Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Herlina Ika Ratnawati
"Kebutuhan analisa global terhadap variabilitas fresh water budget, evaporasi-presipitasi (E-P) dan salinitas sangat penting untuk memahami sistem iklim bumi secara lebih baik. Namun, sering terkendala oleh ketersediaan data evaporasi, presipitasi dan sea surface salinity (SSS) secara time series. Aquarius merupakan wahana satelit khusus untuk melakukan pengukuran salinitas permukaan laut, SSS. Variabilitas evaporasi-presipitasi (E-P) dan SSS secara spasial dan temporal di lautan Benua Maritim Indonesia (BMI), yaitu di Selat Karimata, Laut Jawa dan Laut Banda dapat diidentifikasi dari data re-analysis ERA INTERIM ECMWF dan satelit Aquarius secara bulanan selama periode 2011-2005 dapat menggambarkan variabilitas.
Hasil estimasi menunjukkan nilai evaporasi di ketiga perairan sekitar sekitar -0,025 hingga -0,059 Sv. Hubungan antara SSS dan E-P terlihat nyata di perairan Indonesia. Variasi E-P dalam menjelaskan SSS hampir mencapai sekitar setengahnya (27-50%), sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lainnya. Variasi SSS dapat dijelaskan oleh E-P dengan pengaruh dominan dari presipitasi. Hal ini terlihat dari tingginya SSS ketika presipitasi menurun di ketiga perairan. Hubungan antara perubahan naiknya gradien E-P dan SSS terhadap naiknya kecepatan angin zonal dan meridional juga terlihat pada ketiga perairan. Untuk mengetahui variabel lain yang mempengaruhi SSS dilakukan analisis regresi linier antara kecepatan angin dengan SSS. Kecepatan angin memberikan pengaruh signifikan pada SSS di lautan BMI. Di Selat Karimata, hasil koefisien determinasi (R2) antara kecepatan angin zonal dan meridional mendominasi sekitar hampir setengahnya (38-49%), sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lainnya. Artinya angin dapat mempengaruhi SSS melalui proses evaporasi, peningkatan kecepatan angin akan menyebabkan meningkatnya evaporasi. Peningkatan evaporasi akan mempengaruhi kadar salinitas di perairan.

Needs of analysis of oceanic fresh water flux evaporation-precipitation, (EP) and salinity variability is very important to better understand the Earth's climate system and global water cycle. The availability of evaporation-precipitation (E-P) and sea surface salinity (SSS) time series data still sparsely observed. Aquarius is the fist special satellites used to measure sea surface salinity (SSS). Variability of evaporation-precipitation (E-P) and SSS can be described spatially and temporally over Indonesian Maritime Continent (IMC) oceans using ECMWF ERA INTERIM re-analysis and Aquarius retrieval data during the period 2011-2005.
Estimation of oceanic evaporation over Karimata Strait, Java Sea and Banda Sea showed approximately of -0.025 to -0.059 Sv. Liner relationship between oceanic fresh water flux (E-P) and SSS significantly different over the Indonesian ocean and expressed in determination coefficient (R2). Variance of E-P explained SSS monthly period over the three ocean waters almost reached 27-53%, the rest of it caused by other variables. From the two primary components of the fresh water flux, precipitation (P) dominates the influence on SSS. The result showed that SSS increased when the precipitation was decreased. On the other hand, the wind speed also influences SSS over Indonesian oceans. This relationship also showed that the increasing of E-P and SSS gradient will be followed by the higher wind speed. Regression analysis also applied to identify the relationship between wind speed and SSS. In Karimata Strait, the wind speed of zonal and meridional dominates approximately 38-49% of SSS, while the rest was explained by other factors. Wind speed dominates the primary component of the fresh water flux through evaporation processing. The wind speed increased the evaporation, consequently the sea surface salinity variation will be changed.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T48130
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Ratnawati
"Jumlah pekerja diseluruh dunia sebanyak 3 milyar, 80"/o diantaranya bekelja dan hidup tanpa memiliki akses pelayanan kesehatan kerja. Pelayanan kesehatan kerja pada masa kini semakin berkurang dan tidak mengalami perkembangan. Padahal kesehatan merupakan investasi yang sangat strategis dalam pernbangunan sumber daya manusia Berkembangnya industrialisasi, meningkatkan jum1ah pekerja. Indonesia memiliki jumlah angkatan kelja terbesar namor 4 dunia, data BPS (2007) menunjukkan bahwa di Indonesia terdapat 108, 13 juta jiwa angkatan kerja. yang 1ersebar pada berbagai lapangan pekerja.an dengan berbagai perrnasalahan yang muncul akibat pekerjaan. Keadaan seperti ini menghasilkan kebutuhan khusus akan pelayanan kesehatan kerja. Departemen Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. l28&1enkes/SK/H/2004 tentang Kebtjakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, yang menyatakan bahwa bagi Puskesmas yang wilayah keajanya merupa:kan kawasan/sentra industri, maka wajib mengembangkan Upaya Kesehatan Kerja karena merupakan kebutuhan dan masalah yang ada pada wilayah tersebut Puskesmas Cileungsi mempunyai 124 tempat usaha, dengan jumlah angkatan kerja sebanyak 48.864 jiwa. Kasus kecelakaan kerja sebanyak 1.387 kasus dan mengakibatkan meninggal dunia sebanyak 25 orang. Kunjungan pasien tahun 2007 sebanyak 136.029 dan 47.48% nya berusia 15 s/d 54 tahun. Dimana pada usia tersebut merupakan usia produktif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat daiarn pelayanan kesehatan bagi pekerja. Rancangan penelitian ini adalah kuaiitatif. dalam penelitian ini tidak mementingkan jumlah sampel tetapi lebih mementingknn bagaimana mempero!eh kesesuaian dan kecuk:upan infonnasi, Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diambif dari hasil wawancara mendafam dan Fokus Grnp Diskusi (FGD) sedangkan data sekunder diambil dari laporan..Japoran yang berhubungan dengan petaksanaan pelayanan kesehatan pekerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa need peiayanan kesehatan pekerja di Pusk:esrnas Cileungsi belum dilaksanakan secara k:ornprehensif, karena pelayanan rehabi!itatif belum pernah dilaksanakan.. Utilisasi pelayanan kesehatan pekeJja paling tinggi di Puskesmas o!eh pekerja dan pengusaha adalah pelayanan kuratif, ditunjukkan dengan tingginya angka kunjungan pasien tahun 2007, pada gofongan umur 15 s/d 54 tahun 47.85%. Demand pengusaha dan peketia masih rendah. Demand pengusaha dipengaruhi oleh persepsi dan promosi, sedangkan demand pekerja dipengarohi oleh time cost, ke1engkapan pelayanan, dan pilihan tempat pelayanan. Peiayanan kesehatan rehabilitatif bagi pekerja belum berfungsi di Puskesmas Cileungsi. 3 fungsi pelayanan yang lain (promotif, preventif dan kuratif) masih belum optimal Tanggungjawab sasaran melebih sasaran yang harus dilayani dan tanggung jawab petugas dalam pe!ayanan kesehatan pek:erja dilaksanakan bersarnaan dengan tanggungjawab yang lain. Petugas Puskesmas masih perlu meningkatkan kemampuannya di bidang KJ, dana, sarana dan prasarana masih minim. Pelayanan Kesehatan Pekerjaan dapat diiaksanakan oleh Puskesmas dengan baik apabila tercipta kerjasama antara pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota serta perusahaan baik fonnal maupun informal."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T21053
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library