Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Indri Lufiyani
Abstrak :
ABSTRAK
Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling banyak dialami pasien Penyakit Ginjal Tahap Akhir PGTA yang menjalani. Pengukuran kecukupan dosis hemodialisis pada pasien PGTA di Indonesia menunjukkan bahwa lebih banyak yang tidak mencapai ketidakadekuatan hemodialisis. Tujuan dari penelitian ini mengetahui hubungan antara adekuasi hemodialisis dengan kejadian insomnia pada pasien PGTA yang menjalani hemodialisis serta faktor lainnya yang mempengaruhi insomnia. Penelitian ini mengevaluasi sebanyak 125 responden dengan desain cross-sectional dan perhitungan adekuasi dengan rumus Daurgidas Kt/V serta kuesioner Insomnia Severity Index ISI untuk penilaian kejadian insomnia. Prevalensi insomnia ditemukan sebanyak 56 dan 71,2 responden mencapai adekuasi hemodialisis Kt/V ge;1,2. Hasil uji statistik menemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara adekuasi hemodialisis dengan insomnia p value= 0,352. Faktor depresi p value = 0,001 dan lama hemodialisis p value = 0,042 menjadi faktor yang berhubungan dengan insomnia pada penelirian ini. Pemantauan terhadap capaian adekuasi hemodialisis minimal satu bulan sekali dan pengkajian tingkat depresi diawal hemodialisis dilakukan untuk mengurangi atau mencegah kejadian insomnia.Kata Kunci: PGTA, Insomnia dan Adekuasi Hemodialisis.
ABSTRACT
Insomnia is the most common sleep disorder experienced by patients with end stage renal disease ESRD. Measurement of sufficiency of hemodialysis dose in ESRD patients in Indonesia shows that more do not reach the inadequacy of hemodialysis. The purpose of this study was to know the relationship between hemodialysis adequation with the case of insomnia in ESRD patients which undergoing hemodialysis and other factors that affect insomnia. This study evaluated 125 respondents with cross sectional design and calculation of adequacy with Daurgidas formula Kt V and Insomnia Severity Index ISI questionnaire for the assessment of insomnia event. The prevalence of insomnia was found to be 56 and 71.2 of respondents attained hemodialysis adequacy Kt V ge 1,2. The results of statistical tests found that there was no significant relationship between hemodialysis adequation with insomnia p value 0.352 . Depression factors p value 0.001 and duration of hemodialysis p value 0.042 were factors associated with insomnia in this study. Monitoring on the achievement of hemodialysis adunasi at least once a month and assessment of depression levels at the beginning of hemodialysis done to reduce or prevent the incidence of insomnia.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Indri Lufiyani
Abstrak :
Kejadian disfagia ditemukan lebih dari 50 persen pada pasien stroke di fase akut. Penangan disfagia sering kali tertunda dan berdampak pada ketidakadekuatan pemenuhan kebutuhan dasar seperti dehidrasi bahkan malnutrisi. Selain itu, Pasien stroke dengan disfagia rentan mengalami pneumonitis aspirasi. Sehingga penganan yang cepat difase akut sangat dibutuhkan. Tujuan dari karya tulis ini untuk menganalisis pemberian latihan menelan dengan metode sucking lollipop. Metode yang dilakukan diawali dengan skrining disfagia menggunakan format Massey Bedside Swallowing Screen (MBS) dan penentuan derajat keparahan disfagia dengan The Dysphagia Outcome and Severity Scale (DOSS). Kemudian dilakukan latihan menelan sebanyak sehari satu kali sebelum makan siang dengan durasi 10 menit. Selama tiga hari berturut-turut dilakukan penilaian kekuatan sucking lollipop dengan format Candy Sucking Test (CST). Hasil studi kasus ini ditemukan adanya peningkatan fungsi oral yaitu pergerakan lidah. Penilaian pada hari keempat MBS negatif dan DOSS menjadi normal diet skala 7. Selain itu, tidak terdapat aspirasi saat dilakukan pemberian makan secara bertahap dan pernyataan secara verbal makanan yang tersangkut di tenggorokan, serta tidak ditemukan demam. Untuk itu, pemberian lollipop mampu menjadi salah satu intervensi yang dapat perawat gunakan untuk mempercepat pengembalian kemampuan menelan pada pasien stroke di fase akut.
The incidence of dysphagia is found to be more than 50 percent in stroke patients in the acute phase. Handlers of dysphagia are often delayed and have an impact on the inability to fulfill basic needs such as dehydration and even malnutrition. In addition, stroke patients with susceptible dysphagia experienced aspiration pneumonitis. So fast-paced acute feeding is needed. The purpose of this paper is to analyse the giving of exercises swallowing with the method of sucking lollipop. The methods initiated by screening were dysphagia using the Massey Bedside Swallowing Screen (MBS) and determining the severity of dysphagia with The dysphagia Outcome and Severity Scale (DOSS). Then, practice swallowing as much as a day once before lunch with a duration of 10 minutes. For three consecutive days conducted an assessment of the power sucking lollipop in the format of Candy Sucking Test (CST). The results of this case study found that an increase in oral function was tongue movement. Assessment on the fourth day of MBS is negative and DOSS become a normal diet scale 7. In addition, there are no aspiration during gradual feeding and verbal statements of food stuck in the throat, and no fever is found. For that, giving Lollipop is capable of being one of the interventions that nurses can use to accelerate the return of swallowing ability in stroke patients in the acute phase.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library