Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Irlinda Fitraisyah Ardhianti
"
ABSTRAKPenggunaan obat rasional merupakan salah satu elemen penting dalam mencapai kualitas kesehatan yang baik bagi masyarakat. Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan terdepan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar di tingkat masyarakat, sehingga penggunaan obat yang tidak rasional di puskesmas dapat menyebabkan kerugian bagi masyarakat luas. Penelitian ini bertujuan untuk menilai dan membandingkan rasionalitas penggunaan obat yang ditinjau dari indikator peresepan menurut WHO di dua puskesmas terakreditasi madya Kota Depok pada tahun 2019. Metode yang digunakan adalah metode potong lintang dimana data sampel berasal dari data resep pada periode bulan Januari-Desember 2019 di Puskesmas Abadi Jaya dan Sukmajaya Kota Depok. Hasil penelitian dibandingkan dengan target kerasionalan yang telah ditetapkan oleh WHO. Pada hasil penelitian, didapatkan total sampel sebanyak 216 resep dengan jumlah obat yang diresepkan sebanyak 693 obat. Karakteristik demografi sampel penelitian adalah pasien wanita sebanyak 64,4% dan pasien pria sebanyak 35,6% pada rentang usia 18-59 tahun. Pada Puskesmas Abadi Jaya dan Sukmajaya, nilai masing-masing parameternya adalah: jumlah obat tiap pasien 3,32 dan 3,09; peresepan obat generik 99,16% dan 98,50%; peresepan antibiotik 17,59% dan 25%; peresepan injeksi 0; dan peresepan obat Fornas 97,77% dan 95,21%. Terdapat perbedaan yang signifikan (p < 0,05) pada parameter persentase obat yang diresepkan dari formularium. Sedangkan pada parameter rata-rata jumlah obat, persentase peresepan obat generik, persentase pasien yang diresepkan antibiotik, dan persentase pasien yang diresepkan injeksi tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p > 0,05). Dari studi dapat disimpulkan bahwa penggunaan obat di kedua puskesmas pada seluruh parameter indikator peresepan tidak rasional, kecuali pada parameter peresepan antibiotik dan injeksi.
ABSTRACTRational use of drug is an important element in achieving good health qualities for community. Public Health Centers is a leading health service in the organization of primary health care at the community level, so irrational use of drug at Public Health Centers can cause harm to the wider community. Therefore, Public Health Centers should apply the rational use of drug according to the existing standards. This study was designed to assess and compare the rationality of drug use at two accredited Public Health Centers in Depok City through prescribing indicators according to WHO. Method of this study was cross-sectional observation where the sample was derived from prescription data in the period of January-December 2019 at two Public Health Centers in Depok City. The results of the study were compared with rational targets by WHO. The total number of samples was 216 prescriptions with 693 drugs. The demographic characteristics of the sample were 64.4% women and 35.6% men in the age range 18-59 years. In both Public Health Centers, the values of each parameter were: average drug prescribed 3,32 and 3,09; medicines prescribed by generic name 99,16% and 98,50%; antibiotic prescribed 17,59% and 25%; injection prescribed 0; and medicines prescribed from formulary 97,77% and 95,21%. Significant difference between Public Health Centers were only found in the percentage of formulary drug prescriptions (p < 0,05). It can be concluded that the use of drugs in both Public Health Centers was still irrational except for the use of antibiotics and injection."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Irlinda Fitraisyah Ardhianti
"Seorang Apoteker memiliki peran penting di Industri Farmasi dan Apotek. Dalam melaksanakan peran tersebut, seorang Apoteker harus memenuhi standar kompetensi sebagai persyaratan untuk memasuki dunia kerja dan menjalani praktik profesi. Sebagai bekal dan pengalaman calon apoteker untuk dapat memahami peran apoteker dan meningkatkan kompetensi, maka dilaksanakan Praktik Kerja Profesi Apoteker di PT Finusolprima Farma Internasional dan Apotek Roxy Galaxy selama periode bulan Juli - Oktober 2021. Industri Farmasi harus selalu dapat meningkatkan kinerjanya untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan dapat bersaing. Salah satu caranya adalah dengan melakukan proses improvement, dimana seorang Apoteker harus dapat melakukan perencanaan dan pengendalian aktivitas proses produksi. Dalam melakukan hal tersebut, perlu dilakukan pengukuran atas setiap aktivitas produksi yang ada untuk melihat seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh tenaga kerja serta untuk mengetahui seberapa banyak tingkat aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk menghasilkan produk. Salah satu metode yang digunakan untuk melakukan pengukuran tersebut adalah metode time and motion study. Selain di Industri Farmasi, Apoteker juga berperan dalam Sarana Pelayanan Kefarmasian, salah satunya adalah Apotek. Apotek memiliki standar yang digunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian, dan melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka patient safety. Maka dari itu, seorang Apoteker wajib memiliki pemahaman terkait pelaksanaan pelayanan kefarmasian di Apotek yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dari hasil PKPA tersebut, calon Apoteker dapat memperluas wawasan, pemahaman, dan pengalaman untuk dapat melakukan pekerjaan kefarmasian di tempat praktik kerja profesi.
A pharmacist has an important role in the Pharmaceutical Industry and Pharmacy. In this role, a pharmacist must fulfill the competency standards required to enter working life and undergo the professional practice. As a provision and experience for pharmacist candidates to understand the role of pharmacists and improve their competence, the internship at PT Finusolprima Farma Internasional and Apotek Roxy Galaxy was held during the period July - October 2021. The pharmaceutical industry must always be able to improve its performance to produce quality products and can compete. One way is to carry out the improvement process, where a pharmacist must be able to plan and control the production process activity. In doing this, it is necessary to measure each of the existing production activities to see how long the workforce needs the time and to find out how many levels of activity are carried out by the company to produce products. One of the methods used to take these measurements is the time and motion study method. In addition to the Pharmaceutical Industry, pharmacists also play a role in Pharmaceutical Service Facilities, one of which is a pharmacy. Pharmacy has a standard used as a guideline for pharmaceutical personnel aimed at improving the quality of pharmaceutical services, ensuring legal certainty for pharmaceutical personnel, and protecting patients and communities from using irrational drugs in the framework of Patient Safety. Therefore, a pharmacist must understand the implementation of pharmaceutical services in the pharmacy by applicable laws and regulations. This internship allows pharmacist candidates to broaden their insight, understanding, and experience doing pharmaceutical work at a professional work practice."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library