Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fekhaza Alfarissi
"Pada masa anak-anak, perkembangan ada salah satu faktor penting dalam kehidupan. Bedasarkan riset yang diadakan oleh Rumah Sakit Cipto Mangukusumo, prevalensi keterlambatan perkembangan yang terjadi pada anak-anak ada lah sekitar 42%1 dan angka ini meningkat setiap tahunnya. Ada dua faktor yang mempengaruhi perkembang: internal dan external. Tujuan utama dari skrining perkembangan adalah untuk mencari prevalensi keterlambatan perkembangan pada anak-anak umur 4-6 dan faktor yang berkontribusi pada keterlambatan perkembangan. Penelitian ini menggunakan metode potong-lintang dan menggunakan kuestioner PEDS sebagai alat untuk skrining perkembangan. Metode pengambilan sampel adalah konsekutif. Hasil skrining perkembangan ini adalah Path C (40,7%), Path E (25%), Path B (23,1%), Path A (11,1%) tidak ada subjek yang dikategorikan sebagai Path D. Prevalensi mengalami keterlambatan perkembangan adalah 75% sedangankan yang masih dalam tahap normal adalah 25%. Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak-anak adalah jumlah anak. Hasil PEDS ini didominasi kekhawatiran orang tua terhadap perkembangan anak. Kesimpulan riset ini adalah prevalensi anak suspek dengan keterlambatan perkembangan cukup tinggi dan jumlah anak berpengaruh pada proses perkembangan.

During child, development is important role in entire human life. Based on research conducted by Cipto Mangukusumo hospital, the prevalence of delayed development was around 42%1 and this number is increasing every year. Contributing factors are classified into two types, internal and external. Main purpose of developmental screening in this research is to seek the prevalence of child at age 4-6 suspected developmental delayed process. Determine the exact factors that contributing most and to prevent the children developmental delay number increasing. Research design used was cross sectional study by which the researcher collected the questionnaires (PEDS). Sampling techniques that will be used for this research is consecutive sampling. Path C result (40%), Path E (25%) Path B (23,1%) Path A (11,1%). There is no subject categorized as Path D. The normal subject only 25%, while subjects suspected with developmental delayed reach the number of 75%. The most influence factor is the number of children with the strength of relationship to child development is 0,402. PEDS interpretation result in PAUD Cikini, Jakarta dominated by parents concern about their child development process. The prevalence of children suspected with developmental delayed based on the PEDS interpretation is quite high. The factor has the most powerful relationship with developmental process in child is number of children.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fekhaza Alfarissi
"Background: End-stage renal disease (ESRD) is a major public health concern worldwide, with peritoneal dialysis (PD) offering a key alternative to hemodialysis. However, flow restriction due to catheter migration is a common complication, affecting 7-26% of patients with PD. This study aimed to reduce complications in pediatric patients by examining a novel laparoscopic Tenckhoff catheter insertion technique using an Alken telescopic metal dilator.
Methods: In a prospective observational study conducted from September 2018 to October 2022, 33 pediatric patients with ESRD underwent laparoscopic Tenckhoff catheter insertion using a combined laparoscopic and Seldinger technique with alken dilators. This approach involves rectus sheath tunneling using a nephrostomy puncture needle, wire insertion, and dilatation of up to 15 Fr using Alken telescopic metal dilators under laparoscopic guidance. Survival analysis was used to assess catheter survival and complication rates.
Results: The mean age of the patients was 12.0 ± 3.7 years, with a median follow-up of 21.3 months. The catheter survival was 84.8% with five catheter withdrawals because of infections (4 cases) or obstruction (1 case). Early and late complications, including exit-site infection, peritonitis, and catheter obstruction, occurred at rates of 0.10, 0.03, and 0.02 episodes/patient-year, respectively. No pericatheter leakage occurred.
Conclusions: Our novel laparoscopic Tenckhoff catheter insertion technique using an Alken telescopic metal dilator is simple, minimally invasive, and is associated with high catheter survival and low complication rates. Therefore, further comparative studies are warranted.

Latar Belakang: Penyakit ginjal tahap akhir merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan secara global, dengan dialisis peritoneal menjadi alternatif utama hemodialisis. Namun, migrasi kateter yang menyebabkan hambatan aliran merupakan komplikasi yang sering terjadi, dengan presentase sekitar 7-26% pasien dialisis peritoneal. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi teknik baru pemasangan kateter Tenckhoff secara laparoskopi menggunakan Alken telescopic metal dilator untuk mengurangi komplikasi pada pasien pediatrik.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort prospektif yang dilakukan dari September 2018 hingga Oktober 2022. Sebanyak 33 pasien pediatrik dengan penyakit ginjal tahap akhir yang menjalani pemasangan kateter Tenckhoff laparoskopi menggunakan teknik kombinasi laparoskopi dan Seldinger dengan dilator Alken masuk dalam penelitian ini. Pendekatan teknik operasi melibatkan pembuatan saluran melalui rectus sheath menggunakan jarum pungsi nefrostomi, pemasangan guidewire, serta dilatasi hingga 15 Fr menggunakan Alken telescopic metal dilators di bawah panduan laparoskopi. Analisis kesintasan digunakan untuk menilai catheter survival dan tingkat komplikasi.
Hasil: Rerata usia pasien adalah 12,0 ± 3,7 tahun, dengan median follow-up selama 21,3 bulan. Catheter survival mencapai 84,8%, dengan lima pencabutan kateter akibat infeksi (4 kasus) atau obstruksi (1 kasus). Komplikasi dini dan lanjut, termasuk infeksi pada lokasi keluarnya kateter, peritonitis, dan obstruksi kateter, terjadi dengan tingkat masing-masing 0,10, 0,03, dan 0,02 episode/pasien-tahun. Tidak ditemukan kebocoran di sekitar kateter.
Kesimpulan: Teknik pemasangan kateter Tenckhoff secara laparoskopi menggunakan Alken telescopic metal dilator ini sederhana, minim invasif, serta menunjukkan tingkat kelangsungan hidup kateter yang tinggi dan tingkat komplikasi yang rendah. Oleh karena itu, studi perbandingan lebih lanjut diperlukan.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library