Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ilmi Amalia
Abstrak :
ABSTRAK
Masa remaja adalah mesa pemberontakan (Papalia, 2001). Remaja mengalami kondisi emosi yang labil, konflik dengan keluarga, tingkah laku yang menantang bahaya, dan penolakan terhadap nilai-nilai orang dewasa (Papalia, 2001). Pada tahap ini remaja dihadapkan pada usaha mencari jati did. Remaja akan dikonfrontasikan dengan banyak peran baru dan situasi orang dewasa. Kondisi dan tuntutan tersebut terkadang menciptakan konflik-konflik dalam diri remaja. Remaja dapat melewati konflik-konflik tersebut dan mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa yang matang jika remaja mampu mengembangkan dirinya sebagai remaja yang sehat mental.

Individu yang sehat mental dapat didefinisikan sebagai individu yang dapat menyesuaikan diri terhadap dunia dan orang lain dengan kepuasan dan efektivitas maksimal (Menninge dalam Park, 2004). Birren dan Sloane (1980) menambahkan bahwa ada empat komponen individu yang sehat mental, yaitu tidak mengalami gangguan mental, tidak mengalami keterbatasan atau defisit dalam tingkah lake, mengalami kepuasan dalam hidupnya, dan keadaan dirinya scat ini mendekati sosok yang ideal yang dihadapkan. Dui kedua defmisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepuasan hidup adalah salah satu aspek yang menentukan kesehatan mental individu.

Kepuasan hidup, menurut Park (2004), memiliki banyak peran positif dalam perkembangan remaja. Remaja dengan kepuasan hidup tinggi dalam menghadapi peristiwa yang menekan (stressful) memunculkan tingkah laku bermasalah lebih rendah dibandingkan dengan yang memiliki kepuasan hidup yang rendah (Suldo dan Huebner, 2004).

Kepuasan hidup terbukti rnemiliki manfaat bagi perkembangan remaja. Untuk dapat melihat kepuasan hidup pada remaja secara tepat, dibutuhkan sebuah alat ukur kepuasan hidup yang memiliki nilai validitas dan reliabilitas yang baik.

Di Indonesia belum terdapat skala yang mampu memberikan gambaran secara detail mengenai kepuasan hidup pada ranah-ranah kehidupan remaja, misalnya kepuasan di sekolah, keluarga.

Alat ukur ini disusun berdasarkan definisi kepuasan hidup sebagai penilaian secara global terhadap kualitas hidup individu berdasarkan !criteria yang ditetapkan oleh individu itu sendiri dengan cara membandingkan antara kondisi saat ini dan kondisi ideal serta yang diharapkannya. Untuk mendapatkan penilaian mengenai kualitas hidup secara menyeluruh dilakukan penilaian hidup per ranah kehidupan remaja, yang meliputi, diri, keluarga, teman, dan sekolah. Alat ukur ini menggunakan metode skala Likert yang mempunyai enam alternatif jawaban untuk setiap item, yaitu mulai dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa skala kepuasan pada remaja memiliki Koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,835 dan hal ini menunjukkan bahwa skala kepuasan hidup pada remaja memililki nilai reliabilitas yang cukup baik.

Kekuatan validitas dilihat berdasarkan nilai item-total correlation, maka terdapat dua puluh item yang dipertahankan dalam skala ini. Kedua puluh item tersebut memiliki nilai item-total correlation yang berkisar antara 0,306 dan 0,491. Kedua puluh item ini dikatakan telah menunjukkan konsistensi internal, karena setiap item mengukur konstruk yang sama.

Pada pembuatan skala ini peneliti tidak memasukkan definisi kepuasan hidup sebagai kepuasan hidup yang diperoleh individu bila ia memiliki persepsi yang positif terhadap perbedaan antara kondisi ideal dan kondisi yang sebenarnya. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan skala ini dapat direvisi dengan menambahkan definisi tersebut.

Untuk mendapatkan tingkat reliabilitas yang cukup baik maka perlu dilakukan uji reliabilitas dengan teknik yang lain, yaitu tes-retest dan alternate form. Kekuatan validitas juga perlu ditambahkan dengan menggunakan metode construct-related validity dengan menggunakan teknik analisis faktor, validitas konvergen, dan validitas diskriminan. Skala ini juga dapat diuji dengan menggunakan metode criterion-related validity , misalnya mengkorelasikan skor dengan penilaian guru atau orang tua.
2007
T 17868
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilmi Amalia
Abstrak :
ABSTRAK
Pemilihan Umum 2004 diwarnai dengan usaha untuk meningkatkan jumlah perempuan di parlemen. Usaha tersebut adalah adanya undang-undang yang mewajibkan partai politik untuk menyediakan kuota 30% dalam daftar calon legislator dan sosialisasi yang gencar untuk meningkatkan kesadaran jender pemilih perempuan. King (2000) pada penelitiannya di Amerika Serikat menyatakan bahwa calon legislator perempuan memiliki peluang lebih besar untuk dipilih oleh perempuan, tetapi jumlah perempuan di parlemen selalu jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah laki-laki. Faktor-faktor yang menyebabkan sedikitnya jumlah perempuan di parlemen, antara lain, adalah ideologi peran jender tradisional pemilih (Karra, dalam Sari 2002) dan rendahnya identifikasi perempuan sebagai kelompok (Zellman, 1978). Faktor lain yang mempengaruhi suara pemilih adalah identifikasi dengan partai politik dan isu politik (Campbell et al., 1960). Penelitian ini bertujuan mengetahui peluang calon legislator perempuan memperoleh dukungan dari pemilih perempuan dibandingkan dengan calon legislator laki-laki; pengaruh ideologi peran jender dan tingkat identifikasi kelompok jender terhadap dukungan terhadap calon legislator perempuan; dan di antara keempat independen variabel, ideologi peran jender, identifikasi dengan kelompok jender, identifikasi dengan partai politik, dan isu politik, yang mana yang dapat menjadi prediktor bagi dukungan pemilih perempuan kepada calon legislator perempuan pada Pemilihan Umum 2004. Permasalahan pada penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan peluang antara calon legislator perempuan dan calon legislator laki-laki untuk dipilih oleh pemilih perempuan; apakah terdapat perbedaan ideologi peran jender antara pemilih perempuan yang memilih calon legislator laki-laki dan pemilih perempuan yang memilih calon legislator perempuan; apakah terdapat perbedaan tingkat identifikasi kelompok jender antara pemilih perempuan yang memilih calon legislator laki-laki dan pemilih perempuan yang memilih calon legislator perempuan; dan manakah di antara keempat variabel independen, ideologi peran jender, identifikasi dengan kelompok jender, identifikasi dengan partai politik, dan isu politik yang dapat menjadi prediktor bagi pemilih perempuan untuk memilih calon legislator perempuan. Untuk menjawab permasalahan itu, digunakan kuesioner yang terdiri dari lima skala yang mengukur setiap variabel independen dan pertanyaan mengenai jenis kelamin calon legislator yang dipilih pada Pemilu 2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan peluang antara calon legislator perempuan dan calon legislator laki-laki untuk dipilih oleh pemilih perempuan dan tidak ada perbedaan ideologi peran jender serta identifikasi dengan kelompok jender pada pemilih perempuan yang memilih calon legislator perempuan dan calon legislator laki-laki. Selanjutnya, penelitian ini juga menunjukkan perilaku pemilih perempuan untuk memilih calon legislatif perempuan tidak dapat diprediksi oleh variabel ideologi peran jender, identifikasi dengan kelompok jender, isu politik, dan identifikasi dengan partai politik. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah memperbaiki proses pengambilan sampel, memperluas subjek penelitian pada laki-laki, menambahkan variabel lain, seperti stereotip jender dan mengikutsertakan proses kognitif dalam aktivitas memilih.
2004
S3411
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Ilmi Amalia
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara penilaian terhadap kemampuan menyelesaikan masalah pada mahasiswa psikologi tahun pertama dan mahasiswa tahun akhir. Penelitian ini juga untuk memperoleh gambaran tentang manfaat pendidikan psikologi dalam membantu meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah mahasiswa. Alat ukur yang digunakan adalah problem solving Inventory (Heppner & Petersen, 1982) dan pertanyaan terbuka tentang manfaat pendidikan psikologi. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 126. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara problem solving appraisal mahasiswa tahun pertama dan mahasiswa tahun akhir (t(124) = 2.319, p < 0.05). Manfaat pendidikan psikologi yang dirasakan mahasiswa dapat membantu meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah yaitu memahami diri, menguasai emosi dan menilai masalah dari berbagai sudut pandang. ......This research was conducted to investigate the differences of problem solving appraisal in first year and last year undergraduate psychology students and to gain an overview of the benefits of psychology education on improving students’ problem solving ability. The study used problem solving inventory (Heppner & Petersen, 1982) and an open-ended questionnaire asking about benefits of psychology education. This study found that there is a significant difference in problem solving appraisal between first year and last year students [t (124) = 2.319, p < 0.05]. Among the benefits of psychology education to improve students’ problem solving ability are to understand themselves, to control emotion, and look at problems from different perspectives.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45987
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library