Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indah Nursyamsi Handayani
"Pengukuran dosis serap dalam bidang industri sterilisasi bahan pangan dengan menggunakan radiasi sinar gama merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan proses iradiasi. Dosimeter radiokromik merupakan salah satu dosimeter rutin yang dapat digunakan untuk memonitor proses iradiasi secara sederhana dan mampu memberikan informasi secara langsung yang berbasis pada perubahan warna yang dapat diamati secara visual setelah terpapar dosis radiasi pada tingkat tertentu. Penelitian ini melaporkan pembuatan dosimeter radiokromik dalam wujud cair dengan menggunakan zat pewarna alami yang berasal dari ekstrak bunga Hibiscus sabdariffa L. (rosela). Cairan radiokromik yang dipersiapkan sebanyak lima macam yaitu larutan ekstrak rosela dengan pelarut air destilasi ganda, larutan ekstrak rosela dengan pelarut etanol 70% dan larutan ekstrak rosela yang dicampurkan dengan larutan PVA dan larutan NaCl. Seluruh larutan yang telah dipersiapkan, diiradiasi gama menggunakan sumber radiasi Cobalt-60 dengan laju dosis 4,84 kGy/jam, dan di uji stabilitas dengan berbagai kondisi lingkungan. Karakterisasi sifat optik dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV/Vis dan spektrofotometer FT-IR, selain itu perubahan warna larutan di dokumentasikan dengan kamera. Hasilnya menunjukkan larutan ekstrak rosela sensitif terhadap radiasi gama, dengan degradasi warna dari merah pekat menjadi merah tranparan setelah dipaparkan sinar gama dengan dosis 0-10 kGy untuk larutan ekstrak rosela dengan pelarut air destilasi ganda, sedangkan larutan ekstrak rosela dengan pelarut etanol 70% mengalami perubahan warna yang lebih tajam dari merah pekat menjadi kuning transparan dengan dosis 0-7 kGy. Larutan ekstrak rosela yang dicampurkan dengan larutan PVA dan larutan NaCl mengalami pola perubahan warna yang serupa dari dosis 0-1,5 kGy.

Measurements of absorbed dose in the industry of food sterilization using gamma ray radiation are one of the important factors that determine the success of the irradiation process. Radiochromic dosimeters are one of the routine dosimeters to monitor the irradiation process by simply and able to provide information directly based on color changes that can be observed visually after radiation exposure at a certain dose level. This study reports the fabrication of liquid radiochromic dosimeters using natural dye from Hibiscus sabdariffa L. (roselle) flower extract. The liquid radiocromic has prepared as many as five types,  roselle extract solution with aquabidest as a solvent, roselle extract solution with 70% ethanol as a solvent and roselle extract solution mixed with PVA solution and NaCl solution. All the solutions has prepared, irradiated using gamma ray from a Cobalt-60 source with a dose rate of 4.84 kGy/h, and tested stability in various environmental conditions. Characterization of optical properties was carried out using a UV/Vis spectrophotometer and FT-IR spectrophotometer, in addition, the changes of the color of the solution documented using the camera. The results showed roselle extract solution was sensitive with gamma radiation, with color degradation from strong red to transparent red after being gamma ray irradiation at the dose 0-10 kGy for roselle extract solution with double distilled water, while roselle extract solution with ethanol 70% the degradation of the color more intense from red to faint yellow with doses of 0-7 kGy. The Roselle extract solution mixed with PVA solution and NaCl solution undergoes a similar degradation the color of the solution from a dose of 0-1.5 kGy."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T53271
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Nursyamsi Handayani
"Penelitian ini bertujuan memodifikasi sifat optik nanopartikel perak untuk meningkatkan kinerja sensor kolorimetri dari perubahan warna sempit menjadi perubahan warna yang beragam, guna mempermudah deteksi visual konsentrasi vitamin C dalam larutan. Nanopartikel perak pertama disintesis melalui reduksi kimia menggunakan natrium sitrat sebagai agen pereduksi dan penstabil, menghasilkan nanopartikel sferis berwarna kuning dengan puncak serapan pada 417 nm. Sensor berbasis nanopartikel ini mampu mendeteksi vitamin C dalam rentang 0–0,250 μM, dengan perubahan warna dari kuning transparan menjadi cokelat tua. Sensor menunjukkan sensitivitas 13,31/μM, batas deteksi 0,034 μM, dan koefisien korelasi r² = 0,99. Untuk meningkatkan performa sensor, morfologi nanopartikel dimodifikasi menjadi bentuk segitiga dengan metode reduksi kimia serupa, menggunakan tambahan PVP, NaBH₄, dan H₂O₂ yang berperan penting dalam pengendalian bentuk dan ukuran partikel. Hasilnya, larutan berwarna biru transparan dengan puncak serapan pada 331 nm, 540 nm, dan 826 nm. Sensor ini diuji dalam rentang konsentrasi vitamin C yang lebih luas (0–40 μM) dengan variasi konsentrasi KCl (2–10 mM) untuk mengoptimalkan perubahan warna. Penambahan KCl 8 mM menghasilkan perubahan warna paling kontras secara visual, dikonfirmasi melalui analisis jarak Euclidean dalam ruang warna CIE XYZ. Sensor berbasis nanopartikel perak segitiga menunjukkan sensitivitas lebih tinggi (4,57 ± 0,35 nm/μM), LOD sebesar 0,52 μM, dan r² = 0,96. Selain itu, sensor ini memiliki waktu respons cepat (27–200 detik) serta selektivitas yang baik terhadap gangguan vitamin lain, menjadikannya potensial untuk aplikasi deteksi real-time pada produk farmasi.

This research aims to modify the optical properties of silver nanoparticles to enhance the performance of a colorimetric sensor by transitioning from a mono-color to a multi-color system, thereby facilitating the visual detection of vitamin C concentration in solution. Silver nanoparticles were first synthesized via chemical reduction using sodium citrate as both reducing and stabilizing agent, yielding yellow spherical nanoparticles with an absorption peak at 417 nm. The nanoparticle-based sensor was capable of detecting vitamin C in the range of 0–0.250 μM, accompanied by a visible color change from transparent yellow to dark brown. The sensor exhibited a sensitivity of 13.31/μM, a detection limit (LOD) of 0.034 μM, and a correlation coefficient of r² = 0.99. To further improve the sensor's performance, the nanoparticle morphology was modified to a triangular shape using a similar chemical reduction method with the addition of PVP, NaBH₄, and H₂O₂, which played crucial roles in controlling particle shape and size. This process produced a transparent blue solution with absorption peaks at 331 nm, 540 nm, and 826 nm. The sensor was tested over a broader concentration range of vitamin C (0–40 μM), with varying KCl concentrations (2–10 mM) to optimize color change. The addition of 8 mM KCl yielded the most visually distinct color transformation, as confirmed by Euclidean distance analysis in CIE XYZ color space. The triangular silver nanoparticle-based sensor demonstrated higher sensitivity (4.57 ± 0.35 nm/μM), an LOD of 0.52 μM, and r² = 0.96. Additionally, the sensor showed a rapid response time (27–200 seconds) and good selectivity against interference from other vitamins, indicating its potential for real-time detection applications in pharmaceutical."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library