Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isnaniah
"[ABSTRAK
Pendahuluan: Osteopontin merupakan salah satu penanda molekuler hipoksia
endogen tumor. Hipoksia adalah salah satu faktor yang menentukan agresifitas
penyakit. Kadar osteopontin tinggi pada berbagai keganasan termasuk glioma
maligna. Peningkatan kadar osteopontin akan menyebabkan respon terapi berkurang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kadar osteopontin praradiasi
dengan respon radiasi pada glioma maligna.
Metode: Penelitian ini merupakan studi retrospektif kohort terhadap 15 pasien
maligna glioma yang menjalani terapi radiasi dari juli 2004 sampai mei 2015 di
RSUPN. DR. Cipto Mangunkusumo. Osteopontin diperiksa menggunakan metode
ELISA dari sampel parafin blok. Volume tumor dihitung dari CT scan atau MRI
berdasarkan pengukuran volume tiga dimensi. Respon tumor dinilai dengan
membandingkan volume tumor sebelum dan sesudah radiasi dengan menggunakan
CT dan MRI.
Hasil: Didapatkan rerata kadar osteopontin sebesar 0,49 ± 0,45 ng/ml, rerata
persentase perubahan volume tumor 8,59 ± 54,22 %. Volume tumor yang membesar
60%. Tumor yang progresif sebesar 26,7%. Secara keseluruhan terdapat korelasi
negatif lemah yang tidak bermakna ( r -0,39 dan p 0,146 ) antara kadar osteopontin
dengan respon radiasi. Terdapat korelasi positif kuat yang tidak bermakna ( r +0,68
dan p 0,219 ) antara kadar osteopontin dengan respon radiasi pada kelompok yang
menggunakan kemosensitizer temozolamide.
Kesimpulan: Terdapat korelasi negatif lemah yang tidak bermakna antara kadar
osteopontin dengan respon radiasi. Terdapat korelasi positif kuat yang tidak
bermakna antara kadar osteopontin dengan respon radiasi pada kelompok yang
menggunakan kemosensitizer temozolamide.

ABSTRACT
Introduction : Osteopontin is an endogenous molecular marker of tumor hypoxia,
which is one of factors that determine the aggressiveness of the disease. Increased
level of osteopontin will decrease therapeutic response which will eventually
influence the success of therapy.The purpose of this study is to determine the
correlation between osteopontin level and radiation response in malignant glioma.
Method : This is a retrospective cohort study of 15 malignant glioma patients who
underwent radiation from July 2004 to May 2015 at Cipto Mangunkusumo Hospital.
Osteopontin level was measured with ELISA from paraffin embedded tissue. Tumor
volume was calculated by measuring three dimensional volume of tumor imaging
from CT or MRI. Tumor response was evaluated by comparing pre-irradiation with
post-irradiation tumor volume seen in CT and MRI.
Result : The mean osteopontin level was 0.49 ± 0.45 ng/ml and the mean percentage
of change in tumor volume was 8.59 ± 54.22 %. Enlargement of tumor volume was
60 %. Progressive disease was found in 26.7 % of patients. Overall, there was an
insignificant weak negative correlation (r -0.39 and p 0.146) between level of
osteopontin and radiation response. There was an insignificant strong positive
correlation (r +0.68 and p 0.219) between level of osteopontin and radiation response
in the group that received radiation therapy concurrent with temozolamide.
Conclusion : Overall, there was an insignificant weak negative correlation between
level of osteopontin and radiation response. In the group that received radiation
therapy concurrent with temozolamide, there was an insignificant strong positive
correlation between level of osteopontin and radiation response, Introduction : Osteopontin is an endogenous molecular marker of tumor hypoxia,
which is one of factors that determine the aggressiveness of the disease. Increased
level of osteopontin will decrease therapeutic response which will eventually
influence the success of therapy.The purpose of this study is to determine the
correlation between osteopontin level and radiation response in malignant glioma.
Method : This is a retrospective cohort study of 15 malignant glioma patients who
underwent radiation from July 2004 to May 2015 at Cipto Mangunkusumo Hospital.
Osteopontin level was measured with ELISA from paraffin embedded tissue. Tumor
volume was calculated by measuring three dimensional volume of tumor imaging
from CT or MRI. Tumor response was evaluated by comparing pre-irradiation with
post-irradiation tumor volume seen in CT and MRI.
Result : The mean osteopontin level was 0.49 ± 0.45 ng/ml and the mean percentage
of change in tumor volume was 8.59 ± 54.22 %. Enlargement of tumor volume was
60 %. Progressive disease was found in 26.7 % of patients. Overall, there was an
insignificant weak negative correlation (r -0.39 and p 0.146) between level of
osteopontin and radiation response. There was an insignificant strong positive
correlation (r +0.68 and p 0.219) between level of osteopontin and radiation response
in the group that received radiation therapy concurrent with temozolamide.
Conclusion : Overall, there was an insignificant weak negative correlation between
level of osteopontin and radiation response. In the group that received radiation
therapy concurrent with temozolamide, there was an insignificant strong positive
correlation between level of osteopontin and radiation response]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isnaniah
"Keterampilan berbahasa Inggris sangat diperlukan untuk menghadapi era globalisasi yang melanda di segala bidang. Oleh karena itu banyak orang yang mengikuti kursus-kursus. Mmsusnya di LB-LIA, untuk meningkatkan kemampuan merelsa dalam berbahasa Inggris. Ketrampilan berbahasa Inggris tidak hanya ditekankan pada kemampuan lisan. tetapi juga kemampuan menulis. Menurut Wright (1993) kemampuan menulis adalah kemampuan yang paling sulit dipelajari oleh siswa. Di LB-LIA, prestasi yang dituniukJcan siswa dalam pelajaran menuUs belum menunjukkan kemampuan siswa yang sebenamya. Hal ini diduga terjadi karena siswa memiliki derajat self-efficacy rendah pada pelajaran menulis. Self-efficacy adalah keyakinan seseorang akan kemampuannya dalam melakukan suatu tugas. Menurut Stipek (1993) siswa yang memiliki self-efficacy rendah pada suatu tugas cenderung untuk mengatribusikan kegagalan atau keberhasilannya dalam melakukan tugas tersebut pada faktor-faktor di luai- dirinya (faktor ekstemal).
Salah satu faktor eksternal itu adalah umpan balik yang diberikan guna mengenai unjuk kerja siswa pada tugas tersebut. Dalam pelajaran menulis ada dua jenis umpan balik vang biasa digunakan oleh guru untuk memberikan unipan balik pada vuijuk keria siswa (Sliennan. 1994). Umpan balik itu adalah: (1) Error marked and corrected but without explanation, yang bersifat informatif ; dan (2) Error marked and corrected with explanation, yang sifatnya korektif. Menurut Shennan (1994) pula. nmpan balik yang baik adalah unipan balik yang bergmia dan dapat digimakan oleh siswa. Bagi siswa yang memiliki derajat selfefficacy rendalu unipan balik korektif yang diberikan gum ini sangat membanhi karena umpan balik korektif ini difokuskan pada unjuk kerja siswa dan bukan pada kemampuan dirinya. Sehingga dengan pemberian umpan balik korektif ini siswa tidak merasa terancam konsep dirinya.
Dari umpan balik korektif ini siswa secara obyektif dapat mengetahui kesalahan yang dilakukannya dan cara-cara untuk memperbaiki kesalahan yang sama di masa datang. Seperti mnpan balik jenis lainnya, umpan balik korektif dapat diinterprestasikan secara berbeda oleh penerina dan pemberi mnpan balik. Banyaknya coretan yang berisi penielasan yang dituliskan gum pada kertas menulis siswa mungkin akan diinteiprestasikan oleh siswa sebagai penegesan atau hukuman atas ketidak mamapuaimya dalam melakukan tugas menulis. Bila hal ini terjadi. maka siswa tersebut semakin tidak man menunjukkan usaha yang sungguh-sungguh dalam m-alakukan tugas yang sama di masa yang akan datang. Sebagai akaibatnya prestasinya pada tugas tersebut di masa datang juga akan semakin menurun. Oleh karena itu, maka penelitian ini bertujuan meneliti efektivitas dari pemberian umpan bahk korektif terhadap prestasi menulis siswa yang memiliki taraf self-efficacy rendah.
PeneUtian ini adalah penelitian eksperimen dua kelompok yang menggunakan desain dua kelompok randomised pre-post control group. Penempatan subyek ke dalam dua kelompok. yaitu kelompok kontiol dan kelompok eksperimen dilakukan secara random. Pada kedua kelompok dilakukan pre dmi post test. Data hasil penelitian ini diolah dengann menggunakan t-test.
Penelitian ini membuktikan bahwa Ho yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara gain skor menulis kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ditolak (t = 6.14 ; a =0.05). Sehingga Ha yang menyatakan bahwa gain skor menulis kelompok eksperimen lebih besar secara signifikan dibandingkan gain skor menulis kelompok kontrol diterima. Jadi dalam penelitian ini terbukti baliwa umpan balik korektif efektif untuk meningkatkan prestai menulis dalam bahasa Inggris siswa dengan derajat self-efficacy rendah."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2943
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library