Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hutapea, Emelia Astuty
"Permasalahan, tantangan dan kesulitan merupakan fenomena hidup yang tidak bisa dihindari. Reaksi setiap orang terhadap berbagai tantangan atau permasalahan dalam hidup mereka temyata berbeda-beda. Perbedaan reaksi ini temyata disebabkan oleh cara pandang yang berbeda terhadap permasalahan yang ada. Salah satu faktor yang mempenganuhi perbedaan itu adalah resiliensi. Resiliensi didefinisikan sebagai karakteristik seseorang untuk mengembangkan kemampuan beradaptasi terhadap situasi-situasi berat dalam hidupnya (Wagnild dan Young dalam Montheit & Gilboa, 2002).
Setiap tahap usia menghadapi tantangan hidup yang berbeda-beda. Penelitian ini difokuskan pada mahasiswa perantau yang berada di tahun pertama Perguruan Tinggi. Pemilihan ini didasari oleh pemikiran bahwa memasuki dunia kuliah dan sedang menghadapi transisi tahap perkembangan remaja menuju dewasa muda rnenyebabkan mereka harus menghadapi berbagai perubahan. Dan untuk menghadapi dan mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut dibutuhkan resiliensi.
Penelitian ini menggunakan alat ukur Resilience Scale (Skala Resiliensi) yang dikembangkan oleh Gail Wagnild dan Heather Young pada tahun 1993. Pengembangan Skala Resiliensi dalam bentuk paper-and-pencil questionnaire bertujuan untuk mengukur kapasitas kemampuan individu untuk menerima, menghadapi dan mentransfonnasikan masalah-masalah yang telah, sedang dan akan dihadapi dalam sepanjang kehidupan individu tersebut. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menguji validitas dan reliabilitas Skala Resiliensi yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan untuk memperoleh gambaran resiliensi mahasiswa perantau di tahun pertama Perguruan Tinggi yang bertempat tinggal di Asrama UI.
Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa perantau yang sedang menjalani tahun pertama pendidikannya di Perguruan Tinggi dan bertempat tinggal di Asrama UI. Pemilihan subyek tersebut didasari oleh pemikiran bahwa sebagai mahasiswa perantau, subyek harus menghadapi berbagai permasalahan yang terkait dengan perubahan sistem pendidikan dari SMU ke Perguruan Tinggi, tuntutan tugas perkembangan dimana mereka harus belajar mandiri, tidak bergantung sepenuhnya pada orang tua dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri, serta tuntutan untuk menyesuaikan diri dengan budaya tempat mereka menuntut ilmu yang berbeda berbeda dengan latar belakang budaya mereka. Hal ini menunjukkan bahwa banyak permasalahan yang harus mereka atasi agar mereka bisa berhasil menyelesaikan pendidikan mereka dengan balk. Dan untuk menghadapi dan mengatasi berbagai permasalahan ini dibutuhkan kemampuan yang disebut dengan resiliensi.
Hasil penelitian diperoleh dari 72 subyek yang menjadi responden dalam penelitian ini. Dan perhitungan uji reliabiltas dengan metode alpha cronbach terhadap sub skala Personal Competence diperoleh hasil koefisien reliabilitas sebesar 0.7848, sub skala Acceptance of Self and Life sebesar 0.1857, dan terhadap keseluruhan skala Resiliensi sebesar 0.7341. Hasil ini menunjukkan bahwa sub skala Personal Competence terbukti mengukur domain yang sama, yaitu keyakinan individu terhadap kemampuan sendiri, sikap mandiri, berpendirian dan kegigihan dalam menghadapi rintangan; sub skala Acceptance of Self and Life tidak mengukur domain yang sama, yaitu pandangan yang seimbang mengenai hidup, kemampuan beradaptasi dan bersikap fleksibel; sedangkan skala keseluruhan terbukti mengukur domain yang sama, yaitu kemampuan individu untuk menerima, menghadapi dan mentransformasi masalah yang telah, sedang dan akan dihadapi sepanjang hidup individu.
Uji validitas dilakukan melalui corrected item-total correlation dimana nilai signifikansi untuk jumlah responden sebanyak 72 orang pada 1.o.s. 0.005 adalah 0.232, diperoleh bahwa dari 17 item pada sub skala Personal Competence terdapat 3 item yang tidak valid, sedang 14 item lainnya valid mengukur domain personal competence; dari 8 item pada sub skala Acceptance of Self and Life terdapat 6 item yang tidak valid, dan hanya 2 item yang valid mengukur domain acceptance of self and life; sedangkan secara keseluruhan terdapat 9 item yang tidak valid dari 25 item yang ada, dengan demikian terdapat 16 item yang terbukti valid mengukur resiliensi seseorang. Dari perhitungan skor total dan item no 26, diperoleh korelasi sebesar 0.577 (signifikan), yang berarti mereka yang memberikan skor tinggi pada item no 26 ini jugs memberi skor tinggi pada keseluruhan skala resiliensi (25 item).
Dari seluruh subyek yang menjadi sampel dalam penelitian ini, sebanyak 2 orang (2.78%) berada pada kategori resiliensi tinggi, 12 orang (16.56%) berada pada kategori resiliensi auk-up tinggi, 45 orang (62.5%) pada kategori resiliensi sedang, 10 orang (13.89%) pada kategori resiliensi agak rendah dan 3 orang (4.16%) berada pada kategori resiliensi rendah.
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif agar diperoleh gambaran resiliensi yang lebih lengkap. Dengan begitu hasil yang diperoleh dapat digunakan sebagai data untuk mengembangkan kapasitas individu dan digunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan membantu mahasiswa untuk mengantisipasi dan mengatasi berbagai permasalahan yang mereka hadapi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17889
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutapea, Emelia Astuty
"Setiap tahap dalam kehidupan manusia memiliki tugas perkembangan masing-masing yang harus dipenuhi. Begitu juga dengan masa dewasa muda, masa dimana muncul tuntutan-tuntutan dan harapan-harapan baru dari masyarakat, misalnya untuk mandiri, memiliki pekerjaan, menjalin hubungan intim dengan lawan jenis, dalam rangka membentuk keluarga. Dikatakan bahwa masa dewasa muda adalah puncak dari perkembangan fisik, sehingga kebanyakan orang dewasa muda mengandalkan kekuatan tersebut untuk memenuhi tuntutan yang ada. Namun, ada orang-orang yang mengalami peristiwa-peristiwa yang tidak normatif (misalnya cacat fisik akibat kecelakaan) yang membuat mereka sulit memenuhi tugas perkembangan yang ada. Penyandang cacat fisik mengalami situasi psikologis yang baru karena ada hal-hal yang tidak dapat mereka lakukan seperti sebelum mengalami kecacatan. Bagi pria hal ini menjadi lebih berat karena tuntutan masyarakat terhadap mereka untuk mandiri dan memiliki pekeijaan sangat besar, apalagi mereka akan menjadi kepala keluarga yang harus bertanggung jawab terhadap keluarganya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali pandangan mereka tentang masa depan, dalam hal ini kemandirian, intimacy, dan pekeijaan serta faktor-faktor yang mempengaruhi cara pandang tersebut. Juga untuk mengetahui apakah terjadi perubahan pada kepribadian mereka akibat amputasi tangan yang mereka alami, dan bagaimana bentuk perubahannya. Peneliti juga ingin mengetahui pandangan mereka tentang masa depan secara keseluruhan. Dengan mengetahui hal tersebut, dapat membantu mereka untuk bersikap positif tentang masa depan mereka dan membantu kita untuk bersikap dengan tepat terhadap para penyandang cacat sehingga tidak memperburuk pandangan mereka. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui wawancara individual dengan dua pria dewasa muda berusia 20-25 tahun yang mengalami amputasi tangan.
Hasil penelitian menunjukkan bagaimana pandangan subyek tentang kemandirian, intimacy, dan pekerjaan. Kedua subyek merasa mandiri dalam bentuk self governance yang serupa dengan ketidaktegantungan secara fungsional. Namun seorang subyek merasa tidak mandiri dalam pengambilan keputusan, dan kedua subyek merasa belum mandiri secara finansial. Dalam hal intimacy, seorang subyek belum pernah menjalin hubungan dengan lawan jenis, sedangkan subyek lainnya sedang menjalin hubungan dengan seorang gadis yang berada di kota yang berbeda. Hubungan ini dipandang sebagai sumber motivasi dan langkah untuk membentuk keluarga. Dalam pekerjaan, kedua subyek memilih pekerjaan dengan alasan untuk mempertahankan hidup dan disesuaikan dengan ketrampilan yang dimiliki. Bagi kedua subyek, faktor yang mendukung pencapaian kemandirian adalah motivasi dan kemampuan mental yang dimiliki, hal lainnya adalah ketrampilan. Sedangkan faktor yang menghambat adalah belum adanya pekerjaan, bagi seorang subyek cacat fisik juga merupakan penghambat dan subyek lain perlindungan yang berlebihan dari ibunya menghambat kemandiriannya.
Belum adanya pekerjaan dan sifatnya yang pemalu merupakan penghambat bagi seorang subyek untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis. Faktor pendukung bagi kedua subyek untuk mendapatkan pekerjaan adalah ketrampilan dan kemampuan mental, juga keberanian, hubungan dengan otoritas dan teman sejawat, sedangkan subyek lain menambahkan motivasi sebagai faktor pendukung. Sedangkan kecacatan merupakan faktor penghambat yang utama selain dasar pendidikan yang kurang, kesulitan mempraktekkan ketrampilan yang didapat, dan perasaan serba kekurangan. Seorang subyek merasa kurang mendapat dukungan dari keluarga, juga sikap orang-orang tertentu yang membuatnya merasa rendah diri serta kepribadiannya yang sensitif dan merasa serba kekurangan membuatnya memandang masa depan dengan pesimis dan sulit sekali untuk sukses. Sedangkan subyek lainnya memandang masa depannya dengan optimis karena adanya dukungan dari berbagai pihak, kepribadiannya yang optimis yang berusaha memandang segala sesuatu dari sisi positif. Seorang subyek merasa sulit untuk merencanakan masa depannya sedangkan subyek lain merasa sedang menuju masa depan yang diinginkannya, bahwa terjadi perubahan pada kepribadian subyek akibat amputasi.
Hasil penelitian juga menunjukkan terjadinya perubahan pada kepribadian subyek akibat amputasi tersebut. Ada perubahan yang bersifat menetap dan positif, ada juga perubahan yang bersifat negatif dan sementara. Perubahan yang bersifat sementara dan negatif adalah timbulnya rasa rendah diri dan rasa malu yang berlebihan. Perubahan yang menetap dan positif dirasakan oleh subyek B yang merasa tidak manja lagi dan terjadi perbaikan dalam kehidupan beragamanya. Untuk melengkapi hasil penelitian .ini, sebaiknya dilanjutkan dengan melibatkan subyek yang bervariasi karakteristikanya dan data digali dari berbagai sumber yang terkait dengan subyek sehingga data yang diperoleh lebih kaya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3220
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library