Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Intan Paramaditha
I 899.232 P 38 s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Paramaditha
"Mary dan Percy Shelley hidup pada masa yang sama, yaitu pada zaman Romantik yang identik dengan kebebasan dan perlawanan terhadap segala bentuk penindasan. Karena itulah mitos Promotheus --- yang menjadi inspirasi bagi suami istri Shelley --- dianggap sesuai dengan semangat zaman ini. Pada saat yang sama Prometheus juga dikenal dengan aspek kreativitasnya. Aspek ini menurut zaman Romantik menjadikan Prometheus sebagai simbol kekuatan imajinasi manusia. Di sinilah letak pengalaman sublim. Pada dasarnya pengalaman sublim adalah keadaan di mana seseorang, dengan berkontemplasi dan menggunakan imajinasinya, mampu menjangkau a living spirit di balik alam. Pengalaman ini membuat si subyek mampu merasakan inward greatness of the soul (kebesaran jiwa) dan mengantarkannya kepada tahap diri yang lebih tinggi. Inilah yang dicari oleh Frankenstein dan Prometheus. Yang ditelaah di sini adalah bagaimana pencarian pengalaman sublim mereka terkait dengan ideotogi gender.
Sublim diasosiasikan dengan alam yang serba besar, megah, dan kuat atau dengan kata lain, alam yang bersifat maskulin. Sedangkan lawannya adalah beauty (keindahan) yang terdapat pada segala sesuatu yang kecil, halus, cantik, dan feminin. Pengkontrasan maskulin-feminin di sini digunakan untuk membedakan sublim dengan yang non-sublim. Sebaliknya, konsep sublim pun ikut mengkonstruksi hubungan antargender dengan menjadi legitimasi penyingkiran perempuan dari wilayah sublim. Namun ternyata penggambaran pengalaman sublim dalam kedua karya ini tidak mencerminkan pola yang seragam. Dalam Frankenstein memang tercermin penyingkiran itu, yaitu dengan kebisuan dan bahkan kematian tokoh-tokoh perempuan saat Frankenstein mencari mimpi maskulinnya. Sebaliknya, dalam Prometheus Unbound Shelley justru menggoyahkan kestabilan maskulinitas sublim dengan menjadikan Asia sebagai pahlawan dengan kekuatan cintanya yang sebenarnya lebih identik dengan keindahan dari pada sublim.
Maka saya mencoba mencari jawaban seperti apa sebenarnya ideologi gender kedua pengarang sehingga pengalaman sublim dalam kedua karya ini menjadi sangat berbeda. Saya menemukan bahwa Mary Shelley masih berpegang pada pandangan konvensional dengan membuat batasan tajam antara maskulin-feminin, namun terlihat bagaimana ia mencoba mengkritiknya dengan mengakhiri cerita dalam bentuk tragedi sebagai efek destruktif ambisi egois Frankenstein. Sebaliknya, memang terkesan bahwa pandangan Shelley lebih maju dari Mary. Tetapi ternyata di akhir cerita Asia berangsur menghilang dalam diri Prometheus yang saat itu justru dipuja-puja. Saya menyimpulkan adanya ambiguitas dalam ideologi gender Shelley. Di satu sisi ia ingin selangkah lebih maju dari Mary dengan mengaburkan hierarki maskulin-feminin, namun di sisi fain ia justru mengokohkan oposisi biner tersebut. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2001
S14095
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Paramaditha
Depok Katakita 2005
I 899.232 P 38 s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Paramaditha
"Dewasa ini banyak media massa cetak diterbitkan oleh dan untuk perempuan. Majalah yang demikian lazim disebut majalah wanita. Sebagian besar majalah wanita diterbitkan oleh orang Indonesia (majalah wanita Indonesia); sebagian yang lain merupakan majalah asing yang diterbitkan di Indonesia (edisi Indonesia). Dalam tulisan ini dimuat perbanfingan isi kedua kelompok majalah wanita tersebut, yang dikaitkan dengan isu tentang perempuan. dari perbandingan, tampak bahwa isu modernitas, yang terutama diusung majalah wanita asing edisi Indonesia, mempengaruhi tampilan isi majalah wanita Indonesia. "
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2003
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Paramaditha
"Iblis Kekasih telah memberimu sepasang sepatu merah, hadiah sekaligus kutukan. Kau terkutuk untuk bertualang, atau lebih tepatnya, gentayangan. Bernaung, tapi tak berumah. Buka halaman selanjutnya dan pilih jalan ceritamu sendiri: ke Berlin atau Amsterdam? Lima atau Tijuana? Akankah kau bertemu iblis di kuburan atau naik kereta yang tak berhenti? Sepatu merah membawamu ke jalur-jalur berbeda, sebagai pengelana, imigran gelap, kekasih, atau pembunuh. Kau akan melintasi orang-orang yang bergerak seperti dirimu-- menyeberang, berlari, mencari rumah atau pintu darurat. Gentayangan: Pilih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu adalah novel interaktif karya Intan Paramaditha yang terbit pertama kali tahun 2017. Berkisah tentang perjalanan, ketercerabutan, dan batas-batas kemerdekaan, novel ini mendapatkan penghargaan Sastra Prosa Terbaik Pilihan Tempo. The Wandering, terjemahannya dalam bahasa Inggris oleh Stephen J. Epstein, diterbitkan oleh Harvill Secker (Penguin Random House UK) tahun 2020 dan mendapatkan penghargaan dari PEN Translates Award serta nominasi The Stella Prize. Gentayangan juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Polandia dan Turki. ------- “Sebuah piranti cerdas menelusuri globalisasi ketika batas-batas ditutup untuk si miskin dan para pengungsi, sementara si kaya bisa membeli paspor yang mengizinkan mereka untuk tinggal (atau menyimpan uang) di mana saja.” - The Guardian “Kisah cemerlang tentang ilusi atas kehendak bebas, juga pertaruhan dan tekanan yang menyertai pilihan-pilihan berdasarkan identitas seseorang di dunia.” - The Saturday Paper “… Sebuah novel menyetrum tentang kosmopolitanisme dan pengembaraan global yang membuat kita terus berjalan."
Jakarta: PT Gramedia, 2024
899.221 INT g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library