menjadi basis pendataan aset (Asset Register) karena mampu mendeteksi komponen-komponen perpipaan pada pipeline secara akurat. Dengan adanya pendataan informasi keselamatan proses secara detail pada setiap komponen perpipaan, segmentasi yang dilakukan saat penilaian resiko dapat menjadi lebih detail sampai ke level komponen. Tesis ini membahas bagaimana memanfaatkan potensi penilaian resiko yang lebih detail hingga ke level komponen dengan memanfaatkan asset register yang detail yang diperoleh dari pemanfaatan data in-line inspection. Kelemahan dari metode segmentasi detail adalah banyaknya data dan juga usaha yang diperlukan dalam melakukan penilaian resiko. Namun dari berkembangnya teknologi informasi saat ini, populasi data yang besar (big data) dapat dikelola dengan bantuan teknologi informasi yang relevan.
Pipeline integrity management is initiated from how hazards/threats toward pipeline integrity are to be identified and managed effectively. Risk assessment conducted to pipeline integrity hazards/threats is subjected to how the pipeline as object is perceived to be analyzed. The approach of documenting process safety information on pipeline generally developed and regarded as a whole pipeline assets consist from launcher to receiver. The diverse of threats and damage mechanism along the line is the basis of pipeline segmentation in order to specify risk assessment object thus increase its accuracy. In the development of inspection technology, in-line-inspections are become more sensitive and become more affordable. Whether baseline or re-inspection of in-lineinspection could have potential to be utilized in developing asset register, because it can distinguish pipeline components accurately. By embedding process safety information specific for each pipeline components, the segmentation taken during pipeline risk assessment can be detailed to the component level. The focus of this study is analyzing pros and cons of utilization the advantages of detailed pipeline risk assessment to component level by utilizing detailed asset register which obtained from in-lineinspection data. The weakness of detailed segmentation is the abundant of segment to be analyzed and increase the efforts during risk assessment. However, in the development of information technology, big data can be manageable by utilizing relevant information technology."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library