Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 240 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ismail
"Kondisi negara yang dalam keadaan krisis multidimensi, menimbulkan tuntutan peningkatan penerimaan negara dari berbagai sumber. Salah satu sumber penerimaan negara yang potensial untuk terus digali adalah pajak.
Untuk itu Direktorat Jenderal Pajak meluncurkan sebuah sistem informasi yang disebut dengan Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MPS), yang mengalihkan sebagian besar detail pekerjaan administratif yang rumit ke sistem informasi komputer untuk diproses secara otomatis. Tujuan sistem ini adalah memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak pada saat melakukan penyetoran pajak dan tercapainya tertib administrasi, serta efisiensi waktu dan tenaga kerja dalam pengolahan Surat Setoran Pajak.
Peluncuran sistem ini beberapa waktu yang lalu, memang menemui beberapa kendala, namun Direktorat Jenderal Pajak berupaya agar beberapa komitmen dasar dapat terpenuhi, untuk menjaga agar pihak bank tetap menjalankan sistem implementasi ini sesuai dengan yang direncanakan. Upaya perbaikan terus dilakukan agar tujuan dilaksanakannya sistem ini dapat berjalan dengan baik.
Penelitian ini dilakukan dengan wawancara kepada 2 orang pejabat pajak yang memahami persoalan secara mendalam dan memiliki kewenangan dalam hal implementasi Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3). Selain itu dilakukan telaah dan analisis atas berbagai dokumen dari Direktorat Jenderal Pajak, baik pada saat dirancangnya program ini, maupun pada saat dilaksanakannya sosialisasi program ini pada pihak internal Direktorat Jenderal Pajak. Kuesioner disebarkan kepada pihak perbankan, untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) ini di institusi masing-masing. Selain itu juga digali berbagai manfaat yang dirasakan pihak bank, kendala yang dihadapi, serta harapan untuk masa yang akan datang.
Dari penelitian tersebut, diperoleh gambaran implementasi Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) yang mulai dapat memenuhi harapan akan tercapainya efisiensi waktu dan sumber daya manusia serta peluang peningkatan efisiensi dan layanan kepada masyarakat di masa akan datang. Kurangnya kordinasi antara Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Anggaran diharapkan dapat lebih ditingkatkan guna kelancaran penerapan sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12009
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail
"Metafisika Aristoteles merupakan sebuah kritik terhadap dualisme Plato. Dalam teori bentuk, Plato berusaha menjelaskan sifat alami benda-benda namun ia menganggap benda alami tersebut merupakan tiruan yang tidak berarti. Sebuah tiruan dari dunia ide yang jauh di sana dan merupakan ide abadi sehingga antara dunia materi dan dunia ide terdapat jarak yang tak terjembatani. Kemudian Aristoteles datang dengan hylemorphisme bukan makna inti dari bentuk abadi pengetahuan melainkan pada pemisahan antara esensi dengan benda yang riil. Bagi Aristoteles benda merupakan kesatuan materi dan bentuk.
Bentuk benda ada dalam benda itu sendiri bukan di atas sana sebagaimana yang dikemukakan Plato. Materi dan bentuk merupakan aspek tak terpisahkan dari setiap substansi, bersifat universal dan partikular tersatukan dalam sebuah benda. Dari sini memungkinkan relevansi antara metafisika Aristoteles dengan pengetahuan modern. Untuk sampai pada pengetahuan modern, Comte diangkat sebagai pembanding, karena ia sebagai pencetus positivisme, ia menjelaskan tiga tahap pemikiran manusia: tahap teologis, tahap metafisik dan tahap positif. Ia menekankan dan identifikasi atas fakta-fakta, dengan pengamatan indera, dan berupaya untuk menjelaskan hukum-hukum umum dengan induksi berdasarkan fakta. Metafisika Aristoteles dan relevansinya terhadap pengetahuan modern di sini disatukan pada karakteristik yang dimiliki oleh ilmu pengetahuan modern yang mana antara lain memiliki sifat objektif, rasional dan universal. Di mana sifat-sifat ilmu pengetahuan ini telah ada pada Aristoteles."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11225
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail
"Pemampatan citra merupakan proses mereduksi jumlah bit yang digunakan dalam representasi suatu citra dan bertujuan untuk memperoleh suatu kumpulan data yang lebih kecil dan dapat direkonstruksi menjadi citra baru tanpa penurunan kualitas citra yang berarti. Pemampatan citra sangat bermanfaat dalam efisiensi media penyimpanan dan transmisi citra tersebut.
Salah satu metode pemampatan citra yang cukup efektif adalah metode Human Visual System (HVS) yaitu pemampatan citra dengan menghilangkan redudansi psikovisual yang dikandung pada suatu citra dengan mengikuti karakteistik sistem visual mata manusia. Untuk memperoleh unjuk kerja sistem pemampatan citra yang optimal dilaksanakan analisis dan simulasi terhadap sistem pemapatan citra metode HVS Thresholding dan kuantisasi Subyektif dengan menggunakan transformasi wavelet Orthogonal (Daubechies-12) dan Biorthogonal (Spline) dengan beberapa model persamaan HVS (Ngan, Mannos, Nill dan Bowan) melalui variasi norm (p).
Dari hasil simulasi dan analisis menggunakan citra diam dengan ukuran 256 x 256 pixel dipero!eh unjuk kerja sistem optimal yaitu rasio pemampatan 20.03 dan PSNR 25.88 dB dengan wavelet Biorthogonal, 3 level dekomposisi, model HVS Ngan pada norm 3, harga K = 0.005 dan q =0.0075.
Selain itu Penggunaan metode kuantisasi subyektif juga terbukti dapat meningkatkan rasio pemampatan rata-rata sebesar 24 % untuk wavelet orthogonal dan sebesar 43 % untuk wavelet biorthogonal
Pemampatan citra menggunakan wavelet Biorthogonal menunjukkan hasil yang lebih baik daripada wavelet Orthogonal karena pada nilai rasio pemampatan yang sama wavelet Biorthogonal meghasilkan nilai PSNR yang lebih baik dari wavelet orthogonal untuk parameter sistem yang sama.

Image compression is a process to reduce bit information used in representation an image. The purpose is to obtain fewer amounts of data and can be reconstructed as a new image without significant decreasing the quality. Image compression is very profitable in efficiency of storage media and transmission of the image.
One of the effective methods is Human Visual System (HVS) method. The HVS image compression can decrease pshycovisual redundancy contained of an image following the characteristic human visual. To obtain an optimal performance image compression system, analysis and simulation HVS image compression system were done by using Orthogonal Wavelets (Daubechies-12) and Biorthogonal Wavelets (Spline) transform. Several models of HVS such as Ngan, Mannos, Nill and Bowon HVS models were done before threshold and quantization process through variation of norm.
Simulation and Analysis of still image 256 x 256 pixel show that the optimal performance (compression ratio 20.03 and PSNR 25.88 dB) occurred on wavelet Biorthogonal, 3 level decomposition, Ngan HVS model, norm 3, K = 0.005 and q = 0.0075.
Subjective quantization method also proved that its can increase average compression ratio 24 % for orthogonal wavelets and 43 % for biorthogonal wavelets.
Image compression system using Biorthogonal wavelets shows better than Orthogonal wavelets since in the same compression ratio, PSNR of Biorthogonal Wavelets is greater than Orthogonal Wavelets.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail
"Model hewan experimental yang memadai dan menyerupai proses degeneratif diskus intervebralis manusia, dan sekaligus digunakan sebagai studi terapi baru seperti rekayasa jaringan atau distraksi diskus masih kurang. Kita meneliti tentang penggunaanaan alat kompresi eksterna cam Kroeber dkk untuk membuat degenerasi diskus intervertebralis pada model kelinci yang dibuktikan secara sinar X, MRI, histologis, dan viabilitas sel. Scpuluh kelinci putih selandia baru secara acak dibagi menjadi lima grup. Diskus intenvertebralis lumbar 4-5 dikompresi 1,9 MPa dengan alat kompresi eksterna. Grup satu kelinci dikompresi selama 14 hari, grup dua selama 28 had, grup tiga dikompresi 14 luiri dan 14 hari dilepaskan kompresi, grup empat 28 hari kompresi, 28 hari tanpa kompresi. Grup lima, kelinci dipasang alat tapi tanpa dikompresi. Empat kelinci lain digunakan sebagai sampel untuk studi viabililas sel. Penurunan ketinggian diskus terbesar pada grup satu, sebesar 23,9 unit, degenerasi diskus secara MRI yang terjelek adalah derujat tiga. Skor histologis terjelek pada grup tiga (58,69), yang terbaik grup empal (45.69). Kematian sel terbanyak terjadi pada grup satu (403,5), dan terkecil pada grup empat (124,75). Pewamaan Trypan blue menunjukhm bahwa pada grup empat (91,1) memiliki sel hidup lebih besar daripada grup tiga (86.4). Studi menyimpulkan degenerasi diskus dapat dikreasi dengan kompresi aksial eksterna selama 14 hari pada kelinci. Lama tanpa kompresi 28 hari memberikan hasil lebih balk untuk pemulihan set. (Med J Indones 2006; 15:199-207)

Appropriate experimental animal models, which mimic the degenerative process occurring in human intervertebral disc (IVD) breakdown and can be used for new treatment studies such as tissue engineering or disc distraction arc lacking. We studied the external compression device that used by Kroeber et a! to create interverlebral disc degeneration in rabbit mode! characterized by X-ray, MRI. Histology, and Cell Viability. Ten NZW rabbit were randomly assigned to one of five groups. lnterverlebral disc VL4-L5 are compressed using an external loading device, 1.9 MPa. First group rabbit are loaded for 14 days, second loaded for 28 days, thirth group are loaded for 14 days, and unloaded for 14 days, fourth group loaded for 28 days and unloaded for 28 days. The fifth group, rabbits underwent a sham operation. Additional, rabbits were used as sample for cell viability study. In disc height: sample in group one have biggest decreasing of disc height, that is 23.9 unit. In MRI assessment, the worst grade is grade 3. In histological score, the worst group is group three (58.69), and the best is group 4 (45.69). Group one have the largest dead cell, that are 403.5, and the smallest is group four (124.75). Trypan blue staining si lowed that group four have, better viable cell (91.1) compare than group three (86.4). The study conclude disc degeneration can be created by external axial loading for 14 days in rabbit intenvertebral disc. Duration of 28 days unloading gave better result for cells to recover. (MedJ Indones 2006; 15:199-207)."
[place of publication not identified]: Medical Journal of Indonesia, 2006
MJIN-15-4-OctDec2006-199
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail
"Proyek konstruksi adalah proyek yang berkaitan dengan upaya pernbangunan suatu bangunan infrastmktur, yang umurnnya mencakup pekeljaan pokok yang termasuk dalam bidang teknik sipil dan arsitektur. Pekezjaan konstruksi memberikan tantangan yang bersifat khusus karena hampir setiap konstruksi bangunan apapun macamnya selalu direncanakan atau dilaksanakan dengan menggunakan sistern rekayasa tertentu yang khusus diperuntukkan bagi bangunan tersebut. Hampir tidak pernah ditemui struktur suatu bangunan yang tepat sama atau merupakan duplikasi dari bangunan lainnya.
Penggunaan Manajer Proyek sangat berguna bagi perusahaan jasa konstruksi, sehingga dapat mengendalikan tenaga dan sumber daya yang ada dilapangan menjadi efektif dan produktitf Manajer Proyek merupakan organisator dan koordinator proyek yang bertanggung jawab atas pelaksanaan proyek secara keseluruhan baik secara teknis maupun administratimi keuangan dan lingkungan. Manajer Proyek bertugas memimpin, mengarahkan dan mengendalikan pelaksanaan proyek, selanjutnya juga bertanggung jawab atas terselenggaranya pelaksanaan proyek sesuai dengan sistem manajemen proyek yang disetujui pemilik proyek. Dengan tujuan agar proyek menmpai sasaran tepat waktu, mutu, biaya serta aman dalam pelaksanaan.
Tujuan dari penelitian ini adalah melihat adanya huhungan secara kuantitatif melalui analisis statistik peran dari Manajer proyek terhadap kinerja akhir dari pelaksanaan proyek konstruksi. Kinerja yang akan diamati adalah kinerja waktu, sedangkan proyek konstruksi yang dijadikan :ampel adalah proyek bangunan gedung bertingkat yang berada di wilayah Jabotabek. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang ditujukan kepada Manajer Proyek.
Setelah dilakukan analisis secara statistik dapat diperlihatkan suatu hasil yang menyatakan bahwa peran Manajer Proyek untuk meningkatkan kinerja waktu dengan model persamaan non linier dan variabel-variabel penentu adalah melaporkan secara rutin kemajuan proyek Serta menentukan teknik monitor dan penjadwalan. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa ada korelasi yang positif antara variabel-variabel penentu bebas peran Manajer Proyek dengan peningkatan kinerja waktu pada proyek bangunan gedung bertingkat di Jabotabek pada tahap pelaksanaan konstruksi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T3202
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail
"Kasus trombosis vena dalam (TVD) pasca operasi di Indonesia dianggap jarang, demikian pula dengan trombofilia. Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa diperlukan penelitian untuk mendapat angka kejadian TVD pasca operasi ortopedi risiko tinggi, dan profil trombofilia pada kasus TVD dan non-TVD di Indonesia. Penelitian cross sectional ini dilakukan pada 20 pasien yang menjalani operasi daerah panggul (total hip replacement dan fiksasi fraktur femur proksimal) dan daerah lutut (fiksasi femur distal dan total knee replacement). Pada tiap pasien dilakukan pemeriksaan protein C, protein S, antitrombin III, dan fibrinogen pada hari kelima pasca operasi, kemudian pada periode antara hari kesepuluh dan keduapuluhsatu pasca operasi dilakukan pemeriksaan USG kompresi/Doppler vena. Bila hasil USG-nya menunjukkan adanya TVD, maka dikonfirmasi dengan venografi. TVD ditemukan pada lima pasien (25%). Defisiensi protein C (P= 0,46), protein S (P= 0,81), antitrombin III (P= 0,46), dan hiperfibrinogenemia (P= 0,0547) tidak berkorelasi dengan TVD pasca operasi. Namun demikian, hiperfibrinogenemia merupakan faktor risiko TVD pasca operasi (attributable risk= 1). Faktor penyerta lain seperti diabetes mellitus (P= 1,0), obesitas (P= 0,28), hipertensi (P= 1,0), hipertrigliseridemia, dan hiperkolesterolemia tidak berkorelasi dengan TVD pasca operasi. Penelitian ini menunjukkan adanya kasus TVD pasca operasi di Indonesia. TVD tidak berkorelasi dengan defisiensi protein S, protein C, dan antitrombin III. (Med J Indones 2004; 13: 24-30).

Post operative DVT is believed to be rare in Indonesia, and so is trombophilia. It is necessary to know the incidence of postoperative DVT in Indonesia and thrombophlia profile (protein C, S, AT III deficiency and hyperfibrinogenemia) in DVT and non DVT patient who underwent orthopedic surgery involving the hip and knee (high risk surgery). A cross sectional study was conducted in 20 patients who underwent surgery involving the hip (total hip replacement and fixation of proximal femoral fracture) and knee (total knee replacement and fixation of distal femoral fracture). Protein C, protein S, antithrombin III, and fibrinogen were examined in day 5 post operative, as well as with compression/Doppler USG between day 10 to 21 post operative, and confirmed by venography if USG findings was positive. Post operative DVT were found in 5 of 20 patients (25%). Deficiency of protein C (P= 0.46) protein S (P= 0.81), antithrombin III (P= 0.46), and hyperfibrinogenemia (P= 0.0547) did not correlate to post operative DVT. However, hyperfibrinogenemia was found to be a risk factor to post operative DVT (attributable risk= 1). Other confounding factor such as diabetes mellitus (P= 1.0), obesity (P= 0.28), hypertention (P= 1.0), hypertrigliseridemia, and hypercholesterolemia did not correlate to post operative DVT. The study suggested the existence of postoperative DVT cases in Indonesia. Hyperfibrinogenemia is a risk factor to promote post operative DVT. Deep vein thrombosis did not correlate to protein S, protein C, and antithrombin III deficiency. (Med J Indones 2004; 13: 24-30)."
Medical Journal of Indonesia, 2004
MJIN-13-1-JanMar2004-24
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail
"Skripsi ini membahas mengenai sistem pengaman pada motor chiller, dimana chiller ini digunakan sebagai sistem penyejukan ruangan pada gedung bertingkat. Pengamanan terhadap chiller sangat diperlukan terutama untuk melindungi motornya dari gangguan sehingga juga dapat melindungi chiller dari kerusakan yang terjadi, selain itu untuk melindungi lingkungan disekitar maupun pada makhluk hidup (manusia). Gangguan yang timbul pada chiller dapat disebabkan oleh arus dan tegangannya, beban yang tidak stabil di motor maupun dari lingkungannya; sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada motor, kebakaran dan kematian. Peralatan pengaman yang digunakan dalam sistem pengaman motor chiller dapat berupa circuit breaker (MCCB dan ELCB) maupun Phase Failure Relay (Motor Saver). MCCB digunakan sebagai pengaman hubung singkat, beban lebih dan arus lebih; ELCB untuk arus bocor; sedangkan Motor Saver digunakan untuk pengaman tegangan kurang/lebih, asimetris tegangan, hilangnya salah satu phasa maupun tegangan balik pada Chiller yang disebabkan oleh motor.

The focus of this study is worked through about protection system at motor chiller, which is the chiller used for air conditioner system in high rise building. Chiller protection is very important specially to protect the motor from disturbance so the chiller can be protected from damage. Also to protect the environment and human living, specially human being. The disturbance on chiller can be caused by electricity current and power supply, unstable load on motor chiller and around chiller with the result can caused damage on motor, fire or death. Protection device that is used inside motor chiller protection system are circuit breaker (MCCB and ELCB) and also Phase Failure Relay (Motor Saver). MCCB is using as protector from short circuit, overload and over current; ELCB as protector from leaked current; while Motor Saver is using as protector from under/over voltage, asymmetry voltage, lose one of voltage and reversal voltage on chiller which is cause by motor chiller."
Depok: Program Sarjana Ekstensi Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40593
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail
"Dengan menghitung pusat massa dari warna yang spesifik, dan pengontrol servo untuk menggerakkan kamera, telah dibuat suatu sistem pengikut warna dengan parameter warna yang dapat diubah-ubah untuk mengikuti warna RGB. Sistem dibuat dengan menggunakan mikrokontroler 32-bit LPC2106 yang mempunyai kapasitas RAM 64K byte dan ROM sebesar 128K byte dengan kecepatan 60MHz. Sensor kamera CMOS dengan resolusi 352 x 288 digunakan sebagai sumber masukan ke memori buffer FIFO dengan kapasitas 1MB sebelum akhirnya diproses pada mikrokontroler. Sebagai masukan parameter warna dan antar muka pengguna, sistem didukung oleh mikrokontroler Atmega16 yang memiliki kapasitas RAM 16K byte dan ROM 512 byte yang bekerja pada frekuensi 16 MHz. Kedua mikrokontroler berkomunikasi secara serial dalam menentukan proses tracking. Untuk menangkap citra dan data tracking, aplikasi pada komputer dibuat dengan LabVIEW. Jangkauan tracking dari sistem yang dibuat adalah 20,9° untuk pan dan 15,4° untuk tilt. Hasil menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan mencapai 80% dengan respon gerak pada jangkauan maksimum kurang dari 1 detik dengan kecepatan gerak maksimum adalah 260° perdetik. Laju keluaran data yang dihasilkan adalah 14 data perdetik.

By calculating center of mass of spesific color, and servo controller to move camera, a color tracking system has been made with changeable color parameter to track color within RGB range. This system was build using 32-bit microcontroller LPC2106 which has 64K byte RAM and 128K byte ROM at 60MHz. CMOS image sensor with 352 x 288 resolution used as input of FIFO memory buffer which has 1 MB of capacity before they were processed in. As input parameter and user interface, system was supported by other microcontroller Atmega16 with 16K byte RAM and 512 byte ROM at 16MHz of frequency operation. These both microcontroller communicating serially in order to decide a tracking process. To grab an image and tracked data, computer application was made with LabVIEW. Frame tracking range from the system is about 20,9° for pan tracking and 15,4° for tilt tracking. Result shows success is about 80% with moving response for maximum range less than 1 second and maximum moving velocity is 260° persecond Data rate produced by system is 14 data persecond."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S29369
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail
"Perkembangan penggunaan alat pembayaran dengan menggunakan kartu kredit telah maju dengan pesat sejalan dengan perkembangan ekonomi. Begitu maraknya bisnis kartu kredit membuat hampir semua bw bahkan perusahaan nonbank tergiur untuk berlomba menerbitkan kartu kredit. Seringkali kita membaca dirubrik pembaca dimedia cetak yang memaparkan keluhan mereka terhadap pelayanan kartu kredit ini, apalagi melesatnya jumlah penerbitan kartu edit ternyata belum diimbangi oleh adanya peraturan perundangan-undangan yang melindungi konsumen kartu kredit. Bahkan dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, tidak ada pasal yang jelas yang mengatur tentang Kartu Kredit. Dasar hukum yang dipegang oleh para pihak yang terlibat dalam bisnis kartu kredit ini hanyalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak. Penerbit Kartu Kredit (Issuer) biasanya telah membuat dan menyiapkan. Perjanjian Keanggotaan Kartu Kredit dalam bentuk standarbaku. Perjanjian Keanggotaan Kartu Kredit isinya berat sebelah karena di satu sisi kewajiban Pemegang Kartu Kredit (CardHolder) diatur secara detail, namun di sisi lain, hak konsumen atau kewajiban Issuer sangat minim diatur. Bahkan tampak adanya klausula eksemsi/eksonerasi. Secara terang terangan penerbit kartu kredit membatasi tanggung jawabnya kepada konsumen. Posisi konsumen juga lemah ketika ada masalah antara konsumen dengan penerbit kartu kredit. Konsumen sering dihadapkan pada posisi sulit ketika dipaksa menerima bukti-bukti dari penerbit kartu kredit dan konsumen tidak dapat mengcounter dengan bukti lain karena konsumen tidak mempunyai akses terhadap teknologi yang dipakai dalam bisnis kartu kredit. Penerbit Kartu Kredit dalam menyelesaikan kredit macet seringkali juga menggunakan debt collector dengan cara mengintimidasi, teror dan lain-lain sehingga mengakibatkan pemegang kartu kredit terancam keselamatannya. Selama ini juga Pedagang (Merchant) membedakan antara pembeli dengan menggunakan kartu kredit dengan pembeli secara tunai misalnya dengan mengenakan biaya tambahan. Padahal dalam perjanjian Merchant diatur ketentuan bahwa merchant tidak boleh membeda-bedakan antara pembeli dengan kartu kredit dan pembeli secara tunai. Selain itu dibalik kecanggihannya, ternyata kartu kredit juga merupakan lahan kejahatan yang tidak kalah canggihnya. Sedangkan peraturan perundang-undangan yang mengatur kejahatan terhadap kartu kredit ini belum diatur. Oleh karena itu harus segera dibuat peraturan perundang-undangan tentang kartu kredit dan perlindungan terhadap konsumen."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1998
S20828
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail
"In a reinforced concrete structure, the beam-column joint area is the most important area of the structure, because the joint is the place where the forces working on beams are transferred to the column.It became so important that it needs good detailing to ensure that the collapse of the structure does not happen because of the failure of the joint. This condition is added by the fact that some architect would design exterior beams that is not located at the center line of the column, thus producing eccentricity on the column which in turn will cause the torsion force. In this final assignment, the writer will focus on the problems stated earlier, which is the effect of eccentricity of beams on column. The writer conducted an experiment at the laboratory to study this effect on the beam-column joint and to observe the cracking pattern that resulted from it. The specimen tested will be designed using the Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SK-SNI T-15-1991-03, with reference to the design capacity method . The design capacity method is used to make sure that the plastic hinge mechanism will happen on the beam, which also known as the 'Strong column weak beam' mechanism.

Pada suatu struktur beton bertulang, daerah pertemuan balok dan kolom merupakan bagian yang sangat penting karena bagian tersebut merupakan bagian yang mentransfer gaya-gaya yang bekerja yaitu gaya aksial, momen lentur dan gaya geser. Daerah pertemuan tersebut menjadi suatu titik kritis dari suatu struktur sehingga dipedukan suatu pendetailan yang baik sehingga dapat menjamin bahwa keruntuhan suatu bangunan terjadi bukan akibat dari kegagalan sambungan. Keadaan tersebut kemudian ditambah lag! dengan adanya desain dari seorang Arsitek yang mendesain suatu balok exterior rata permukaannya dengan kolom, dimana hal ini menyebabkan balok menjadi eksentris terhadap sumbu kolom sehingga terjadi tambahan gaya yaitu torsi. Pada skripsi ini, penults memfokuskan pada masalah tersebut di atas yaitu pengaruh dari eksentrisitas balok terhadap kolom. Penulis melakukan suatu penelidan di laboratorium untuk mengetahui pengaruh dari eksentrisitas balok tersebut terhadap kekuatan sambungan balok-kolom dan mengetahui pola retak yang terjadi akibat keadaan ini pada saat menerima pembebanan. Pembebanan dilakukan dari pembebanan yang terkecil sampai pembebanan yang menyebabkan keruntuhan struktur tersebut. Model sambungan balok-kolom pada penelitian ini didisain sesuai dengan Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SK-SNI T-15-1991-03 yang merujuk pada metode desain kapasitas. Metode desain kapasitas merupakan suatu metode desain yang menjamin terjadinya sendi plastis di daerah balok sehingga keruntuhan struktur dapat diantisipasi dengan seaman mungkm di mana disini dikenal sebuah filosofi 'Strong column weak beam' yaitu sebuah kolom didisain lebih kuat daripada baloknya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35195
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>