Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ghina Salma Fadhila
"Puskesmas merupakan salah satu bentuk unit pelayanan kesehatan. Persediaan obatobatan di puskesmas butuh pengelolaan, pengawasan dan pengendalian yang baik. Hal ini bertujuan untuk melindungi persediaan obat-obatan dari resiko kehilangan ataupun kerusakan. Ketersediaan obat di puskesmas penting karena persediaan obat adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan puskesmas. evaluasi ketersediaan item obat dan Inventory Turn Over Ratio sebagai bentuk pengendalian stok obat dalam pelayananan kefarmasian. Tingkat ketersediaan item obat di Puskesmas Cakung terdapat 31 item obat dengan ketersediaan <1 bulan (stok kosong), 48 item obat dengan ketersediaan 2-11 bulan (stok kurang), 115 item obat dengan ketersediaan 12-18 bulan (stok aman), dan 61 item obat dengan ketersediaan > 18 bulan. Inventory Turn Over Ratio (ITOR) obat di Puskesmas Cakung terdapat 21 obat dengan nilai perputaran yang baik / sesuai standar, 154 obat dengan perputaran yang rendah, dan 44 obat dengan perputaran yang tinggi.

Puskesmas is a form of health service unit. The supply of medicines at community health centers requires good management, supervision and control. This aims to protect medicine supplies from the risk of loss or damage. The availability of medicines at community health centers is important because drug supplies are one of the factors that influence the quality of health center services. evaluate the availability of drug items and Inventory Turn Over Ratio as a form of drug stock control in pharmaceutical services. The level of availability of drug items at the Cakung Community Health Center is 31 drug items with availability < 1 month (out of stock), 48 drug items with availability 2-11 months (low stock), 115 drug items with availability 12-18 months (safe stock), and 61 drug items with availability > 18 months. Inventory Turn Over Ratio (ITOR) for drugs at the Cakung Community Health Center there are 21 drugs with good turnover values / according to standards, 154 drugs with low turnover, and 44 drugs with high turnover."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Salma Fadhila
"Dalam suatu industri farmasi terdapat quality control atau pengawasan mutu terhadap obat yang akan diproduksi. Salah satu aspek yang perlu diawasi adalah bahan baku yang digunakan. Kualitas atau mutu bahan baku menjadi salah satu faktor yang menentukan mutu obat. Raman merupakan salah satu alat yang bisa digunakan untuk menguji identitas bahan dengan metode spektorskopik. Uji identifikasi menggunakan Raman leih efisien, mengurangi biaya, mengurangi lead time dan inventory. Oleh karena itu diperlukan pembuatan metode spektroskopi Raman portabel untuk identifikasi bahan baku di quality control PT Mahakam Beta Farma dan dan membuat data Master List hasil bahan baku yang sudah dibuat metodennya dengan spektroskopi Raman portabel.

In a pharmaceutical industry there is quality control or quality control of the drugs that will be produced. One aspect that needs to be monitored is the raw materials used. Quality or quality of raw materials is one of the factors that determines the quality of medicines. Raman is a tool that can be used to test the identity of materials using the spectroscopic method. Identification tests using Raman are more efficient, reduce costs, reduce lead time and inventory. Therefore, it is necessary to create a portable Raman spectroscopy method to identify raw materials in quality control at PT Mahakam Beta Farma and create a Master List data on the results of raw materials for which the method has been created using portable Raman spectroscopy."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Salma Fadhila
"Gagal jantung kongestif (CHF) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang progresif dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi baik di negara maju maupunun berkembang, seperti Indonesia. Pasien gagal jantung biasanya menderita penyakit penyerta yang lain sehingga membutuhkan berbagai macam obat dalam terapinya. Pemantauan Terapi Obat (PTO) bertujuan untuk meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD). Pasien dengan diagnosa gagal jantung kongestif akibat hypertensive heart disease dengan penyakit penyerta lainnya, seperti diabetes mellitus Tipe 2 dan gagal ginjal akut, dan anemia di RSUP Persahabatan perlu dilakukan monitoring karena agar dapat mendapatkan obat yang rasional dan meningkatkan efektivitas terapi obat pasien. Berdasarkan PTO penulis, pasien mengetahui dan memantau terapi pasien. Kemudian mengidentifikasi permasalahan terkait interaksi obat pada terapi pasien. Rekomendasi yang diberikan terhadap pasien adalah monitoring pendarahan (contoh: Hb, trombosit, feses berwarna gelap dan lembek, muntah darah), monitoring kadar gula darah, dan monitoring tekanan darah.

CHF (congestive heart failure) is a progressive public health problem with high morbidity and mortality rates in both developed and developing countries, such as Indonesia. Heart failure patients usually suffer from other comorbidities so they require various kinds of drugs in their therapy. Drug Therapy Monitoring (PTO) aims to increase the effectiveness of therapy and minimize the risk of Undesirable Drug Reactions (ROTD). Patients diagnosed with congestive heart failure due to hypertensive heart disease with other comorbidities, such as Type 2 diabetes mellitus and acute kidney failure, and anemia at Persahabatan Hospital need to be monitored because they can get rational medication and increase the effectiveness of the patient's drug therapy. Based on the author's PTO, the patient knows and monitors the patient's therapy. Then identify problems related to drug interactions in patient therapy. Recommendations given to patients are monitoring bleeding (for example: Hb, platelets, dark and soft stools, vomiting blood), monitoring blood sugar levels, and monitoring blood pressure."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Salma Fadhila
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaa, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuann dalam peraturan perundang-undangan. Walaupun PBF telah beroperasi sesuai persyaratan CDOB, BPOM tetap merekomendasikan untuk dilakukan audit internal maupun eksternal dengan pemeriksaan langsung terhadap sarana distribusi untuk mengetahui pemenuhan persyaratan CDOB. Audit umumnya dilakukan minimal satu kali dalam satu tahun. Kemudian, dari temuan hasil audit akan dilakukan pembuatan Corrective Action Preventive Action (CAPA). Alur pembuatan CAPA berdasarkan SOP Pembuatan CAPA di KFTD Pusat, meliputi melakukan investigasi terkait kesesuaian audit/inspeksi; Apoteker Penanggung jawab membuat CAPA dengan menganalisis akar penyebab masalah dan tindakan perbaikan dan pencegahan; hasil CAPA didokumentasikan, diimplementasikan, dan diserahkan ke QA untuk evaluasi. Temuan atas audit/inspeksi oleh salah satu Prinsipal terhadap KFTD Pusat disesuaikan dengan persyaratan berdasarkan Peraturan BPOM Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik atau peraturan perundang-undangan lain yang relevan. Pelaksanaan simulasi pembuatan CAPA atas temuan audit/inspeksi di KFTD Pusat telah disesuaikan dengan SOP Pembuatan CAPA KFTD Pusat dan Peraturan BPOM.
..... Pharmaceutical Wholesalers (PBF) are companies in the form of legal entities that have permits to procure, store, distribute medicines and/or medicinal substances in large quantities in accordance with the provisions of statutory regulations. Even though PBF has operated in accordance with CDOB requirements, BPOM still recommends carrying out internal and external audits with direct inspection of distribution facilities to determine compliance with CDOB requirements. Audits are generally carried out at least once a year. Then, from the findings of the audit results, Corrective Action Preventive Action (CAPA) will be created. The flow of making a CAPA is based on the SOP for making a CAPA at the Central KFTD, including carrying out an investigation regarding the suitability of the audit/inspection; The Responsible Pharmacist creates a CAPA by analyzing the root causes of problems and corrective and preventive actions; CAPA results are documented, implemented, and submitted to QA for evaluation. The findings of the audit/inspection by one of the Principals of the Central KFTD are adjusted to the requirements based on BPOM Regulation Number 6 of 2020 concerning Technical Guidelines for Good Medicine Distribution Methods or other relevant laws and regulations. The implementation of the CAPA creation simulation based on audit/inspection findings at the Central KFTD has been adjusted to the SOP for Central KFTD CAPA Making and BPOM Regulations."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Salma Fadhila
"Pelayanan Kefarmasian di Apotek berperan penting dalam menjamin mutu, manfaat, keamanan dan khasiat sediaan. Salah satu pelayanan kefarmasian di Apotek yang penting untuk diperhatikan adalah penyimpanan obat. Penyimpanan obat bertujuan untuk memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari penggunaan yang tidak bertanggungjawab, menjaga ketersediaan, serta memudahkan pencarian dan pengawasan. Penyimpanan obat yang tidak diperhatikan dapat menyebabkan obat rusak, terkontaminasi dan/atau kedaluwarsa. penyimpanan obat di Apotek Roxy Poltangan dibagi menjadi 36 kelas terapi. Penyimpanan padat oral yang sudah sesuai PMK Nomor 73 Tahung 2016 adalah penyimpanan di wadah asli pabrik, penyimpanan berdasarkan kelas terapi, penyimpanan sesuai suhu, tempat penyimpanan obat dipisahkan dari barang kontaminan, dan barang hampir ED dipisahkan. Penyimpanan berdasarkan penyususnan alfabetis, penandaan High-Alert dan obat LASA belum sesuai. Simulasi perbaikan penyimpanan obat padat oral dilakukan dengan menyusun obat secara alfabetis, membuat tempat untuk gudang obat dan memberi label gudang, memberi penandaan pada obat High-Alert dan LASA, menambahkan dan memperbarui label (nama sediaan, nomor batch, dan expired date).

Pharmaceutical services in pharmacies play an important role in ensuring the quality, benefits, safety and efficacy of preparations. One of the pharmaceutical services at the pharmacy that is important is drug storage. Drug storage aims to maintain the quality of pharmaceutical preparations, avoid irresponsible use, maintain availability, and facilitate search and supervision. If drug storage is not noticed it can cause drug damage, contamination and/or expiration. Drug storage at Roxy Poltangan Pharmacy is divided into 36 therapeutic classes. Oral solid drug storage in the pharmacy that is in accordance with PMK Number 73 of 2016 is drugs are stored in the original factory container, stored based on therapeutic class, temperature, separated from contaminants, and almost ED items are separated. Meanwhile, they are not stored based on alphabetical arrangement, High-Alert labeling and LASA. Simulations of improving the storage of oral solid drugs are carried out by arranging the dugs alphabetically, creating a place for drug storage and labeling the warehouse, marking High-Alert and LASA medicines, adding and updating labels (name, batch number and expiry date)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Salma Fadhila
"Cetirizine HCl sebagai obat untuk terapi alergi memiliki tanggal kedaluwarsa pada kemasan sediaan, namun data mengenai beyond use date (BUD) dari cetirizine HCl masih terbatas. Oleh karena itu, tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk memperoleh BUD dari sediaan sirup cetirizine HCl berdasarkan kadar zat aktif dengan KCKT detektor UV-Vis. Metode ini dilakukan menggunakan fase gerak asetonitril-dapar fosfat pH 3 (50:50 v/v), laju alir 1 ml/menit dengan elusi isokratik dan dianalisis pada panjang gelombang 232 nm. Metode yang digunakan selektif dan spesifik. Hasil linearitas menunjukkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,9998 pada rentang konsentrasi 4-32 µg/ml. Nilai LOD dan LOQ sebesar 0,5 µg/ml dan 1,7 µg/ml berturut-turut. Metode ini memenuhi persyaratan akurasi, presisi, uji kekuatan, dan ketangguhan. Penetapan kadar dilakukan selama 5 minggu dan BUD dari sampel sediaan cetirizine HCl adalah 25 hari. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Cetirizine HCl as a drug for allergy therapy has an expiration date on it’s packaging, but for the data regarding beyond use date (BUD) of cetirizine HCl is still limited. Therefore, the purpose of this study is to obtain the BUD of cetirizine HCl syrup based on its active substance concentration using HPLC with UV-Vis detector. This method was carried out using mobile phase acetonitrile-phosphate buffer pH 3 (50:50 v/v), flow rate 1 ml/min with isocratic elution and analyzed at a wavelength of 232 nm. This method is selective and specific. The linearity results show the correlation coefficient (r) of 0.9998 in the concentration range of 4-32 g/ml. The LOD and LOQ values were 0.5 g/ml and 1.7 g/ml, respectively. This method satisfies accuracy, precision, robustness and ruggedness criteria. Concentration determination was carried out within 5 weeks and the BUD of cetirizine HCl syrup sample was 25 days. Further research needs to be done to obtain better results."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library