Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Finekri A. Abidin
"Kanker serviks merupakan penyebab kematian utama kanker pada wanita di negaranegara berkembang. Setiap tahun diperkirakan terdapat 400.000 kasus kanker serviks baru diseluruh dunia dan 80% Ilya ada di negara-negara berkembang dan minimal 200.000 wanita meninggal karena penyakit tersebut. Di Indonesia sampai saat ini insiden kanker belum diketahui, tetapi diperkirakan kejadian kanker kira-kira 90-100 penderita baru per 100.000 penduduk pertahun atau sekitar 180.000 kasus baru per tahun dan kanker ginekologik merupakan jumlah terbanyak, sedangkan dari kanker ginekologik tersebut adalah kanker serviks yang paling banyak dijumpai pada wanita. Di RSCM Bari tahun 1986 sampai 1990 ditemukan 1821 penderita kanker serviks dari 2360 kasus kanker ginekologik atau 77%.
Di bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM lebih dari 60% kasus kanker serviks sudah berada dalam stadium lanjut dengan angka ketahanan hidup sangat rendah. Diketahui bahwa pengobatan pada tahap pra kanker seperti displasia dan karsinoma in situ memberi kesembuhan 100%, sedangkan pada kanker serviks stadium I angka ketahanan hidup 5 tahunnya adalah 70-80 %, sedangkan stadium II dan 111 masing-rnasing adafah 50-60 % dan 30-40 %2 Dengan penapisan massal sitologi serviks dijumpai penurunan angka kejadian dan angka kematian akibat kanker serviks.
Di negara maju telah berhasil menekan jumlah kasus kanker serviks baik jumlah rnaupun stadiumnya. Pencapaian tersebut berkat adanya program skrining dengan pap smir. Sknining di negara maju sudah dilakukan pada 50% wanita dewasa, sedangkan di negara berkembang hanya 5%. Padahal kematian penderita kanker serviks yang berusia 60 tahun ke alas disebabkan tidak pemahnya penderita melakukan skrining pada 3 tahun terakhir. Di Indonesia penerapan skrining dengan pap smir masih tersangkut dengan banyak kendala, antara lain luasnya wilayah negara, kurangnya sarana laboratorium dan tenaga ahli patologi anatomi dan ahli ginekologi, serta biaya transportasi yang cukup mahal.
Untuk itu dibutuhkan alternatif skrining yang lebih sederhana, marnpu laksana, murah dan cakupan Iuas serta dapat dilakukan tenaga kesehatan lain seperti bidan sehingga diharapkan temuan lesi prakanker serviks secara dini lebih banyak, hal tersebut ada pada pemeriksaan dengan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA). IVA dapat dilakukan pada pelayanan kesehatan yang sederhana. Sayangnya walaupun pemeriksaan ini sensitif tetapi spesifisitasnya rendah hanya 64,1% ,sehingga menyebabkan wanita tanpa adanya lesi prakanker akan mendapat terapi yang tak perlu. Upaya untuk mempertahankan keungguln yang ada pada WA ini dalam deteksi dini Iesi prakanker adalah melakukan penapisan dengan 2 tahap secara serial, dengan menggabungkan pemeriksaan WA dengan hasil positif dilanjutkan pemeriksaan Servikografi, sehingga didapatkan spesifitas yang tinggi. Dan penelitian di Afrika Selatan, didapat penapisan dua tahap tersebut lebih efektif dari pada hanya dilakukan satu tahap pemeriksaan. Penggabungan kedua pemeriksaan ini dapat mengurangi pengeluaran biaya secara keseluruhan dalam penapisan kanker servik di daerah-daerah terpencil.
Rumusan masalah: Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang akan diteliti melalui penelitian ini adalah : Belum diketahuinya sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan Servikografi pada wanita dengan WA positif sebagai usaha penapisan dua tahap dala.in deteksi dini lesi prakanker di Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfrizan Imaro Finekri Abidin
"Latar Belakang: Demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit infeksi ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Insiden dan angka kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) terus meningkat di Indonesia. Belum penemuan vaksin untuk penyakit ini, menjadikannya satu-satunya cara untuk mencegahnya penyebarannya adalah dengan mengontrol vektor propagasi, yaitu menggunakan insektisida sintetis. Beberapa daerah di Indonesia sudah melaporkan Kasus resistensi terhadap insektisida sintetik, seperti di Jawa Tengah dan Jawa Tengah DI. Yogyakarta, hal ini dikarenakan pemakaian yang berlebihan dan dalam waktu yang lama panjang. Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan Insektisida herbal. Selain tidak banyak digunakan, dibuat dari bahan insektisida tanaman juga lebih ramah lingkungan. Salah satu tanaman yang bisa dipilih merupakan tumbuhan manggis (Garcinia mangostana). Kandungan metabolit sekunder Tanaman manggis termasuk alkaloid, flavonoid, terpenoid, tanin dan saponin yang diketahui memiliki efek larvasida yang tinggi terhadap A. aegypti. Tambahan Nanokomposit Ag-TiO2 dapat digunakan untuk mempercepat kematian larva.
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk melihat aktivitas insektisida ekstrak kulit manggis dan nanokomposit AgTiO2 terhadap larva dan nyamuk dewasa A. aegypti.
Metode: Penelitian ini menggunakan dua subjek yaitu: 1) larva instar III dan IV dan 2) nyamuk A. aegypti dewasa yang terpapar ekstrak kulit manggis (Konsentrasi 500, 1000, 1500, 2000, dan 2500 ppm), nanokomposit Ag-TiO2 dan campuran ekstrak kult manggis dengan nanocompsite Ag-TiO2 diulang lima kali) Nyamuk dewasa A. Aegypti yang terkena ekstrak kulit manggis (Konsentrasi 2500, 5000, 10000, dan 20000), nanokomposit AgTiO2 (konsentrasi 5, 10, 20, dan 30 ppm), dan campuran Konsentrasi ekstrak kulit manggis dengan konsentrasi 2500, 5000, 10000, dan 20000 ppm nanokomposit (15 ppm) diulang tiga kali.
Hasil: Uji Coba Pearson Ditemukan nilai r = +0.843 dan p = 0.001 pada konsentrasi penelitian campuran Ekstrak kulit manggis mengandung nanokomposit. Ini menandakan hubungan kuat dan positif (+) di antara konsentrasi campuran ekstrak kulit manggis mengandung nanokomposit dengan jumlah kematian nyamuk A. aegypti dewasa.
Kesimpulan: Ekstrak kulit manggis dikoordinasikan dengan nanokomposit yang telah terbukti efektif dalam meningkatkan aktivitas insektisida terhadap larva dan nyamuk dewasa A. aegypti.

Background: Dengue hemorrhagic fever is an infectious disease transmitted through the bite of Aedes aegypti mosquitoes. The incidence and mortality rate of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) continues to increase in Indonesia. There has not been a vaccine for this disease yet, making it the only way to prevent its spread is to control the propagation vector, namely using synthetic insecticides. Several regions in Indonesia have reported cases of resistance to synthetic insecticides, such as in Central Java and Central Java, DI. Yogyakarta, this is due to excessive use and for a long time. One solution that can be done is to use herbal insecticides. Besides not being widely used, it is made from plant insecticides which are also more environmentally friendly. One of the plants to choose from is the mangosteen plant (Garcinia mangostana). Secondary metabolite content Mangosteen plants include alkaloids, flavonoids, terpenoids, tannins and saponins which are known to have a high larvicidal effect against A. aegypti. Additional Ag-TiO2 nanocomposites can be used to accelerate larval mortality.
Objective: This study was conducted to determine the insecticidal activity of mangosteen peel extract and AgTiO2 nanocomposites against A. aegypti larvae and adult mosquitoes.
Method: This study used two subjects, namely: 1) instar larvae III and IV and 2) adult A. aegypti mosquitoes exposed to mangosteen peel extract (concentration 500, 1000, 1500, 2000, and 2500 ppm), Ag-TiO2 nanocomposites and a mixture of mangosteen culture extract and Ag-TiO2 nanocomposites were repeated five times) Adult mosquitoes A. Aegypti were exposed to mangosteen peel extract (Concentrations 2500, 5000, 10000, and 20000), AgTiO2 nanocomposites (concentrations of 5, 10, 20, and 30 ppm), and mixed concentrations of mangosteen peel extract with concentrations of 2500, 5000, 10000, and 20000 ppm nanocomposites (15 ppm) were repeated three times.
Results: Pearson Trial It was found that the value of r = +0.843 and p = 0.001 in the research concentration mixture of mangosteen peel extract contained nanocomposites. This signifies relationship strong and positive (+) among the concentrations of the mangosteen peel extract mixture containing nanocomposites with the number of deaths of adult A. aegypti mosquitoes.
Conclusion: Mangosteen peel extract coordinated with nanocomposites had been shown to be effective in increasing insecticidal activity against larvae and adult mosquitoes. aegypti.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library