Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indrasari
Abstrak :
ABSTRAK
Thalassemia patients who undergo life-long recurrent blood transfusion will experience iron overload in various organs including the liver and possibly suffer from chronic hepatitis C infection which may lead to liver impairment. The liver produces hepcidin, a hormone which plays role in the regulation of iron level in the blood. Various factors may influence hepcidin level in the blood. Chronic hepatitis C causes iron overload and liver impairment. Liver impairment and haemolytic anaemia due to haemoglobinopathy will suppress hepcidin production. Anaemia stimulates growth differentiation factor 15 (GDF-15) to increase erythropoiesis and suppress hepcidin production. Iron overload causes increase in hepcidin level. Presence of factors which decrease or increase hepcidin production will express various levels of hepcidin. This study aimed to identify the expression of hepcidin and GDF-15 levels in thalassemia patients with iron overload and positive anti-HCV. Information on hepcidin and GDF-15 levels are beneficial in the management of iron overload in thalassemia with positive anti-HCV.Method: This study was a descriptive analytic study in thalassemia patients who had received recurrent blood transfusion ≥ 12 times, suffered from iron overload (transferrin saturation > 55% and ferritin > 1,000 ng/mL), which consisted of 31 individuals with positive anti-HCV and 27 individuals with negative anti-HCV. This study was performed in Thalassemia Centre Department of Child Health and Department of Clinical Pathology, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia, Cipto Mangunkusumo Hospital, in October 2011–January 2012. Serum hepcidin and GDF-15 examinations were performed using enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) method. Aspartate aminotransferase (AST) and alanine aminotransferase (ALT) examinations were performed using colorimetry method. Data on ferritin and transferrin saturation were obtained from medical records in the last 3 months. Data was analysed using SPSS Windows version 17 software.Results: Characteristics of subjects in this study included ferritin level, transferrin saturation, AST, and ALT were 5,289 (SD 2,492) ng/mL, 96.7 (SD 9.2)%, 41.8 (SD 26.7) U/L, and 50.6 (24.9) U/L, respectively. It was obtained that the hepcidin levels were within the normal limits with median of 51.5 (19-166) pg/mL, while GDF-15 levels were higher than the normal range with median of 1,936 (643-2,475) pg/mL. There was no significant difference of hepcidin and GDF-15 levels between positive and negative anti-HCV groups, with p value of 0.842 and 0.115, respectively.Conclusion: We obtained that the hepcidin levels were within normal limits and GDF-15 levels were higher than the normal range. There was no significant difference of hepcidin and GDF-15 levels between positive and negative anti-HCV group.
Jakarta: Interna Publishing (Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam), 2016
611 UI-IJGHE 17:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indrasari
Abstrak :
Untuk mendapatkan umur pakai yang panjang pada mould and die pengerjaan panas, maka yang pertama harus diperhatikan adalah kondisi operasi dari baja yang akan digunakan. Kendala yang sering dihadapi pada baja untuk pengerjaan panas Sehubungan dengan pengaruhnya terhadap umur pakai baja diantaranya adalah aus, retak dan rapuh panas. Saat ini kekurangan tersebut hanya dapat di antisipasi dengan cara meningkatkan kekerasan dan ketangguhan baja. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka dilakukan moditikasi komposisi kimia dan struktur mikro baja melalui suatu periakuan panas tertentu agar diperoleh sifat-sifat seperti di atas. Dengan kondisi proses yang tepat, maka dapat dihindari terjadinya retak akibat distorsi dan akibat pemanasan saat operasi, sehingga akan memperpanjang umur pakai. Baja DH-31 merupakan ekivaien dari AISI H-13 atau JIS SKD-61 moditikasi dengan 3.0 % unsur Mo, baja ini diproyeksikan untuk memiliki sifat ketangguhan tinggi meIaIui proses high impact value heat treatment (HIT) sebagai upaya peningkatan Icualitas baja DHA-1 yang sebelumnya biasa digunakan untuk bahan cetakan Iogam berukuran besar melalui metode pendinginan konvensional. Proses peningkatan ketangguhan dalam hal ini harga impak dilakukan dengan memberikan proses perlakuan panas melalui metode marlemperlng Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan kondisi perlakuan panas optimum dengan memvariasikan temperatur austenisasi 1010°C, 1030°C dan 1050°C dengan waktu tahan 45 menit dalam dapur jenis "Pit". Sebagai bahan perbandingan di sini juga dilakukan proses full harden dengan media pendinginan udara dan oli 80°C, sedangkan untuk proses marlempering media yang dipakai untuk menyamakan temperatur sampel uji adalah oli 200°C yang diagitasi, di mana sampei uji dicelup selama 3-5 detik kemudian dilanjutkan pendinginan udara. Variasi temperatur temper ganda dilakukan pada 580°C, 610°C dan 640°C (waktu tahan 1 jam). Berdasarkan variabel yang ada, diperoleh karakteristik hasil proses pengerasan optimal untuk HIT pada temperatur austenisasi 1050"C. Hal ini didukung oleh data hasii pengujian yang terdiri dari (i) uji kekerasan menggunakan digital hardness tester dengan metode Rockwell, (ii) uji impak menggunakan mesin mark "FRANK" dengan metode Charpy (beban ayun 30OJ) pada suhu kamar 28°C, (ii) uji tarik menggunakan mesin merk "GALDABINI" dengan metode tensile load (beban tarik > 2000kg) dan (iv) uji aus memakai mesin mem "OGOSHI" dengan metode abrasi menggunakan jarak Iuncur (JL:200m), beban (P1:6,32kg, P2:12,64kg dan P3:18,96kg) dengan kecepatan Iuncur (v1:0,94m/s, v2:2,38m/s, v3:3,62m/s) serta uji struktur mikro menggunakan mikroskop optik dengan etsa nital 7%. Adapun hasil optimal yang dicapai adalah kekerasan permukaan 5BHRc dengan harga impak 3.34kgfm/cm² dan kekuatan tarik 196kg/mm serta Iaju keausan yang cukup rendah (w:0.0028mm³ untuk v3:3,62m/s dan P3:18.96kg serta JL:200m). Seoara kuantitatif dapat disimpulkan bahwa harga ketangguhan dari proses HIT mengalami kenaikan 11% dibanding hasil full harden dengan pendingin udara (57HRc dan 3,01kgfm/cm²) dan 17% untuk full harden dengan pendingin oli 80°C (59HRc dan 2,85kgfm/cm²). Dengan metoda martempering, distorsi pada baja dapat dihindari sehingga mengeliminasi kemungkinan timbulnya retak khususnya untuk benda kerja yang memiliki kompleksitas bentuk, hal ini sesuai dengan aplikasi nantinya dalam industri.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T3203
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indrasari
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26725
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ashoka Indrasari
Abstrak :
Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang penjualan khususnya dengan metode Direct Selling ini, dalam mewadahi kegiatan kerja dari para anggotanya senantiasa mendorong, melakukan hal tindakan-tindakan yang mengarah pada pencapaian tujuan organisasi) perusahaan untuk dapat melangsungkan keberlangsungan hidup organisasi serta pertumbuhannya dan bila mungkin mendapatkan keuntungan profit sesuai yang diharapkan.

Semakin besar keuntungan yang diharapkan maka semakin besar penjualan yang harus dicapai. Bila jumlah anggota organisasi perusahaan semakin banyak seyogyanya jumlah hasil penjualan pun meningkat.

Anggota organisasi adalah pekerja mandiri atau wirausaha karena bekerja dan bertindak atas kehendak serta kemampuan dirinya sendiri untuk mendapatkan hasil sesuai sebatas kemampuannya tersebut.

Kegiatan/ aktivitas penjualan dimulai dengan adanya usaha upaya individu si pelaku penjualan itu sendiri, karena seberapa besar hasil yang didapatnya tergantung dari seberapa besar upaya usahanya.

Motivasi adalah salah satu variabel faktor yang dapat mempengaruhi dan mendorong upaya orang untuk melakukan aktivitas kegiatannya.

Pada penelitian ini di asumsikan bahwa motivasi kerja si pelaku penjual (disebut wirausaha) juga dipengaruhi oleh kondisi iklim komunikasi organisasi perusahaan tempat ia bekerja. Pengukuran iklim komunikasi dilakukan atas persepsi wirausaha terhadap dimensi iklim komunikasi yang didasarkan penelitian Redding (72) dengan indikator melalui ke lima faktor-faktornya di dalam perusahaan tempatnya bergabung bekerja.

Secara khusus studi dilakukan pada salah satu perusahaan sebagai obyek penelitian yang berlokasi di Jakarta. Analisis data diperoleh dari hasil jawaban angket kuisioner kepada responden terpilih dengan cara tak acak (non probabilitas sampling) dari anggota-anggota perusahaan para wirausaha tersebut.

Hasil analisis data didiskripsikan atas bagian yang menjelaskan hasil jawaban angket dengan secara deskriptif dan prosentase, serta bagian yang dapat menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antara iklim komunikasi sebagai variabel dependen dengan motivasi kerja sebagai variabel independen.

Secara singkat dikemukakan bahwa hasil analisis data yang diolah dengan program komputer SPSS didapat nilai dari faktor-faktor iklim komunikasi dan nilai dari faktor-faktor pengaruh motivasi kerja. Kesimpulan akhir dari hasil perhitungan dengan korelasi sederhana Pearson Product Momen ditemukan adanya hubungan yang bersifat linier positif antara kedua variabel yang diteliti.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14254
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Octaviani Indrasari Ranakusuma
Abstrak :
Studi ini bertujuan untuk melihat perbedaan pengaruh faktor individual dan faktor sosial terhadap rasa kesepian yang dialami oleh praremaja dan remaja korban peer victimization. Faktor individual terdiri dari set esteem dan temperamen. Empat faktor temperamen yang diukur dalam studi ini adalah surgency, effortful control, afliativeness dan negative affectivity. Faktor sosial terdiri dan penerimaan teman sebaya, kualitas persahabatan yang dimiliki, dan pola asuh orangtua. Subyek yang berpartisipasi dalam studi ini adalah murid kelas lima Sekolah Dasar dan kelas sembilan atau setara dengan kelas 3 Sekolah Menengah Pertama, yang menurut penilaian kelompok sebayanya mengalami viktimisasi atau kekerasan di lingkungan sekolah. Analisa dengan menggunakan ree-resi memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh kedua faktor individual dan sosial pada praremaja dan remaja korban viktimisasi. Self-esteem yang termasuk faktor individual merupakan satu-satunya variabel yang mempengaruhi rasa kesepian pada praremaja. Analisa lebih lanjut pada kelompok praremaja memperlihatkan peran self-esteem sebagai mediator antara dua faktor dari temperamen yaitu of ortful control dan aitiativeness dengan rasa kesepian. Tidak terlihatnya pengaruh pola asuh orangtua terhadap rasa kesepian diuraikan berdasarkan sudut pandang statitistik pada bagian diskusi. Sumbangan variabel yang minimal (9%) terhadap variabilitas rasa kesepian pada praremaja mengindikasikan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi rasa kesepian pada kelompok yang tidak diperhitungkan dalam studi. Pada remaja korban viktirnisasi, surgency pada temperamen yang merupakan faktor individual, serta pain asuh yang welas asih (nurturing), dan kualitas persahabatan yang merupakan faktor sosial mempengaruhi secara negatif rasa kesepian. Dapat dikatakan remaja dengan faktor surgency yang tinggi, memiliki hubungan persahabatan yang memuaskan dirinya, serta memiliki orangtua yang welas asih, melaporkan rasa kesepian yang rendah walaupun is mengalami viktimisasi oleh kelompok sebayanya. Kualitas persahabatan yang memuaskan dimiliki oleh remaja yang memiliki negative affectivity yang rendah serta memiliki orangtua yang tidak punitif dalam berinteraksi dengan anak. Walaupun terdapat perbedaan pengaruh faktor individual dan faktor sosial terhadap rasa kesepian antara kelompok remaja dan praremaja korban viktimisasi, namun analisa yang dilakukan secara bersamaan terhadap kedua kelompok ini memperlihatkan bahwa rasa kesepian hanya dialami oleh mereka yang merasakan dirinya sebagai korban (self-report victimization). Penilaian kelompok sebaya bahwa individu menjadi korban viktimisasi tidak mempengaruhi timbulnya rasa kesepian pada kedua kelompok Hasil yang diperoleh dart studi ini mengindikasikan bahwa diperlukan programprogram pendidikan dan pelatihan untuk orangtua danl atau pendidik yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan (parenting skill) dan kesadaran (awareness) pentingnya pengaruh pola pengasuhan yang welas asih dari orangtua kepada anak terhadap kesejahteraan mental (psychological well-being) remaja yang akan menginjak masa dewasa. Dengan dukungan yang diperoleh dart orangtua dan sahabat, remaja tidak mengalami kesepian walaupun is mengalami viktimisasi.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18621
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuri Dyah Indrasari
Abstrak :
LATAR BELAKANG : Infeksi kaki diabetik (IKD) adalah salah satu penyulit diabetes melitus (DM) yang sangat ditakuti karena sulitnya perawatan dan sering berakhir dengan arnputasi kaki atau bahkan kematian. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengelolaan IKD adalah pemberian antibiotik empiris sebelum diketahui kuman penyebabnya. Asam lemak rantai pendek (ALRP) volatil adalah salah satu produk akhir fermentasi kuman yang memiliki kekhasan untuk kuman anaerob. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran jenis kuman penyebab IKD dan hasil kepekaan kuman terhadap antibiotik dan mengetahui profil ALRP volatil dari bahan biakan yang mengandung kuman aerob, anaerob dan campuran anaerob-aerob. METODE : Rancangan penelitian potong lintang dengan 52 subyek penderita IKD yang berobat ke Poliklinik Metabolik Endokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Instalasai Gawat Darurat (IGD) RSCM dan Instalasi Rawat !nap IRNA RSCM dari buldn Maret-Desember 2004. Semua subyek yang memenuhi kriteria penelitian dilakukan pengambilan bahan pus dengan cara aspirasi pus; bahan jaringan nekrotik diperoleh dengan cara eksisi/kuretase jaringan. Pada bahan pusfaringan dilakukan pemeriksaan ALRP volatil dan biakan kuman aerob dan anaerob. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan menghitung proporsi kuman, kepekaan terhadap antibiotik dan ALRP volatil dari bahan biakan. HASIL : Pada penelitian ini, gambaran jenis kuman penyebab yang didapat dari bahan biakan penderita IKD adalah kuman aerob saja ditemukan pada 55 bahan biakan (92%), kuman campuran anaerob-aerob ditemukan pada 5 bahan biakdn (8%) dari tidak ditemukan kuman anaerob saja pada bahan biakan (0%). Kuman adrob Gram negatif tersering E.coli sensitif terhadap antibiotik amikasin, sefepim, fosfomisin dan imipenem. Kuman Gram positif tersering Saureus sensitif terhadap antibiotik kotrimoksasol, moksilin-klavulanat dan imipenem. Kuman anaerob sensitif terhadap antibiotik amoksilin-klavulanat, ampisilin-sulbaktam dan metFbnidazol. Dari profil ALRP volatil didapatkan median kadar asam asetat pada baheh, bI kan yang mengandung kuman aerob dan campuran anaerob-aerob adalah 1,11 (0,00 - 6,67) mEg/lOOmL dan 1,00 (0,56 - 1,67) mEg1100mL; median kadar asam propionait (P) dan butirat (B) pada bahan biakan yang mengandung kuman aerob dan kuman campuran anaerob-aerob berturutturut adalah (P) 0,48 (0,00 - 1,98) mEg/100mL ; (P) 0,73 (0,31 - 1,67) mEg/100mL dan (B) 0,21 (0,0 - 1,00) mEg/100mL; (B) 0,88 (0,56 - 1,0) mEg/100mL. KESIMPULAN : Berdasarkan hasil penelitian ini dibuktikan bahwa gambaran kuman penyebab yang diperoleh dari bahan biakan penderita IKD terdiri dari kuman aerob dan kuman campuran anaerob-aerob, Kuman E.coli sensitif terhadap antibiotik amikasin, sefepim dan fosfomisin. Kuman S.aureus sensitif terhadap kotrimoksasol, amolSsilinkiavulanat dan imipenem. Kuman anaerob sensitif terhadap antibiotik amoksilinkiavulanat, ampisilin-sulbaktam dan metronidazol. Didapatkan selisih median kadar yang cukup besar pada asam propionat dan butirat antara kelompok yang mengandung kuman aerob dan kuman campuran anaerob-aerob, namun kemaknaan selisih median kadar tersebut belum dapat ditentukan kemaknaannya oleh karena jumlah bahan biakan yang mengandung kuman anaerob belum mencukupi secara statistik. SARAN : Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ALRP volatil pada penderita IKD dengan jumlah sampel kuman anaerob yang mencukupi. Penelilian lanjutan untuk mengetahui prevalensi kuman ESBL pada kuman penyebab IKD mengingat kemampuan resistensi kuman yang banyak terhadap antibiotik.
BACKGROUND: Diabetic foot infection (DFI) is one of the most feared complication in diabetics due to the complicated management and often culminate in foot amputation even death. One of the factors affecting the success of DFI management is empirical antibiotic therapy before identification of causative organism. Volatile short chain fatty acid (SCFA) is one of the end product of bacterial fermentation which is specific for anaerobs. The aim of this study was to determine the pattern of causative bacteria in DFI and bacterial susceptibility pattern against antibiotics, and to know the volatile SCFA profile of the culture specimen containing aerobic, anaerobic and mixed bacteria. METHODS : This was a cross sectional study on 52 DFI patients from Policlinic of Metabolic & Endocrine Sub Division of Department of Internal Medicine, Emergency Department and Internal Medicine Ward of RSCM from March until December 2004. Pus were obtained from all eligible subjects by aspiration; necrotic tissue by excision/tissue curetage. SCFA determination and culture was performed for each specimen. Data analysis was done descriptively by calculating the proportion of bacteria typ, susceptibility against antibiotics and volatile SCFA from culture specimen. RESULT : in this study, the pattern of causative bacteria isolated from culture specimen of DFI patients was follow : aerobic organism only was found in 55 specimens (92%), mixed organism in 5 specimens (8%) and isolated anaerobic organism was not found (0%). The most prevalent negative Gram aerobic organism was Escherichia coil showed the highest sensitivity against amikacin, cefepime, fosfomycin, and imipenem. The most prevalent positive Gram aerobic organism was Staphylococcus aureus was most sensitive to cotrimoxazole, amoxycillin-clavulanic acid and imipenem, while the anaerobs was most sensitive to amoxycillin-clavulanic acid, ampicillin-sulbactam and metronidazole. Volatile SCFA profile showed median acetic acid concentration in cultures with aerobic and mixed organism of 1.11 (0.00-6.67) mEq/IOOmL and 1.00 (0.56-1.67) mEq/lOOmL; median propionic (P)and butyric (B) acid concentration in cultures with aerobic and mixed organism were (P) 0.48 (0.00 - 1.98) mEq/IOOmL ; (P) 0.73 (0.31 - 1.67) mEq/IOOmL and (B) 0.21 (0.0 -1.00) mEg/lOOmL; (B) 0.88 (0.56 - 1.0) mEq/IOOmL respectively. CONCLUSION : The result of this study proved that the causative organism isolated from DFI patients consisted of aerobic and mixed organism with the high susceptibility of aerobic organism to the antibiotics imipenem; anaerobic specimen was sensitive to amoxycillin-clavulanic acid, ampicillin-sulbactam and metronidazole. We found a substantial difference between the medians of propionic and butyric acid concentration in cultures with aerobic and mixed organism, but he significance of the difference could not yet be determine as the number of cultures with anaerobic organism did not suffice statistically. SUGGESTIONS : Further larger scale study on volatile SCFA in DF1 patients is necessary. We suggest to do a further research to know the prevalence of ESBL in the etiology of DFl as it possesses a resistance to a wide variably of antibiotics.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T21437
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indrasari K. Gunadharma
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T36398
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wenita Indrasari
Abstrak :
Perilaku defensif menghambat tim atau kelompok untuk mengambil keputusan secara optimal, sehingga perilaku ini merugikan organisasi dan perlu dikurangi. Perilaku defensif dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal terdiri dari pribadi otoritarian, self-esteem, dan keterampilan antar pribadi, sedangkan faktor-faktor eksternal terdiri dari struktur organisasi, kepemimpinan, iklim komunikasi, perubahan/intervensi kelompok, dan anggota kelompok yang berbeda. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan perilaku defensif. Faktor internal diwakili oleh self-esteem, sedangkan faktor eksternal diwakili oleh iklim komunikasi. Iklim komunikasi terdiri dari iklim komunikasi dengan atasan dan dengan rekan sejawat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa iklim komunikasi dengan atasan memiliki hubungan dengan perilaku defensif.
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uly Indrasari
Abstrak :
Latar belakang - Mikroangiopati serebral merupakan salah satu komplikasi vaskular pada Diabetes Mellitus (DM). Salah satu parameter pada Transcranial Doppler (TCD) yang menilai adanya resistensi distal dari arteri yang diperiksa yang dapat merefleksikan adanya mikroangiopati di otak adalah Pulsatility Index (PI). Penelitian ini menghubungkan antara rerata PI arteri serebri media (Middle Cerebral Artery/MCA) dengan kejadian retinopati diabetik yang merupakan komplikasi yang paling spesifik dan tersering pada DM tipe 2. Tujuan - Untuk mengetahui perbedaan rerata nilai PI MCA pada penyandang DM tipe 2 di otak pada penyandang DM tipe 2 beserta titik potongnya pada kurva ROC dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode - Penelitian ini adalah penelitian potong lintang dengan 60 subyek DM tipe 2 tanpa komplikasi makrovaskular, terdiri dari 29 pasien retinopati dan 31 pasien tanpa retinopati dari poliklinik rawat jalan endokrin RS Cipto Mangunkusumo periode November 2013 ? April 2014. Dilakukan pemeriksaan TCD untuk menilai PI MCA. Usia, riwayat hipertensi, dislipidemia, lama menyandang DM tipe 2 dan HbA1c dianalisis sebagai faktor perancu. Hasil - Pada penyandang DM tipe 2 dengan retinopati memiliki nilai rerata PI arteri serebri media yang lebih tinggi secara bermakna (1,17±0,25) dibandingkan dengan penyandang DM tipe 2 tanpa retinopati (1,05±0,26) dengan p=0,001. Usia, riwayat hipertensi, dislipidemia, lama menyandang DM tipe 2 dan HbA1c tidak berhubungan terhadap perubahan rerata PI MCA (p=0,187; p=0,608; p= 0,734; p=0,159; p=0,548). Titik potong nilai PI MCA pada penyandang DM tipe 2 dengan retinopati adalah pada nilai PI ≥ 1,025 dengan sensitifitas 70% dan spesifisitas 54%. Simpulan - Pada penelitian ini, didapatkan perbedaan rerata nilai PI MCA secara bermakana antara kelompok dengan dan tanpa retinopati dengan nilai titik potong nilai PI MCA pada penyandang DM tipe 2 dengan retinopati adalah pada nilai PI ≥ 1,025 dengan sensitifitas 70% dan spesifisitas 54%. ...... Background - Cerebral microangiopathy is one of the most important complications in diabetes mellitus. Elevation in pulsatility index (PI) as measured by Transcranial Doppler (TCD) have been postulated to reflect increased vascular resistance distal of artery being examined. This study correlate PI mean of middle cerebral artery (MCA) with retinal mikroangiopathy which is the most common and specific in diabetic patients. Objective - To determine differences in PI MCA group with and without retinopathy in type 2 diabetic patients and to find the cuttpoint value at ROC curve. Methods - The study was carried out in sixty diabetic patients (with no other vascular abnormality), divided into 2 group, 29 type 2 diabetic patients with retinopathy and 31 diabetic patients without retinopathy. TCD was performed to record pulsatility index of MCA then analyzed to find the cuttpoint value. Ages, duration of diabetes, HbA1c levels, history of hypertension and dyslipidemia was analyzes as a confonding factor. Results - The PI of MCA are significantly higher in diabetic patients with retinopathy than without retinopathy (P=0.001) with cutt of point at PI> 1,025 with 70% sensitivity and 54% spesificity. Age, HbA1c level, diabetes duration, history of hypertension and dislipidemia does not have a meaningful relationship with change cerebral status (p = 1.000, p = 0.657, p = 0.354, p = 0.538). Conclusions - There are significant differences beetwen mean of pulsatility index in diabetic patients with and without retinopaty. The Cuttpoint are at PI > 1,025 with 70% sensitivity and 54% spesifisity.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esty Indrasari
Abstrak :
Konsep adopsi anak dalam kehidupan bermasyarakat masih belum merupakan sesuatu hal yang biasa, padahal anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang maha Esa yang harus senantiasa dijaga dan dilindungi. Pelaksanaan pengangkatan anak pun belum tentu sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dengan alat pengumpulan data berupa studi pustaka dan menggunakan data sekunder. Di dalam Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 110/HUK/2009 tentang Persyaratan Pengangkatan Anak, diantaranya mengatur tata cara pengangkatan anak menurut Undang-Undang secara langsung antar Warga Negara Indonesia. Dalam tata cara yang dijabarkan tersebut ditemukan proses yang dapat lebih disempurnakan sebelum masuk ke pengadilan untuk mendapatkan penetapan pengadilan. Peran Notaris dalam pengangkatan anak yang diatur dalam Staatsblad Nomor 129 tahun 1917 sudah hilang sejak adanya Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 1983, namun peran notaris sebagai pejabat pembuat akta autentik dapat menyempurnakan proses administratif proses pengangkatan anak secara langsung dan menjadi rekomendasi kuat untuk pengadilan, sehingga diharapkan dapat mengimbangi proses pengangkatan anak yang dilakukan melalui Lembaga Pengasuhan Anak yang di dampingi langsung oleh pemerintah melalui Dinas Sosial. Peran Notaris sebagai pencatat dan penyimpan dokumen juga diharapkan dapat membantu orang tua angkat dan anak angkat dalam menyimpan dokumen penting yang dibutuhkan di masa yang akan datang. ......The concept of adoption in the society has not been treated as a common action while in fact children are blessing from God and has to be taken care of and protected. In practice, child adoption process may not always been complied with government's regulation. This research is using juridical normative methods with data collection tool of literature study using secondary data. The procedure of domestic private adoption is stated on the Regulation of the Minister of Social Affairs of the Republic Indonesia Number 110 HUK 2009 regarding Child Adoption Requirements. In the procedures described, there are processes that can be further refined prior to be submitted to court in order to get the court decision. The role of a Notary which was regulated in Staatsblad Number 129 year 1917 has been dismissed since the Circular Letter of the Supreme Court Number 6 year 1983 has been issued, but the Notary's role as a public officer can improve the administrative process of private adoption and may be used for a comprehensive recommendation for the court therefore can be expected to equate the adoption process through child care institution which is accompanied directly by the government through Social Service. Notary's role as custodian is also expected to help foster parents and adopted children by safe keeping of the documents for future needs.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2017
T48840
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>