Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gisela Haza Anissa
"Pendahuluan. Mikosis paru adalah gangguan paru yang disebabkan infeksi atau kolonisasi jamur atau reaksi hipersensitif terhadap jamur. Kecenderungan mikosis paru di masyarakat cenderung meningkat tetapi diagnosis sulit ditegakkan. Tujuan. Mengetahui karakteristik klinis dan laboratorium mikologi pasien tersangka mikosis paru.
Metode. Penelitian menggunakan metode cross sectional. Data diambil dari hasil pemeriksaan mikologi Laboratorium Parasitologi FKUI/RSCM dan rekam medis pasien di RS Persahabatan dari Januari 2010 hingga Januari 2011.
Hasil. Dari 49 sampel yang memenuhi kriteria inklusi, sampel dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 73,5%. Kasus terbanyak pada rentang usia 51 hingga 60 tahun sebesar 26,5%. Bahan klinis yang paling banyak diperiksa adalah bilasan bronkus sebesar 55,1%. Gejala klinis yang banyak dikeluhkan yaitu batuk berulang sebesar 67,3%. Gambaran radiologi terbanyak yaitu gambaran massa sebesar 12,2%. Pada pemeriksaan langsung menunjukkan elemen jamur sebanyak 32,7% dan dari pemeriksaan biakan didapatkan hasil positif sebesar 46,9%. Prevalensi keberadaan jamur di paru atau saluran napas pasien tersangka mikosis paru di RS Persahabatan adalah 46,9%. Pada pemeriksaan spesies jamur didapatkan spesies terbanyak yaitu Candida albicans sebesar 69,6%.
Kesimpulan. Kasus yang dicurigai mikosis paru terbanyak pada pasien dengan jenis kelamin laki-laki dan pada rentang usia 51-60 tahun. Bahan klinis yang paling banyak diperiksa adalah bilasan bronkus. Gejala klinis paling banyak dikeluhkan adalah batuk berulang dan gambaran radiologi terbanyak yaitu gambaran massa. Prevalensi keberadaan jamur di paru atau saluran napas pasien tersangka mikosis paru di RS Persahabatan adalah 46,9%. Spesies terbanyak dari hasil biakan yaitu Candida albicans.

Introduction. Lung mycoses is lung disease which caused by fungal infection or colonization or hypersensitivity reaction to fungi. Lung mycoses trend is increasing in community, however, diagnosis was hard to obtained.
Aim. To acknowledge the clinical and laboratory characteristics of lung mycoses suspected patients.
Method. This cross-sectional study is taken from mycology lab results in Parasitology Laboratorium FKUI/RSCM and medical records in RS Persahabatan from January 2010 until January 2011.
Result. All 49 samples fulfilling inclusion criteria are 73,5% male. Most cases are from age 51 until 60 years as much as 26,5%. Mostly used clinical specimens are bronchial lavage (55,1%). While most clinical symptom in patients is recurrent cough (67,3%). Most radiological in samples are masses (12,2%). Direct examination of clinical samples showing fungal elements are 32,7% and cultures yielding positive results are 46,9%. Hence, prevalence of fungal existence in lung or respiratory tract of suspected patients in Persahabatan Hospital are 46,9%. Most species found is Candida albicans (46,9%).
Conclusions. Most lung mycoses suspected patients are male and in range of age 51 until 60 years. Most examined clinical specimens are bronchial lavage. Samples mostly has recurrent cough as their clinical symptom while most radiological finding is ?masses? lesion. Prevalence of fungal existence in lung or respiratory tract of suspected patients in RS Persahabatan are 46,9% and most species found is Candida albicans.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gisela Haza Anissa
"Latar Belakang: Meibomian Gland Dysfunction (MGD) adalah kelainan kelenjar Meibom yang bersifat kronik dan difus, ditandai oleh obstruksi duktus terminalis dan atau perubahan kualitatif serta kuantitatif sekresi kelenjar. Kelainan ini sering ditemui di praktik klinis dan merupakan penyebab utama Dry Eye Disease (DED). Meibografi adalah studi pencitraan yang khusus menilai morfologi kelenjar Meibom secara in vivo. Meibografi penting dilakukan rutin untuk diagnosis, evaluasi terapi dan alat edukasi pasien. Meibografi selama ini menggunakan teknik inframerah tetapi alat mahal dan tidak selalu tersedia. Penelitian ini ingin mengetahui validitas dan reliabilitas teknik meibografi filter merah oleh smartphone dibandingkan dengan meibografi inframerah dalam menilai MG (Meibomian Gland) dropout. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain potong lintang. Sebanyak 35 orang (68 mata) dengan kecurigaan MGD berdasarkan keluhan dan kelainan morfologi kelopak dilibatkan dalam penelitian ini. Kelenjar Meibom subjek penelitian difoto menggunakan dua jenis smartphone (Samsung S9 dan iPhone XR) pada slitlamp yang ditambahkan filter merah. Gambar yang dihasilkan kemudian dinilai secara subjektif menggunakan meiboscore oleh dua orang penilai dan persentase dropout dinilai dengan aplikasi komputer ImageJ. Hasil: Tidak ada kesesuaian penilaian meiboscore antara teknik meibografi filter merah oleh kedua merk smartphone dengan meibografi inframerah. Kesesuaian kedua teknik dalam penilaian persentase dropout menggunakan ImageJ menunjukkan nilai kesesuaian yang rendah. Namun, terdapat korelasi positif antara meiboscore dengan persentase dropout menggunakan ImageJ pada teknik meibografi filter merah oleh kedua jenis smartphone walaupun nilai korelasinya lemah. Inter-rater reliability penilaian meiboscore teknik meibografi filter merah menunjukkan tidak ada kesesuaian antara kedua penilai. Intra-rater reliability penilaian meiboscore dari teknik meibografi filter merah oleh smartphone Samsung dan iPhone menunjukkan kesesuaian yang lemah pada penilai 1 dan tidak ada kesesuaian pada penilai 2. Kesimpulan: Validitas dan reliabilitas teknik meibografi filter merah oleh smartphone kurang baik dalam menilai dropout dibandingkan dengan meibografi inframerah. Nilai intra- dan inter-rater reliability yang rendah pada semua teknik pemeriksaan meibografi menunjukkan perlunya penelitian lanjut tentang penilaian subjektif.

Background: Meibomian Gland Dysfunction (MGD) is defined as a diffuse abnormality of the Meibomian glands initiated through occlusion of its terminal ducts and/or changes in the glandular secretion. MGD is one of the most common disorders encountered in ophthalmic practice and a leading cause of Dry Eye Disease (DED). Meibography is a specialized imaging study developed for the purpose of directly visualizing the morphology of meibomian glands in vivo. It is important to be performed routinely for diagnosis, treatment evaluation and educational tools for patients. However, up until now meibography use infrared technique which are costly and not readily available. This study aimed to compare the validity and reliability of red filter meibography technique by smartphone to infrared meibography in evaluating Meibomian gland dropout. Methods: This is an analytical cross sectional study. A total of 35 subjects (68 eyes) with suspected MGD according to symptoms and abnormality of lid morphology were included in this study. Meibomian glands of each subject were captured using two types of smartphone (Samsung S9 and iPhone XR) through slitlamp on which we added red filter in front of the light source. Images are rated subjectively using meiboscore by two rater and dropout percentage are rated using ImageJ applications. Results: There are no agreement in meiboscore rating between red filter meibography by two smartphones with infrared meibography technique. There is also minimal level of agreement between techniques in evaluating dropout percentages using ImageJ. However, there is positive but low correlation between meiboscore and dropout percentage using ImageJ in red filter meibography by two smartphones. Inter-rater reliability of meiboscore show no agreement between two rater. Intra-rater reliability of meiboscore from red filter meibography by Samsung and iPhone smartphone demonstrated a weak level of agreement in rater 1 and no agreement in rater 2. Conclusion: The validity and reliability of red filter meibography by smartphones was not satisfactory in evaluating dropout compared to infrared meibography. The low value of intra- and inter-rater reliability on all meibography techniques indicate the need for further research on subjective assessment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library