Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ivandini Tribidasari Anggraningrum
"Model adsorpsi senyawa koordinasi Ni2+-H2O, Ni2+-NH3, Nit+-EDTA dan Nit+-CN pada permukaan alumina digambarkan berdasarkan variasi variabelnya, yaitu pH, spesies ligan dan alumina serta kuat ion. Metode adsorpsi yang digunakan adalah pengguncangan. Pengujian juga dilakukan secara visual dengan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM).
Alumina yang digunakan berasal dari AICI3 dengan variasi suhu kalsinasi 600°C dan 900°C. Alumina jenis 1 yang diperoleh dengan pemanasan 600°C merupakan campuran fasa x dan n-alumina, sedangkan alumina jenis 2 merupakan campuran fasa x, ri, 7, 0 dan rc-alumina.
Adsorpsi maksimum Ni2+-H2O dan Ni2+-NH3 pada kedua jenis alumina terjadi pada pH 3, sedangkan adsorpsi maksimum sistem yang mengandung Nit+ EDTA dan Ni2+-CN diperoleh pada pH 10. Pengujian dengan Isoterm Adsorpsi Langmuir dan Freundlich pada pH maksimum menunjukkan bahwa proses adsorpsi mengikuti persamaan Langmuir yang membentuk lapisan monolayer pada permukaan homogen.
Percobaan menunjukkan bahwa adsorpsi Ni2+-H2O dan Ni2+-NH3 memiliki pola adsorpsi yang sarna dan keduanya lebih mudah teradsorpsi pada alumina jenis 1 yang bersifat lebih asam. Tetapi pada sistem Ni2+-H2O pola adsorpsi tidak dipengaruhi oleh permukaan kuat ion sehingga diperkirakan adsorpsi terjadi pada Bidang Helmholtz dalam akibat adanya interaksi antara ion logam Ni dengan sisi aktif Oksigen pada permukaan alumina. Sedangkan adsorpsi Nit+ NH3 dipengaruhi oleh kuat ion dan diperkirakan terjadi pada Bidang Helmholtz luar akibat terjadinya proses pengendapan senyawa Ni(OH)2 pada permukaan alumina.
Adsorpsi sistem campuran Ni2+-H2O dengan Nit+-EDTA dan Nit+ H2O dengan Ni2+-CN menunjukkan pola adsorpsi yang sama, lebih mudah teradsorpsi pada alumina jenis 2 yang bersifat lebih basa dan dipengaruhi oleh kuat ion, sehingga disimpulkan bahwa proses adsorpsi terjadi pada Bidang Helmholtz luar karena adanya interaksi elektrostatik antara ligan yang kaya akan elektron dengan pusat aktif Aluminium pada permukaan alumina, selain terjadinya pengendapan senyawa Ni(OH)2 pada permukaan alumina, pada kondisi pH tinggi.
Pengujian dengan Scanning Electron Microscope (SEM) tidak menunjukkan keberadaan Nikel di sekitar permukaan Aluminium yang diamati sehingga disimpulkan tidak ada interaksi langsung antara Nikel dengan Aluminium.

Adsorption Models of Nickel (II) Coordination Complex Compounds on to the Alumina SurfaceAdsorption models of coordination complex compounds of Ni2+-H20, Ni2+-NH3, Nit+-EDTA and Nit+-CN on to surface of alumina is described by variation of some variables; pH, types of alumina, and the ionic strength.
Sample of alumina synthesized from AIC13. More acidic alumina which is calculated in 6000C provides mixed of x-and n-alumina phase, whereas alumina which is treated in 900°C contains x,n,-y4 and rs-alumina.
Maximum adsorption of Ni2+-H2O and Nit+ NH3 on both type of alumina occurs in pH 3, but systems contain EDTA and CN ligand in pH 10. Test of Isotherm adsorption in the maximum pH give that adsorption process following Langmuir equation to form monolayer adsorbate on homogenous surface.
The result give that adsorption of Ni2+-H2O and Ni2+-NH3 have similar patterns. The difference is Ni2+-H2O adsorpted in Inner Helmholtz Plane by interaction beetwen Ni2+ with Oxygen site of alumina surface and system contains NH3 in Outer Helmholtz Plane by precipitation of Ni(OH)2 on to alumina surface. Adsorption system contains EDTA and CN have another similar patterns and adsorpted in Outer Helmholtz Plane because any electrostatic interaction between ligand and aluminum site of alumina.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivandini Tribidasari Anggraningrum
1993
S29850
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivandini Tribidasari Anggraningrum
"Modifikasi elektroda karbon, glassy carbon (GC) dan boron-doped diamond (BDD), menggunakan nanopartikel emas (AuNP) dilakukan dengan menggunakan teknik self-assembly. Teknik ini dipilih berdasarkan interaksi elektrostatik antara AuNP yang terperangkap ion sitrat dengan gugus amina yang dimodifikasikan pada BDD dan GC. Material yang diperoleh, AuNP-GC dan AuNP-BDD, kemudian digunakan sebagai elektroda pendeteksi As 3+ menggunakan teknik anodic stripping voltammetry (ASV). Anodic stripping voltammograms dari kedua elektroda menunjukkan puncak potensial oksidasi As °pada ~0.21 V (vs. Ag/AgCl) pada kondisi optimum potensial deposisi -500 mV, waktu deposisi 180 s, dan scan rate 100 mV/s. AuNP-BDD memiliki daerah pengukuran yang lebih luas (0-20 mM) dan limit deteksi yang lebih rendah (0.39 μ M atau 4.64 ppb), sedangkan AuNP-GC linier pada daerah konsentrasi 0-10 mM dengan limit deteksi 0.14 μ M (13.12 ppb). Keberulangan yang baik ditunjukkan dengan RSDs (n=20) 2.93% pada AuNP-BDD dan 4.54% pada AUNP-BDD. Meskipun demikian penurunan yang lebih banyak pada pengukuran 6 hari berturut-turut ditemukan pada AuNP-BDD (~20.1%) daripada pada AuNP-GC (~2.8%).

Modification of carbon, including boron-doped diamond (BDD) and glassy carbon (GC), using gold nanoparticle (AuNP) was developed by self-assembly technique. This technique is based on electrostatic interaction between citrate-capped AuNP to amine terminal groups after surface modification of BDD and GC. The fabricated materials, AuNP-BDD and AuNP-GC, were then utilized as electrodes for As 3+ detection using anodic stripping voltammetry (ASV) technique. Anodic stripping voltammograms of both Au NP-BDD and AuNP-GC electrodes showed similar peak potentials of As ° oxidation at ~0.21 V (vs. Ag/AgCl) in optimum conditions of -500 mV, 180 s, and 100 mV/s for deposition potential, deposition time, and scan rate, respectively. AuNP-BDD shows better performances in the case of wide linear concentration range (0-20 mM) and low limit of detection (0.39μM or 4.64 ppb), whereas those of AuNP-GC were linear in the concentration range of 0-10mM with a detection limit of 0.14μ M (13.12 ppb). Excellent reproducibility was shown with RSDs (n=20) of 2.93% and 4.54% at AuNP-BDD and AuNP-GC, respectively. However, decreasing of current responses in 6-concecutive days was found more at AuNP-BDD (~20.1%) than that at AuNP-GC (~2.8%)."
Depok: Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI; Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ivandini Tribidasari Anggraningrum
"In order to shorten the measurement time of biochemical oxygen demand (BOD), a BOD sensor based on yeast metabolism was developed. Local yeast, Indonesian Origin, Candida fukuyamaensis UICC Y-247, was used as a transducer. The yeast was immobilized as a thin film in agarose matrix with the auxiliary of Nafion® acting as the membrane for ion exchange process. The film was then attached to gold-modified glassy carbons and used as transducer on the working electrodes. The measurements were conducted by observing the depletion of glucose concentration using multipulse amperometric method and then converted to BOD values. Optimum condition was observed in a waiting measurement time of 30 min at an applied potential of 450 mV (vs.Ag/AgCl). Linearity was shown in glucose concentration range of 0.1?0.5 mM, which was equivalent to BOD concentration range of 10?50 mg/L. A detection limit of 1.13 mg/L BOD could be achieved. Good repeatability was shown by a relative standard deviation (RSD) of 2.7% (n = 15). However, decreasing current response of ~50% was found after 3 days. Comparing to the conventional BOD measurement, this BOD sensor can be used as an alternative method for BOD measurements."
Depok: Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library