Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hasibuan, Muhammad Umar Syadat
"Kebangkitan Islam kembali, yang telah diteriakkan sejak awal abad ke 20, terutama ditandai dengan kejatuhan imperium terbesar Islam Khilafah Utsmaniyah pada tahun 1924, ditandai dengan lahirnya dua gerakan Islam monumental abad 20 yaitu Ikhwanul Muslimin pimpinan Hasan Al-Banna di Mesir pada tahun 1928 dan Jamaah Islamiyah pimpinan Abu a?la al-Maududi di anak benua Pakistan dan India pada tahun 1944. Gerakan Islam Ibu-bapak -- Ikhwanul Muslimin dan Jamaah Islamiyah, kemudian melahirkan gerakan-gerakan lslam baru, sebagai penerus, maka berdirilah gerakan Front Nasional Islam di Sudan 1985 dan Front Pembela Islam di Al-Jazair pada tahun 1988.
Gerakan Politik Islam di Sudan dan Al-Jazair dewasa ini menampilkan pola pergerakan keagamaan yang menarik diteliti di Era kontemporer Gerakan Front Penyelamat Islam di Al-Jazair dan Gerakan Front Nasional Islam di Sudan memiliki kesamaan dan perbedaan dalam pola-pola pergerakan yang ditampilkan dalam pentas politik di negara-masing-masing. Persamaanya adalah pada sasaran dan tujuan yaitu menegakkan Syari?at Islam ditengah kehancuran sistem pemerintahan yang ada. Sedangkan perbedaannya adalah pada cara atau jalur yang ditempuh untuk mencapai sasaran kekuasaan sebagai sarana menegakkan syari`at Islam.
Bahwa kelahiran gerakan-gerakan politik Islam pada umumnya disebabkan karena dua faktor ganda yaitu baik pada faktor internal negara dan ekternalnya, maupun faktor internal ummat Islam dan eksternal ummat Islam. Penulis menggunakan komparasi perbandingan. Studi kepustakaan (library research). Menggunakan teori pergerakan politik Islam dan teori perbandingan politik. Teori Sekularisme juga menjadi kerangka pembahasan tesis. Fokus penelitian adalah gerakan Islam tahun 1980-an dan 1990-an.
Bahwa dengan berpijak pada teori-teori dan konsep-konsep politik islam dalam meneliti fenomena pergerakan Islam di Al-Jazair dan Sudan, maka penulis menemukan adanya kesinambungan pemikiran yang orisinal, bermula dari pola-pola pergerakan Islam masa Nabi Muhammad, Khulafaur Rasyidin, Umayyah, Abbasiyah hingga Khilafah Utsmaniyah. Penulis juga dapat menyimpulkan perbedaan gerakan politik Islam Sudan dan AI-Jazair berdasarkan teori komparasi.
Bahwa latar belakang kelahiran gerakan-gerakan Islam modern adalah karena kondisi politik dan ekonomi negara-negara Islam yang semakin melemah di hampir seluruh dunia Islam, yang dikarenakan oleh faktor internal dan eksternal, yang sama-sama kuatnya.
Bahwa tujuan gerakan politik Islam adalah mengembalikan kepercayaan diri ummat Islam dalam menciptakan kekuatan untuk menerapkan syari?at Islam dan meningkatkan derajat ummat Islam, telah berhasil dicapai dalam beberapa aspeknya. Misalnya, kesadaran dan semangat ke Islaman yang semakin kuat dalam menciptakan solidaritas dikalangan ummat Islam.

The rising back of Islam, which has been declared since the 20th century, mainly signed by the fall out of the biggest imperial of Islam, Khilafah Utsmaniyah in 1924, also signed by the born of two Islamic Monumental Movement in 20th century, that are Ikhwanul Muslimin driven by Hasan Al-Banna in Egypt in 1928 and Jamaah Islamiyah driven by Abu a?la al Maududi in the continent son of Pakistan and Indian in 1944. The Founder of Islamic Movement-Ikhwanul Muslimin and Jamaah lslamiah - further bore the New Islamic Movements, as a generation, so it appeared Islamic National Front Movement in Sudan, 1995 and Islamic Defender Front in Algeria, 1988.
Islamic Politic Movement in Sudan and Algeria performed religious type of movement that interested to be observed in contemporary era. Islamic Defender Front Movement in Algeria and Islamic National Front Movement in Sudan have equality and difference in movement types which was performed in their state political stage. The equality in target and objective is to defense Islamic rule in the middle of available government system dissolved. However the differences are in the way or stripe that has been performed to get the power target as a target for defense Islamic rule.
Whereas the born of Islamic Politic Movement, generally caused by two double factors, that are either in internal and external factor of state, or in internal and external of Moslems.
Using Comparative of Comparison, Library research. Using the theory of Islamic politic movement and theory of political comparison. Also theory of secularism can be a framework of thesis explanation. Research focus is Islamic Movement in the era of 1980 and 1990.
Whereas with focusing in theories and Islam Political Movement in observing Islamic movement phenomenon in Algeria and Sudan, so the writer found that there are an original continuity thinking, begin from the models of Islam in Mohammad era, Khulafaur Rasyidin, Umayah, Abbasiyah until Khilafah Utsmaniyah.
Whereas the background of the born of modern Islamic movement are because politic condition and the economy of Islam states that is become weakness in almost all Islam world, and because of internal and external factor which have equal power.
Whereas the objective of movement is to get back the confidence of Islam people in creating the power to perform Islam rule and increase the honor of Moslem, has been succeeded in some aspect. For example, the awareness and spirit of Islamic which become stronger in creating solidarity in Moslem people.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11103
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Muhammad Umar Syadat
"Disertasi ini menjelaskan studi tentang gerakan politik mahasiswa. Disertasi ini menggunakan studi kasus untuk menganalisa dua tipe polarisasi gerakan mahasiswa. Pertama, polarisasi gerakan mahasiswa pada masa pemerintahan B.J. Habibie. Kedua, polarisasi gerakan mahasiswa pada pemerintahan Abdurahman Wahid. Lebih jauh lagi, studi ini menjelaskan gerakan politik mahasiswa yang menggunakan pernyataan politik moral force sebagai kekuatan politik. Penelitian dari disertasi ini menggunakan pendekatan kualitatif dan analisa deskriptif. Data dari studi ini diperoleh dengan cara wawancara mendalam dan sumber data sekunder. Beberapa teori digunakan sebagai kerangka analisa.
Pertama, teori demokrasi dari Maswadi Rauf dan Larry Diamond. Kedua, teori konflik dari Maswadi Rauf. Ketiga, teori gerakan massa dari Eric Hoffer. Keempat, teori elit dari Suzane Keller. Disertasi ini juga menggunakan tipologi gerakan politik mahasiswa dari Philip G. Altbach dan Burhan D. Magenda untuk memperkaya kajian gerakan mahasiswa di Indonesia. Kerangka teori ini sangat berguna untuk menganalisa gerakan politik mahasiswa dalam disertasi ini.
Beberapa penemuan dari disertasi ini adalah pertama, polarisasi gerakan mahasiswa pada masa pemerintahan B.J. Habibie adalah antara HMI, KAMMI kontra FORKOT, FKSMJ. Gerakan mahasiswa ini dapat dikategorikan sebagai gerakan politik mahasiswa ekstra universiter. Sementara itu pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid polarisasi gerakan mahasiswa adalah antara BEMI kontra BEMSI yang dapat disebut sebagai gerakan politik mahasiswa intra universiter. HMI, KAMMI dan FORKOT, FKSMJ pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid berada dalam payung organisasi BEMI dan BEMSI. Dengan demikian polarisasi pada masa pemerintahan B.J. Habibie adalah organisasi ekstra vs ekstra universiter sementara pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid adalah organisasi intra universiter vs intra universiter. Kedua, polarisasi gerakan mahasiswa tersebut disebabkan oleh perbedaan persepsi terhadap figur kepemimpinan B.J. Habibie dan Abdurrahman Wahid. Di satu sisi, HMI, KAMMI percaya bahwa B.J. Habibie adalah tokoh muslim dan telah memenuhi tuntutan reformasi. Sementara itu FORKOT, FKSMJ berpendapat bahwa B.J. Habibie merupakan kroni Soeharto. Pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid, BEMI pendukung Abdurrahman Wahid berpendapat bahwa Abdurrahman Wahid bukan hanya sukses menyelesaikan agenda reformasi, tetapi adalah tokoh reformis dan pemimpin pluralis. Sementara BEMSI penentang Abdurrahman Wahid, selain menganggap Abdurrahman Wahid terlibat dalam Buloggate dan Brunaigate, juga menganggap tidak serius menyelesaikan agenda reformasi yaitu memberantas KKN dan menganggap Abdurrahman Wahid sebagai anti demokrasi dan anti Islam. Ketiga, disertasi ini menemukan bahwa gerakan mahasiswa HMI, KAMMI, FORKOT, FKSMJ, BEMI dan BEMSI merupakan gerakan politik. Gerakan mahasiswa ini mendapat dukungan politik, ekonomi dan psikologi dari elit politik. Dengan demikian gerakan mahasiswa memiliki kesamaan kepentingan dengan elit politik baik secara politik dan ideologis.
Studi ini mengajukan perspektif teoritis baru dalam konteks gerakan politik mahasiswa, yaitu: (1) polarisasi gerakan mahasiswa tidak dapat dihindari karena adanya perbedaan kepentingan politik dan ideologi di antara aktivis mahasiswa. (2) Gerakan mahasiswa di Indonesia selalu menggunakan pernyataan politik moral force, sehingga moral force ini dijadikan dasar legitimasi politik mahasiswa untuk memperluas dukungan politiknya. (3) Relasi kekuasaan elit politik dengan gerakan mahasiswa karena keduanya memiliki kepentingan ideologi dan politik yang sama. (4) Polarisasi gerakan mahasiswa diakibatkan oleh dasar legitimasi moral dan dukungan elit politik.
Studi ini menegaskan bahwa untuk mempertahankan gerakan mahasiswa sebagai kekuatan moral harus dibebaskan dari ketergantungan finansial dari elit politik walaupun secara ideologi dan psikologi antara aktivis mahasiswa dan elit tidak dapat dipisahkan.

This disertation examines the study of the students political movements. This disertation uses case study to analysis two types of polarization of the students movements. First, polarization of student movements during B.J. Habibie government. Second, the polarization of student movements during Abdurahman Wahid government.
Furthermore, this study explains the trends of the students movements from political statement of moral force into a real political force.
The research of this disertation uses qualitative approach and discriptive analysis. The data for this study collected by indepth interview and secondary resources. Some theories are used as analytical framework. First, theory of democracy from Maswadi Rauf, Larry Diamond, Juan J. Linz and Alfred Stepan. Second, Theory of conflict from Maswadi Rauf. Third, social movement theory from Eric Hoffer. Fourth, elite theory of Gaetano Mosca and Suzane Keller, Harold D. Laswell, Gabriel A Almond and Roberth Dahl. This thesis is also used the study of students movement from Philip G. Altbach, Arbi Sanit, Suwondo and Muridan to enrich the analysis on student movements in Indonesia. This theoretical framework are valuable for analysing the student movements in this disertation. Several findings of this disertation are firstly, the polarization of student movement in B.J. Habibie era was between HMI, KAMMI vs FORKOT, FKSMJ. This students organization is categorise as the extra-universiter organization. While in Abdurrahman Wahid government, polarization of student movements was between BEMI and BEMSI which called the intra universiter student governments. HMI, KAMMI and FORKOT, FKSMJ in Abdurrahman Wahid government were under the the umbrella of BEMI and BEMSI category. In other words, the polarization of student movements in Abdurrahman Wahid government was using the intra-universiter organisation such as BEMI. Therefore, the polarization of student movements during the B.J. Habibie government was extra organization and during Abdurrahman Wahid government was intra organization. Secondly, the polarizations of students movements are caused by the perception towards the leadership figure of B.J. Habibie and Abdurahman wahid. In one hand, HMI, KAMMI believe that B.J. Habibie as Muslim leader and already tackle the reformation demands. However, on the other hand, FORKOT, FKSMJ considered B.J. Habibie as a cronie of President Soeharto. While in Abdurrahman Wahid Era, BEMI as supporter of Abdurrahman Wahid believe that his government has been succeded to comply with most of the reformation agenda. He was also consider as a reformist and pluralist leader. However, BEMSI found that Abdurrahman Wahid was involved in the Bullogate and Brunaigate. He was also not seriously tackling the KKN, consider as anti democracy and anti Islam. Thirdly, the study is also suggested that students movements moved from moral force into the political movement. the students movements supported by political elites through the logistic support, financial and psychological support. Therefore, the political elites have the similar interests politically and ideologically.
This study is also propose a new theoretical perspective in the student political movement, that are: (1) polarization of student movement can not ovoid it because of the differences of the political and ideological interest among students activist.(2) Student movements in Indonesia always use political moral force, so that moral force is used as legimaticy basis of the students to enlarge their political support. (3) the power relation between political elite and student movement because of both of them have a similar ideological and political interests.(4) the polarization of students movement are caused by moral legitimacy basis and the support from political elites.
This study suggested that to maintain the moral force of the students movements have to liberated from the financial dependency from the political elites. Even though ideologically and psychologically between the students activist and the elites cannot be separated.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
D00918
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Muhammad Umar Syadat
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia , 2008
320.9 HAS r (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library