Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Herwanto
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peranan lingkungan pendidikan terhadap motif berprestasi dan keyakinan spiritual pada siswa yang berbakat memimpin dari SMU Unggulan-Non unggulan.
Penelitian dilaksanakan di enam SMU (tiga SMU Unggulan, tiga SMU Nonunggulan) di DKI Jakarta, dengan sampel para siswa kelas dua dan tiga (IPA dan IPS) Cawu I tahun ajaran 2001/2002 untuk mengidentifikasi siswa berbakat memimpin, menggunakan dua tahap : (1) tahap penjaringan melalui pelabelan, nominasi oleh guru; (2) tahap penyaringan menggunakan nilai prestasi belajar, skor IQ dan nominasi diri sendiri. Sampel terpilih sebanyak 72 orang siswa. Cara pengambilan sample untuk penentuan kota dan lokasi sekolah menggunakan teknik Total Sampling (sampel populasi).
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner berbentuk Skala Model Likert, yang terdiri dari : 1) Skala Berbakat Memimpin (SBM), salah satu alat untuk mengidentifikasi siswa berbakat Memimpin; 2) Skala Motif Berprestasi (SMB); 3) Skala Keyakinan Spiritual (SKS); dengan lima pilihan (option). Sebelum digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu dicarikan validitas dan reliabilitasnya. Hasil uji coba dengan teknik item total correlation menunjukkan korelasi yang balk antara item yang satu dengan item yang lain, maupun dengan keseluruhan dimensi. Demikian pula reliabilitas tes dengan rumus Alpha Cronbach menunjukkan basil yang signifikan. Reliabilitas instrumen masing - masing variabel yaitu : Berbakat Memimpin = 0,94;
Motif Berprestasi = 0,81; dan Keyakinan Spiritual = 0,91. Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan SPSS Versi 10.01 dan Mathcad Professional 2001. Untuk Pembuktian hipotesis digunakan Analisis Statistik Multivariat dengan uji F.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa : Ada perbedaan yang bermakna peranan lingkungan pendidikan terhadap motif berprestasi dan keyakinan spiritual pada siswa yang berbakat Memimpin dari SMU Unggulan - Nonunggulan, dengan F hitting = 970,436 lebih besar dari F tabel = 3,13 pada taraf signifikansi 0,05 dan F tabel = 4,92 untuk taraf signifikansi 0,01. Deegan demikian hipotesis penelitian diterima.
Hasil penelitian ini dapat menjelaskan bahwa ada perbedaan yang bermakna peranan lingkungan pendidikan terhadap motif berprestasi dan keyakinan spiritual pada siswa yang berbakat Memimpin dari SMU Unggulan - Nonunggulan. Untuk itu, hash penelitian ini menjadi informasi ilmiah bagi penentu kebijakan khususnya yang bertanggung jawab terhadap pembinaan siswa berbakat memimpin dengan memperhatikari motif berprestasi dan keyakinan spiritualnya di SMU Unggulan - Nonunggulan DKI Jakarta.

This research is intended to find out the difference in the role of educational environment to need for achievement and spiritual belief on student having leadership gifted of superior - nonsuperior SMU. Research was conducted in six SMU (three superior and three non-superior SMU) in Special Capital District of Jakarta, by sampling of students grade Il and III (IPA and IPS) quarterly I study year 2001/2002 to identify leadership gifted student, using two stages: (1) netting stage through labeling, nomination by teacher; (2) netting state using study achievement value, IQ score and self-nomination. Total selected samples were 72 students. Sampling method to decide the city and location of school using total sampling (population sample).
Data collection was made by using questionnaire take of the form of Likert Model Scale, consist of : (1) Leadership gifted scale (SBM) one of means to identify leadership gifted student; (2) Scale Need for achievement (SMB); (3) Spiritual belief Scale (SKS); with five options.. Before using it in this research we must first looking for it validity and reliability. The result that a good correlation between one item to the other, as well as to the whole dimensions. So are the test-reliability using Alpha-Cronbach formula indicated a significant result. The reliability of responsive variable indicated : leadership-gifted = 0,94; achievement motive (need for achievement) = 0,81; and spiritual belief = 0,91. the data of research result was processed using SPSS version 10.10 and Mathcad Professional 2001. to prove the hypothesis we used multivariate statistic analysis F test.
The result hypothesis-test indicate that : There are a significant differences in the role of educational environment to need for achievement and spiritual belief on student with leadership-gifted of superior SMU and those of non-superior SMU, with F-Count = 970,470,436 larger than F-Table = 3,13 at significant level of 0,05 and F-Table = 4,92 for significant level of 0,01. By so doing the research hypothesis was accepted.
This result may clarify that there are a significant differences in the role of educational environment to need for achievement and spiritual belief on student having leadership gifted of superior SMU and those of non-superior SMU.
The resent of this research because scientific information for decisive policy especially those responsible for the building of gifted student by taking of need for achievement and spiritual belief in superior SMU-Nonsuperior SMU, Special Capital District of Jakarta.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T18519
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danang Dwi Herwanto
"Saat ini, kompetisi telekomunikasi di Indonesia telah memasuki era konvergensi, di mana para operator telekomunikasi saling berlomba dalam membangun suatu infrastrukutur jaringan yang terintegrasi untuk memberikan kualitas layanan yang lebih baik kepada masyarakat dengan biaya operasional seefisien mungkin, sekaligus mempersiapkan infrastruktur jaringan ke era Next Generation Network. PT Indosat sebagai pemain lama dalam industri telekomunikasi Indonesia telah melakukan migrasi terhadap infrastruktur jaringannya yang sebelumnya terpisah-pisah ke dalam satu jaringan backbone berbasiskan IP/MPLS. Migrasi ke Single IP/MPLS Backbone pada PT Indosat dilatarbelakangi karena adanya kerugian dari penggunaan infrastruktur jaringan yang belum terkonsolidasi dan adanya tujuan untuk mendapatkan manfaat-manfaat dari penggunaan jaringan backbone tunggal. Melalui Proyek Akhir ini akan dilakukan analisis terhadap strategi migrasi yang diterapkan dan evaluasi terhadap pencapaian tujuan migrasi PT Indosat. Analisis ini berdasarkan pada informasi yang didapat dari studi terhadap dokumen migrasi Indosat dan wawancara langsung dengan stakeholder yang terlibat dalam proses migrasi. Pembelajaran yang bisa didapat dari migrasi pada PT Indosat adalah bahwa perlu dilakukan persiapan yang matang dan analisis yang mendalam terhadap keadaan existing sebelum dilakukan migrasi untuk meminimalkan resiko kegagalan pada saat migrasi. Migrasi ke Single IP/MPLS Backbone ini banyak memberikan manfaat bagi PT Indosat dan pelanggannya yang semuanya akan diulas pada bagian akhir dari Proyek Akhir ini.

Nowadays, telecommunications in Indonesia have entered the convergence era, when telecommunications operators compete to develop an integrated network infrastructure, in order to provide better quality of service to their customers. The convergence can reduce operational expanses, as well as preparing the telecommunication operator to be Next Generation Network (NGN) ready. PT Indosat, Tbk, as an old player in Indonesia telecommunications industry, has migrated its previous three IP/MPLS networks to a single IP/MPLS backbone. Migration to Single IP/MPLS Backbone in PT Indosat was triggered by loss of network infrastructure usage, which had not been consolidated. In addition, PT Indosat needs to gain more benefits from the usage of single network backbone. Analysis on PT Indosat migration strategies, and evaluation of the migration achievement have been done in this Final Project. Both of them have been conducted by literature studies, observation, and interviews with the stakeholder involved in migration. The lesson learnt from the migration at PT Indosat is a necessity of longer preparation and deeper analysis to the existing network. Those processes must been accomplished before initializing the migration. It can minimize failure risks during the migration. It gives many benefits for PT Indosat and its customers, as further discussed completely in this Final Project."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lydia Herwanto
"ABSTRAK
Skripsi yang berjudul Kyai Sadrach Suropranoto dan umatnya tahun 1871 _ 1899 ini saya ajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar sarjana pada jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Pembahasan tentang Kyai Sadrach Suropranoto dan umatnya yang berpusat di Radukuhan Karangjoso, wilayah Kutoarjo yaitu daerah Jawa Tengah bagian selatan, sepan_jang pengetahuan saya merupakan masalah yang belum dibahas secara terperinci, ditinjau dari sudut sejarah. Walaupun demikian hal tersebut merupakan suatu kenyataan yang terjadi dalam sejarah Indonesia. memang ada beberapa tu-lisan yang mengungkapkan sekilas tentang umat Kristen Ja_wa di daerah Jawa Tengah bagian Selatan ini ataupun tentang pribadi pemimpinnya yaitu Kyai Sadrach Suropranoto , misalnya dalam tulisan J. Wietjen S.Y. yang berjudul Pas_tur van Lith mengenai Kyai Sadrach dalam majalah Brien_tasi, Pustaka Filsafat dan jeologi; tahun 6, 1974, tulis_an I. Sumanto W.P. yang berjudul Kyai, Sadrach Seoranq Pencari Kebenaran, Sebabak Seiarah Pekabaran Injil di Jawa Tengah terbit tahun 1974, tulisan pendeta F. Lion Cachet yang berjudul Een Jaar LE Reis in dienst der tending terbit tahun 1890 dan tulisan L. Adriaanse yang berjudul Sadrach's Krino terbit tahun 1899...

"
1985
S12251
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Setia Herwanto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S47897
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Herwanto
"Tesis ini merupakan pembahasan dari studi kasus perbankan yang terjadi pada salah satu bank yang sedang berkembang di Indonesia. Analisis ini terfokus pada kinerja sistem operasional Bank ABC sebagai bank lokal baik dari segi waktu maupun biaya yang dibutuhkan. Sistem operasional yang dibahas dalam tesis ini akan direfleksikan melalui proses transfer LLG dan RTGS (Activity Diagram dan CPM). Hasil analisis ini diharapkan dapat memperbaiki kinerja proses transfer pada sistem operasional sehingga kinerja waktu dan biaya yang digunakan dapat ditingkatkan.

This thesis is a discussion about banking case study that occurred at one of a growing bank in Indonesia. This analysis focused on the performance of Bank ABC operational system as a local bank in terms of both time and cost required. Operating systems discussed in this thesis will be reflected through the LLG and the RTGS transfer process (using activity diagram and CPM). The results of this analysis are expected to improve performance on the transfer process so that the performance of operational systems can be increased."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T32235
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Desriansyah Yudha Herwanto
"Pesawat udara nir awak atau PUNA merupakan teknologi yang sedang berkembang di beberapa negara termasuk Indonesia. PUNA banyak dimanfaatkan untuk kepentingan eksplorasi, pemetaan, penyelamatan, dan pemantauan lewat udara. Untuk mengirimkan data pengamatan dari udara, dibutuhkan transmitter yang dipasang pada pesawat dan salah satu komponen penting penyusunnya adalah antena. Antena yang dipasang pada pesawat harus mempunyai ukuran kecil dan bobot yang ringan, karena pesawat tanpa awak mempunyai payload yang tidak terlalu besar. Pada skripsi ini akan dilakukan perancangan antena mikrostrip susun dengan pola radiasi omnidirectional dan bekerja pada frekuensi 5.6 GHz. Selain itu, antena juga mempunyai polarisasi melingkar. Sehingga dapat mendukung mobilitas pesawat.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa return loss antena single elemen antara 5.5 – 5.7 GHz sudah berada <-10 dB, bandwidth antena 1.13 GHz (<-10 dB) dan gain yang didapatkan sebesar 7.031 dB. Begitu juga pada antena susun 4 elemen, bandwidth antena pada return loss <-10 dB adalah 980 MHz (5.22 – 6.2 GHz) dan gain sebesar 7.142 dB. Kemudian, dilakukan validasi antena dengan pengukuran di ruang anechoic chamber. Hasil pengukuran untuk single elemen menunjukkan bahwa antena bekerja pada frekuensi 5.224 – 6.176 GHz GHz dengan bandwidth sekitar 952 MHz, return loss pada frekuensi 5.6 GHz adalah - 14.25 dB dengan gain 6.88 dBi, dan polarisasi melingkar. Sedangkan untuk antena susun 4 elemen (dipasang pada badan pesawat), bekerja pada frekuensi 5 - 5.77 GHz dengan bandwidth 770 MHz (<-10 dB), return loss pada frekuensi 5.6 GHz adalah -13.94 dB dengan gain 9.271 dBi, pola radiasi mendekati bentuk omnidirectional, dan polarisasi melingkar.

Unmanned Aerial Vahicle or UAV is a technology which is developing in severeal countries, including Indonesia. UAV widely used for eksploring, mapping, rescuing, dan monitoring from air. To transmit the data, UAV need transmitter that mounted on the aircraft and one of the importent constituent component is antenna. Antena must be small and light weight, because UAV has few payload. In this research, a microstrip array antenna with omnidirectional radiation pattern and operating in the 5.6 GHz was design, fabricated and measured. In addition, the antenna also has circular polarization to support mobility of the aircraft.
The simulation result show that return loss of the single elemen between 5.5-5.7 GHz is under -10 dB, bandwidth 1.13 GHz, and the gain 7.031 dBi. Also the four elemen array antenna has 980 MHz bandwidth (5.11 - 6.2 GHz) at return loss <- 10 dB and gain 7.142 dBi. The antennas are validated by the measurement that is conducted in an anechoic chamber. The result show that single elemen works at frequency 5.224 – 6.176 GHz with the bandwidth 952 MHz, return loss at 5.6 GHz is -14.25 dB, the gain 6.88 dBi, and circular polarization. In addition, for four elemen array antenna (put in aircraft body) works at frequency 5 – 5.77 GHz with the bandwidth 770 MHz (<-10 dB), return loss at 5.6 GHz is -13.94 dB, gain 9.271 dBi, the radiation pattern like omnidirectional, and has circular polarization.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46161
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Velma Herwanto
"Latar Belakang: Laktat merupakan penanda pada sepsis untuk stratifikasi risiko, target resusitasi, dan prediktor kematian. Interpretasi bersihan laktat dinilai lebih baik dibanding laktat tunggal untuk menilai kecukupan resusitasi dan menentukan prognosis. Studi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah pada pasien sepsis berat dan syok sepsis ada beda rerata bersihan laktat 6, 12, dan 24 jam antara yang mengalami mortalitas fase akut dengan yang tidak, serta mencari titik potongnya.
Metode: Disain studi adalah kohort prospektif. Subyek dikumpulkan dengan metode konsekutif dari Unit Gawat Darurat, Ruang Rawat Inap, dan Unit Perawatan Intensif Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Pemeriksaan laktat dilakukan pada jam ke-0, 6, 12, dan 24, kemudian subyek diikuti untuk diketahui kematian 3 harinya.
Hasil: Terinklusi 81 subyek pada studi ini, 80 subyek diikuti sampai jam ke-12, dan 72 subyek diikuti sampai jam ke-24. Dua puluh lima subyek meninggal dalam 3 hari (31%). Beda median hanya didapatkan pada bersihan laktat 24 jam (median -17,0% vs. 15,2% pada yang meninggal dan hidup; p 0,034). Titik potong bersihan laktat 24 jam terbaik adalah -6,0% (AUC 0,744, sensitivitas 62,5% dan spesifisitas 87,5%, nilai duga positif 58,8% dan nilai duga negatif 89,1%, risiko relatif 5,39). Dalam analisis multivariat, APACHE II bermakna sebagai perancu.
Simpulan: Median bersihan laktat 24 jam lebih rendah pada pasien sepsis berat dan syok sepsis yang mengalami mortalitas fase akut. Titik potong dari bersihan laktat tersebut adalah -6,0%.

Background: Lactate is one of biomarkers in sepsis, used for risk stratification, resuscitation target, and death prediction. Interpretation of lactate clearance was proven to be better than single lactate measurement to evaluate resuscitation adequacy and to determine prognosis. This study was aimed to find out if in severe sepsis and septic shock patients there are mean differences of 6, 12, and 24 hour lactate clearance between patients with and without acute phase mortality, and also to find its cut off.
Methods: Study design was prospective cohort. Subjects were collected by consecutive sampling from Emergency Department, hospital ward, and Intensive Care Unit of Cipto Mangunkusumo Hospital. Lactate levels were measured on 6, 12, and 24 hour, then subjects were followed to evaluate their 3-day mortality.
Results: Eighty one subjects were incuded in this study, 80 subjects were followed until 12 hours, and 72 subjects were followed until 24 hours. Twenty five subjects were died within 3 days (31%). Only 24-hour lactate clearance had median difference (median -17.0% vs. 15.2% in mortal and survive group; p 0.034). The best cut off for 24 hour lactate clearance was -6.0% (AUC 0.744, sensitivity 62.5% and specificity 87.5%, positive predictive value 58.8% and negative predicitive value 89.1%, relative risk 5.39). In multivariate analysis, APACHE II was proven to be a confounder.
Conclusions: Median of 24-hour lactate clearance was lower in severe sepsis and septic shock patients who were died within three days. Its cut off was -6.0%.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Herwanto
"Konseling karier merupakan serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan karier yaitu pemberian bantuan secara tatap muka kepada individu ataukelompok dalam hubungan profesional yang dilakukan oleh konselor (bersertifikat dan memiliki asosiasi) kepada konseli agar dapat menyesuaikan diri, memperbaiki tingkahlaku, membantu pencapaian tujuan, penentuan diri dan mengembangkan potensinya kejalur karier yang realistis.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis peran bimbingan dan konseling karier Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Badan Kepegawaian Negara Pusat Jakarta dan bagaimana memberdayakan peran Bimbingan dan Konseling Karier dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling karier Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Badan Kepegawaian Negara Pusat Jakarta.
Pendekatan penelitian ini adalah post-positivis karena berawal dengan menguji teori konseling karier, dengan menggunakan metode pengumpulan data kualitatif yaitu dengan wawancara mendalam (data primer) dan juga studi literatur (data sekunder) serta strategi triangulasi digunakan untuk validitas dan keabsahan data.
Hasil analisis bahwa Unit konseling karier BKN melakukan praktek konseling psikologis dan membantu kepada Pegawai yang mengalami masalah gangguan kejiwaan dan tidak terfokus pada layanan konseling karier sehingga perlu diluruskan persepsi dan batasan konseling karier itu sendiri dengan membangun struktur, arah dan tujuan konseling karier yang jelas kemudian memberdayakan peran Sumber Daya Manusia dalam memaksimalkan unit layanan konseling karier untuk mengatasi hambatan karier pegawai dan dapat memberikan manfaat bagi organisasi.

Career counseling is a series of activities the most basic of career guidance that is providing assistance in person to individuals or groups in a professional relationship conducted by counselor to the counselee in order to adapt, improve behavior, help meet the goals, self-determination and potential to develop realistic career path.
The purpose of this study is to analyze the role of guidance and career counseling for Civil Servants and how to empower the role of Career Guidance and Counseling in providing career guidance and counseling services for Civil Servants in the National Civil Service Agency (NCSA).
This research approach is post-positivist because it starts with career counseling theory testing, using the method of data collection in-depth qualitative interviews and literature as well as the strategy of triangulation is used for validity and validity of the data.
The results of the analysis unit career counseling in the NCSA practice psychological counseling and help to Employees who experience problems psychiatric disorders and not focused on service career counseling so that needs to be clarified perceptions and limitations of career counseling itself by building the structure, direction and purpose career counseling clear then empower the role of Human Resources in maximizing unit career counseling services to overcome barriers to employee career and can provide benefits to the organization.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T45650
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dene Herwanto
"Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap perekonomian negara, terutama di negara berkembang, termasuk Indonesia. Meskipun kontribusinya sangat besar, kondisi ruang kerja di UKM manufaktur kurang baik dengan tingkat kecelakaan yang tinggi dan produktivitas yang rendah, yang disebabkan karena proses perancangan tempat kerja yang kurang baik akibat tidak adanya framework proses perancangan tempat kerja untuk UKM. Penelitian ini ditujukan untuk mengembangkan framework proses perancangan tempat kerja yang sesuai dengan karakteristik UKM manufaktur di Indonesia guna membantu para pengelola UKM manufaktur dalam merancang tempat kerjanya dengan baik sehingga dapat diperoleh ruang kerja yang aman, sehat, dan produktif.
Pengembangan framework ini diawali dengan tahapan pencarian literatur yang mendapatkan enam artikel yang mencatumkan framework atau metodologi proses perancangan tempat kerja. Tahap selanjutnya adalah melakukan analisis kualitatif terhadap enam framework proses perancangan tempat kerja untuk industri manufaktur yang diperkenalkan oleh para peneliti terdahulu. Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa dua dari enam framework dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan framework usulan, yaitu framework yang diperkenalkan oleh Battini et al. (2011) dan Caputo et al. (2019). Analisis kualitatif lanjutan dilakukan untuk mengevaluasi kesesuaian variabel-variabel dan tahapan-tahapan proses perancangan tempat kerja di dalam kedua framework acuan dengan karakteristik UKM manufaktur di Indonesia sekaligus untuk menentukan variabel-variabel dan tahapan-tahapan yang relevan dan dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan framework usulan.
Berdasarkan hasil analisis, dikembangkan framework usulan awal yang kemudian diverifikasi melalui wawancara dengan para pengelola UKM manufaktur di wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Berdasarkan hasil verifikasi dan paper review lanjutan kemudian framework usulan awal direvisi sehingga menghasilkan framework usulan final yang terdiri dari tujuh tahapan, yaitu: (1) analisis famili produk, (2) pendefinisian siklus produksi, (3) estimasi waktu produksi, (4) perancangan tempat kerja, (5) evaluasi produktivitas, (6) optimalisasi waktu produksi, dan (7) tempat kerja yang aman, sehat, dan produktif. Mengingat ukuran tempat kerja di UKM yang terbatas, maka tahap keempat dirinci menjadi tiga subtahapan, yaitu (1) perancangan stasiun kerja; (2) perancangan layout fasilitas; dan (3) pengaturan kondisi lingkungan fisik (kebisingan, pencahayaan, dan temperatur), yang berarti bahwa perancangan tempat kerja di UKM harus dilakukan secara menyeluruh di area tempat kerja. Pemerincian tahap keempat tersebut menjadi pembeda antara framework usulan ini dengan framework sebelumnya, di mana perancangan tempat kerja pada framework sebelumnya hanya difokuskan pada satu stasiun kerja atau lini assembly saja. Selain itu, framework usulan ini juga mempertimbangkan aspek kondisi lingkungan (kebisingan, pencahayaan, dan temperatur) yang tidak ada dalam framework sebelumnya. Terdapat tujuh variabel yang dipertimbangkan dalam framework usulan ini dalam proses perancangan tempat kerja, yaitu variabel: (1) produk, (2) proses, (3) ruangan, (4) pekerja, (5) ergonomi, (6) material handling, dan (7) kondisi lingkungan fisik. Validasi framework usulan dilakukan melalui studi kasus dengan simulasi pada enam UKM manufaktur di wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Hasil studi kasus menunjukkan bahwa penerapan framework ini dapat memperbaiki produktivitas rata-rata sebesar 14,69%, memperbaiki efisiensi jarak dan waktu material handling rata-rata sebesar 23,97% dan 22,46%, menekan risiko kecelakaan kerja hingga 0 (nol), dan memperbaiki kondisi lingkungan fisik (kebisingan, pencahayaan, dan temperatur) hingga 100% sesuai dengan standar atau nilai ambang batas yang ditetapkan oleh pemerintah. Hasil penelitian ini bisa diterapkan oleh para pengelola UKM dalam merancang tempat kerjanya sehingga dapat diperoleh tempat kerja di UKM manufaktur yang aman, sehat, dan produktif. Meskipun ditujukan untuk membantu pengelola UKM, framework ini juga dapat digunakan oleh para peneliti, konsultan, dan para praktisi yang memiliki minat pada proses perancangan tempat kerja di UKM manufaktur.

Small and Medium Enterprises (SMEs) have a significant contribution to the country's economy, especially in developing countries, including Indonesia. Even though their contribution is significant, the working space conditions in manufacturing SMEs are not good with high accident rates and low productivity, which caused by a poor workplace design process due to the absence of a workplace design process framework for SMEs. This research aims to develop a workplace design process framework that suits the characteristics of manufacturing SMEs in Indonesia to assist manufacturing SME managers in designing their workplaces well so that they can obtain a safe, healthy, and productive workplace.
The development of this framework began with a literature search stage which obtained six articles that included a framework or methodology for the workplace design process. The next stage is to carry out a qualitative analysis of the six workplace design process frameworks for the manufacturing industry introduced by previous researchers. The results of the qualitative analysis show that two of the six frameworks can be used as a reference for developing the proposed framework, namely, the framework introduced by Battini et al. (2011) and Caputo et al. (2019). Further qualitative analysis was carried out to evaluate the suitability of the variables and stages of the workplace design process in the two reference frameworks with the characteristics of manufacturing SMEs in Indonesia as well as to determine the variables and stages that are relevant and can be used as a reference in developing the proposed framework.
Based on the results of the analysis, an initial proposed framework was developed which was then verified through interviews with managers of manufacturing SMEs in the Karawang Regency area, West Java. Based on the results of the verification and follow-up paper review, the initial proposal framework was revised to produce a final proposal framework consisting of seven stages, namely: (1) product family analysis, (2) definition of the production cycle, (3) production time estimation, (4) design workplace, (5) productivity evaluation, (6) optimization of production time, and (7) safe, healthy and productive workplace. Considering the limited size of workplaces in SMEs, the fourth stage is broken down into three sub-stages, namely (1) workstation design; (2) facility layout design; and (3) regulation of physical environmental conditions (noise, lighting, and temperature), which means that workplace design in SMEs must be carried out thoroughly in the workplace area. The detailing of the fourth stage is the difference between this proposed framework and the previous framework, where workplace design in the previous framework only focused on one workstation or assembly line. Apart from that, this proposed framework also considers aspects of environmental conditions (noise, lighting, and temperature) that were not included in the previous framework. There are seven variables considered in this proposed framework in the workplace design process, namely variables: (1) product, (2) process, (3) space, (4) workers, (5) ergonomics, (6) material handling, and (7) physical environmental conditions. Validation of the proposed framework was carried out through case studies with simulations on six manufacturing SMEs in the Karawang Regency area, West Java.
The results of the case study show that the application of this framework can improve productivity by an average of 14.69%, improve the efficiency of distance and material handling time by an average of 23.97% and 22.46%, reduce the risk of work accidents to 0 (zero), and improve physical environmental conditions (noise, lighting, and temperature) up to 100% by standards or threshold values set by the government. The results of this research can be applied by SME managers in designing their workplaces so that they can obtain a workplace in manufacturing SMEs that is safe, healthy, and productive. Although intended to help SME managers, this framework can also be used by researchers, consultants, and practitioners who have an interest in the workplace design process in manufacturing SMEs.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library