Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hesty Lusinta
"Latar belakang. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan komplikasi yang paling sering pada kehamilan, yang dapat berakibat terhadap kejadian sepsis neonatorum. Sepsis neonatorum masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada bayi, terutama di negara berkembang. Faktor-faktor pada ibu, pemberian antibiotik dan pemeriksaan mikrobiologi dapat mempengaruhi kejadian sepsis neonatorum pada bayi yang lahir dari ibu dengan KPD.
Metodelogi penelitian. Penelitian ini merupakan studi potong lintang terhadap pasien dengan KPD dan bayi yang dilahirkannya di RSCM, Jakarta, Indonesia periode September 2012 – Agustus 2013. Dilakukan evaluasi terhadap faktor-faktor pada ibu, pemberian antibiotik dan pemeriksaan mikrobiologi yang dapat mempengaruhi kejadian sepsis neonatorum.
Hasil. Diantara 3438 persalinan, terdapat 958 kasus KPD pada periode tersebut. Sebanyak 29 rekam medis ibu yang tidak ditemukan dan 85 dieksklusi. Dari 844 rekam medis ibu, hanya ditemukan 677 rekam medis bayi, dengan 12 gemeli sehingga total sampel yang dapat dianalisis adalah 689. Insiden KPD di RSCM adalah sebesar 24,55%. Ditemukan 146 kasus sepsis neonatorum. Pemeriksaan mikrobiologi masih belum merupakan prosedur tetap dalam penatalaksanaan pasien KPD. Antibiotik yang paling banyak digunakan untuk pasien KPD adalah ampisilinsulbaktam. Ambang waktu lama ketuban pecah yang berpotensi untuk terjadinya sepsis neonatorum adalah 12 jam. Faktor pada ibu yang berpengaruh terhadap kejadian sepsis neonatorum adalah usia kehamilan <37 minggu, infeksi intra uterin, warna ketuban yang tidak jernih, indeks cairan amnion 2,5-4,9 dan lama ketuban pecah >12 jam.
Kesimpulan. Insiden sepsis neonatorum terkait KPD di RSCM masih cukup tinggi. Perlu dibuat panduan penatalaksanaan KPD dengan memperhatikan faktor pada ibu. Pemeriksaan mikrobiologi sebaiknya dijadikan prosedur tetap dalam penatalaksanaan pasien KPD, yang dapat juga menjadi panduan dalam pemilihan antibiotik.

Background. Premature rupture of membranes (PROM) is one of the most common complications of pregnancy that has an impact on neonatal septic. Neonatal septic remains one of the main causes of neonatal mortality and morbidity, particularly in developing countries. Maternal factors, antibiotic administration and microbiology detection can influence on neonatal septic following PROM.
Methods. This cross-sectional study was performed at CM hospital, Jakarta, Indonesia from September 2012 to August 2013 to evaluate neonatal septic that were born from mother with PROM. Maternal risk, antibiotic administration, microbiology detection and its influences on neonatal septic were evaluated.
Results. Among 3438 deliveries, there were 958 cases of PROM in CM hospital during September 2012 - August 2013. Out of 958 PROM cases, 29 medical records were not found and 85 were excluded. Of the remaining 844 women, we just found 677 medical records of the babies, including 12 twin babies and leaving 689 babies eligible for analysis. The incidence rate of PROM was 24,55%. Overall, there were 146 neonatal septic cases. The microbiological examination is still not a remains procedure in the management of PROM. Ampicillin-sulbactam is the most widely used antibiotics for PROM. Prolonged rupture threshold potential for the occurrence of neonatal sepsis is 12hours. Maternal factors that influence the incidence of neonatal sepsis are gestational age <37 weeks, intrauterine infection, discolored amniotic fluid, amniotic fluid index of 2.5 to 4.9 and a long membrane rupture >12 hours.
Conclusion. The incidence of PROM related neonatal septic in CM hospital is still high. The management of PROM guidelines needs to be made by taking maternal factors into account. The microbiological examination should be a remains procedure in the management of PROM, which can also provide guidance in the selection of antibiotics.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hesty Lusinta
"Sepsis neonatal merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas tersering pada neonatus. Ketepatan pemberian antibiotik empirik memegang peranan penting dalam keberhasilan terapi. Kegagalan terapi antibiotik yang biasanya dikaitkan dengan terapi empirik, terjadi jika tujuan pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi tidak tercapai, yang ditandai dengan menetapnya atau bahkan memburuknya manifestasi klinis infeksi pada pasien, namun definisi pasti belum ditetapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi serta mengembangkan model prediksi dari faktorfaktor yang berhubungan dengan kegagalan terapi antibiotik empirik lini I pada pasien sepsis neonatal di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro. Penelitian dilakukan dengan desain kohort retrospektif pada 237 pasien dengan sepsis neonatal. Analisis multivariat dengan regressi poisson dilakukan untuk mendapatkan model akhir dari faktor-faktor yang berhubungan. Selanjutnya dilakukan konversi nilai koefisien β menjadi nilai skor untuk membentuk model prediksi. Model akhir yang didapat dilakukan analisis diskriminasi dengan menilai area under curve (AUC) pada kurva receiver operating characteristics (ROC) dan titik potong yang optimal akan ditentukan berdasarkan total skor. Hasil penelitian diperoleh proporsi kegagalan terapi antibiotik empirik lini I sebesar 46,41%. Faktor yang berhubungan dengan kegagalan terapi antibiotik empirik lini I adalah berat lahir < 2500 gram (aRR 1,46, p-value 0,028, IK95% 1,04-2,05), tidak mendapat ASI (aRR 1,66, p-value <0,005, IK95% 1,28-2,14), rujukan (aRR 1,25, p-value 0,090, IK95% 0,96-1,63), leukosit yang tidak normal (aRR 1,31, p-value 0,080, IK95% 0,96-1,79), trombosit yang tidak normal (aRR 1,66, p-value <0,005, IK95% 1,30-2,12) dan netrofil yang tidak normal (aRR 1,47, p-value 0,003, IK95% 1,14-1,89). Model prediksi ini mempunyai nilai AUC 0,7661 (IK95% 0,70890 – 0,82013). Ditetapkan titik potong sebesar ≥ 29 dengan nilai sensitifitas 80,00% dan spesifisitas 62,20%. Kesimpulan penelitian ini adalah model prediksi yang diperoleh cukup baik untuk memprediksi kegagalan terapi antibiotik empirik lini I. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan desain yang lebih baik menggunakan prediktor yang lebih spesifik.

Neonatal sepsis is one of the most common causes of morbidity and mortality in neonates. Accuracy in administering antibiotics empirically plays an important role in the success of therapy. Failure of antibiotic therapy, which is usually associated with empiric therapy, occurs if the goal of administering antibiotics to treat infection is not achieved, which is characterized by persistence or even worsening of the clinical infection manifested in the patient, but a definite definition has not been established. This study aims to identify and develop a predictive model of factors associated with failure of first line empiric antibiotic therapy in neonatal sepsis patients at RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro. The study was conducted with a retrospective cohort design on 237 patients with neonatal sepsis. Multivariate analysis with Poisson regression was carried out to obtain a final model of related factors. Next, the β coefficient value is converted into a score value to form a predictive model. The final model obtained by discrimination analysis is carried out by assessing the area under curve (AUC) on the receiver operating characteristic (ROC) curve and the optimal cut point will be determined based on the total score. The results of the study showed that the proportion of failure of first line empirical antibiotic therapy was 46.41%. Factors associated with failure of first line empiric antibiotic therapy were birth weight < 2500 grams (aRR 1.46, p-value 0.028, 95%CI 1.04-2.05), not receiving breast milk (aRR 1.66, p -value <0.005, 95%CI 1.28-2.14), outborn (aRR 1.25, p-value 0.090, 95%CI 0.96-1.63), abnormal leucocite (aRR 1.31, p-value 0.080, CI95% 0.96-1.79), abnormal platelet values (aRR 1.66, p-value <0.005, 95%CI 1.30-2.12) and abnormal neutrophils (aRR 1.47, p-value 0.003, 95%CI 1.14-1.89). The predictive model has an AUC value of 0.7661 (95%CI 0,70890 – 0,82013). The cut point was set at ≥ 29 with a sensitivity value of 80.00% and specificity of 62.20%. The conclusion of this study is that the predictive model obtained is good enough to predict failure of first line empirical antibiotic therapy. Further research needs to be carried out with a better research design using more specific predictors."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library