Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Firman Kurniawan Sujono
"Gelombang globalisasi yang dipicu oleh liberalisasi perdagangan, pada gilirannya melahirkan persaingan yang kian ketat, serta diberlakukannya harmonisasi standar pada berbagai bidang kehidupan. Liberalisasi ditempuh dengan diturunkan hingga ditiadakannya bea masuk produk ke negara lain, sedangkan harmonisasi standar menjadi keniscayaan, akibat dibutuhkannya pedoman universal yang meniadakan beda tafsir antar produsen maupun konsumen global.
Dalam hal harmonisasi standar, penggunaan standar intemasional untuk kualitas produk maupun manajemen kualitas mengemuka sebagai wacana di dunia usaha, ini terjadi karena tekanan penggunaannya menentukan dapat tidaknya produk diterima oleh pasar global. Salah satu standar yang kuat tuntutan penggunaannya adalah Standar Manajemen Mutu ISO-9000.
Saat ini, ISO-9000 yang merupakan standar manajemen bagi jaminan konsistensi kualitas, menjadi alternatif utama dan paling lazim di dunia usaha. Di Indonesia masalah terjadi dalam hal, terdapatnya kesenjangan berupa kecilnya jumlah perusahaan yang telah mengadopsi dibanding jumlah perusahaan yang membutuhkan penerapan standar, sebagai slat legitimasi persaingan perdagangan lokal maupun internasional.
Dari penelitian yang dilakukan, mengangkat kasus penerapan standar ISO-9000 di PT Master Steel MFG. CO., menggunakan pendekatan adopsi inovasi, terungkap motivasi perusahaan memutuskan adopsi standar intemasional ISO-9000, akibat tekanan eksternal yang menimbulkan dorongan pada pimpinan perusahaan untuk melakukan perubahan, juga dipengaruhi oleh kompleksitas organisasi perusahaan, ukuran organisasi, kemudahan organisasi memperoleh sumberdaya, kebiasaan lama yang telah berkembang di perusahaan, komposisi masa kerja personal dan keterbukaan sistem.
Hal-hal yang diduga menjadi penghambat dalam implementasi standar lebih lanjut adalah kecenderungan perusahaan dalam memilih perangkat komunikasi yang bersifat formal struktural : personal formal sebagai pelaksana sosialisasi, saluran komunikasi formal, pola komunikasi, arah aliran komunikasi ke bawah (top down), dan pengembangan program komunikasi yang tidak mempertimbangkan perbandingan tingkat perubahan dengan tingkat keterlibatan personal yang diharapkan. Sehingga, untuk mencapai implementasi jangka panjang perusahaan mengalami hambatan.
Ini terjadi karena adopsi inovasi yang merupakan proses perubahan berkelanjutan, membutuhkan dukungan kelompok informal dalam organisasi, saluran komunikasi tepat, pengembangan setting arah aliran komunikasi ke bawah, ke atas maupun horizontal, kemasan komunikasi antar personal dan program-program komunikasi yang memperhitungkan tingkat perubahan dengan tingkat keterlibatan personal yang diharapkan.
Sedangkan bagi pihak eksternal, yang berperan menjadi agen perubahan, dapat mempercepat difusi inovasi standar ISO-9000, melalui manajemen komunikasi yang memperhitungkan tingkat perubahan yang diharapkan dengan tingkat keterlibatan perusahaan dalam konteks makro."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T8830
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Kurniawan Sujono
"Globalisasi yang terbawa oleh kapitalisme yang direstrukturisasi, maupun massifnya penggunaan teknologi informasi membawa perubahan bagi masyarakat. Masyarakat bangkit dalam struktur berciri jejaring yang kemudian disebut sebagai network.society. Kebangkitan ini tak dapat dilepaskan dari restructured capitalism, yang dibenahi dengan memanfaatkan teknologi berparadigma informasi. Pilihan yang melahirkan informasionalisme. Teknologi informasi, tak hanya dimanfaatkan kapitalis, namun juga terjadi perembesan (pervasive) pada individu. Pemanfaatan oleh individu ini, mendorong terbentuknya jejaring teknologi informasi. Sebuah keadaan yang membawa pada perubahan multidimensi : bidang ekonomi, politik, sosial maupun budaya.
Pada network society yang berlaku adalah logika jejaring. Di dalamnya terjadi relasi komunikasi yang membentuk budaya baru. Suatu budaya yang tidak membedakan antara realitas dan representasi simbolik. Produksi representasi simbolik menjadi pengganti yang nyata, menembus keterbatasan ruang. Yang virtual bertransformasi menjadi yang real. Ini disebut budaya real virtuality, memaknai virtualitas sebagai yang nyata. Kapitalisme dengan memanfaatkan budaya real virtuality, mampu melebarkan pengaruhnya menembus batasan ruang. Proses berlangsung pada ruang aliran (space of flows), menggantikan ruang tempat (space of places). Ruang membentuk waktu dalam masyarakat, sedangkan aliran (flows) membentuk waktu yang nir-waktu (timeless time). Waktu terhapus dari sistem komunikasi baru : waktu lampau, sekarang dan masa datang, diprogram untuk berinteraksi, dalam pesan yang sama, di waktu yang sama.
Implikasi bangkitnya masyarakat jejaring : jaringan global secara selektif membangkitkan dan mematikan individualitas, perasaan berkelompok, kewilayahan, dan bahkan negara, dalam jejaring. Di dalam masyarakat selalu terdapat hubungan antara yang lokal dengan yang global. Di satu sisi manusia, harus memastikan terpenuhinya syarat tertentu agar tetap berada di dalam jejaring, namun di sisi lain ada kesadaran untuk menampilkan diri sebagai sebuah identitas. Sehingga selalu terdapat kontradiksi hakiki antara the self dengan the net. Network society layaknya putaran arus yang melarutkan setiap aspek kehidupan, meniadakan identitas. Sehingga siapakah subjek dalam masyarakat jejaring ? Dimanakah posisinya?
Dengan menginteraksikan pemikiran-pemikiran Manuel Castells maupun semua keterangan teoretis dan empiris, serta spekulasi filosofis, dapat disimpulkan bahwa subjek dalam masyarakat jejaring adalah project identities : subjek yang awalnya berasal dari resistensi komunal terhadap struktur. Subjek project identity ini memiliki peran yang sangat penting kunci dalam masyarakat jejaring, sebab subjek-lah yang akan menyatukan dan mengokohkan kembali sejarah dan kebebasan masyarakat yang telah digerogoti oleh struktur jejaring.

Globalization brought by restructured capitalism and the massive use of information technology brings society into a radical change. The new society aroused within network characteristics structure that is then referred to as network society. The emergence of society can not be separated from the restructured capitalism, which is addressed by utilizing technology in informational paradigm. Choices that lead into informationalism. Information technology (IT) is not only used by the capitalist, but also infiltrates pervasively in individuals / human. IT utilization by human encouraged the formation of IT network. This condition brings into multidimensional change : in economic, politics, social, and culture.
In network society, network logic takes place. Within networks logic there is new culture formed by communication relationships. A culture that does not distinguish between reality and symbolic representations. Production of symbolic representation becomes a substitute of the real, that could break through the restrictiveness of space. In real virtuality culture, the virtual transformed into the reality ones, in which virtuality has a real meaning. Capitalism by making use of real virtuality culture, enables to widen its influence breaking through the space restrictions. The process takes place in the space of flows, replace the space of places. Space formed time in society, whereas flows formed a non-time (timeless time). Time erased from the new communication systems : past, present and future are programmed to interact, in the same message, at the same time.
Implications of the rise of network society is global network selectively evokes and diminishes individuality, group bonding, regionality, and even state. In society there is always a relationship between local and global. On the human side, a man must ensure the fulfillment of certain requirements in order to remain in the network, but on the other hand there is awareness to present themselves as an identity. So that there is always a fundamental contradiction between the self with the net. Network society is dissolving every aspect of life, negating identity.
So who is the subject in the network society? Where is his position? Encountering and synthesizing Manuel Castells thoughts, related theoretical, empirical, and philosophical speculation, it can concluded that the subjects in the network society is project identity: subjects who originally came from communal resistance to the structure. The subject of project identity has a very important role in the network society, because the subject was the one who would unify and strengthen the history and civil liberties that have been eroded by the network structure.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
D1401
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library