Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jasmani
"ABSTRAK
Penelitian ini diilaksanakan terbadap pegawai UPT Perpustakaan Universitas Gatutkaca, dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang motivasi kerja pegawai yang berupa : (1) masalah-masalah yang dirasakan dalam memenuhi kebutuhannya , serta (2) unsur pendorong semangat kerja mans yang dirasakan sebagai kebutuhan yang mendesak untuk dipenuhi.
Populasi sebanyak 70 orang pegawai UPT Perpustakaan Universitas Gatutkaca, tersebar di berbagai fakultas/lembaga dan Perpustakaan Pusat. Sampel dipilah secara purposif yaitu pegawai Perpustakan Pusat saja sejumlah 28 orang yang terdiri dari :
1. Kepala Bidang Pengadaan Behan Pustaka dengan 3 orang bawahan
2. Kepala Bidang Pengolahan bahan Pustaka dengan 6 orang bawahan
3. Kepala Bidang Pelayanan Perpustakaan dengan 6 orang bawahan
4. Kepala Bidang Pelayanan Dokumentasi/informasi dengan 3 orang bawahan
5. Kepala Sub Bagian Tama Usaba dengan 5 orang bawahan.
Gambaran tentang masalah-masalah yang dirasakan oleh pegawai dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara, dan unsur pendorong semangat kerja yang dirasakan mendesak diperoleh dengan menggunakan teknik kuesioner.
Dari penelitian ini ditemukan masalah-masalah yang dirasakan oleh para pegawai adalah :
1. Penghasilan yang diterima dirasakan masih sangat rendah, walaupun selain gaji masih diterima pendapatan lain seperti lembur jaga sore.
2. Kondisi kerja dirasakan. belum mendukung kelancaran kerja. Ada pegawai yang merasakan : (a) keadaan ruang kerja kurang menyenangkan, (b) perlengkapan kerja kurang tersedia, (c) kurangnya bahan yang dikerjakan, dan (d) kurang amannya harts milik kantor dan milik pengunjung.
3. Kebutuhan sosial belum terpenuhi. Pegawai merasakan : (a) hubungan antar pegawai kurang menyenangkan, (b) atasan kurang melaksanakan fungsi supervise, (c) penerapan peraturan serta kebijakan yang kurang adil.
4. Kebutuhan status dan pengharagaan belum terpenuhi. Ada pegawai yang merasakan : (a) kenaikan status dari honorer menjadi calon pegawai dirasakan terlalu lama, dan (b) atasan belum ada usaha yang disengaja untuk menghargai kerja bawahannya.
5. Kebutuhan realisasi diri belum terpenuhi. Ada pegawai yang merasakan : (a) keinginan untuk mengembangkan kemampuan kurang diperhatikan, (b) kurang dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, (c) pekerjaannya tidak menantang, dan (d) tidak didorong membuat rencana kerja yaitu menetapkan tujuan dan target pekerjaannya.
Berdasarkan masalah-masalah yang dirasakan, guna mendorang semangat kerja, keaenderungan umum bagi seluruh pegawai UPT Perpustakaan menunjukkan :
1. Kebutuhan yang dirasakan sangat mendesak, mencakup : (1) penerimaan lain ditingkatkan (2) 'tata ruang yang lebih menyenangkan, (3) adanya hubungan pegawai yang lebih menyenangkan, (4) atasan yang lebih membimbing, mengarahkan, dan membantu memecahkan masalah, (5) peraturan dan kebijakan yang lebih memberi rasa sejahtera dan adil, dan (6) mengikuti kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan kerja.
2. Kebutuhan yang dirasakan mendesak , mencakup : (1) ingin dilibatkan dalam pengambilan keputusan, dan (2) mandiri dalam pekerjaan.
3. Kebutuhan yang dirasakan kurang mendesak, mencakup : (I) pimpinan lebih memperhatikan keinginan untuk naik golongan atau jabatan
4. Kebutuhan yang dirasakan tidak mendesak, mencakup : (1) status yang lebih
tinggi, (2) penghargaan prestasi kerja, dan (3) pekerjaan yang lebih menantang.
Kecenderungan umum kebutuhan yang diinginkan guna mendorong semangat kerja juga dilaporkan menurut : (1) bagian /tempat kerja, (2) kelompok yang menduduki jabatan struktural, (3) kelompok berdasarkan latar belakang pendidikan, dan (4) kelompok yang berstatus honorer.
Berdasarkan hasil penelitian ini, selanjutnya penulis mengajukan beberapa saran untuk Kepala UPT Perpustakaan Universitas Gatutkaca guna mendorong semangat keija bawahannya.

This research was carried out to the staff of the UPT Perpustakaan Universitas Gatutkaca. The objective of this research was to get the description of the staff work motivation, includes: (1) the problems felt by the staff in the fulfillment of their needs, and (2) which work motivation felt as urgent needs.
The population in this research was 70 persons, all were the staff of the UPT Perpustakaan Universitas Gatutkaca, spread in several faculties/institutions and the Central Library.
Purposive sampling was applied to do this research. The total 28 staff members of the Central Library were chosen as the sample, consists of :
1. The Head of the Acquisition Department, with 3 staff.
2. The Head of the Technical Processing Department, with 6 staff
3. The head of the Readers Services, with 6 staff
4. The Head of the DocumenUlnformation Service Department, with 3 staff.
5. The Head of the Administration Sub Section, with 5 staff.
6. The problems felt by the staff were collected by using the interview technique, and the component of the work motivation that felt as urgent needs collected by using the questionnaire technique.
The result of this research indicated that there were several problems felt by the staff in the fulfillment of their needs, include:
1. Lack of salary for the fulfillment of their life needs.
2. Work conditions did not support them to the work effectively and efficiently, in the aspects of: (a) the place or room situation, (b) lack of the supplies and equipment, (c) lack of the raw materials, and (d) lack of the security.
3. Unsatisfied to the social needs, in the aspects of: (a) the inconvenience of the interpersonal relationship among the staff, (b) lack of the supervision, and (c) injustice to the application of the rules and regulations, and also policies.
4. Unsatisfied to the status and esteem needs, in the aspects of: (a) the length of the contract period, and (b) unconsciousness of the supervisor to appreciate to the work of subordinates.
5. Unsatisfied to the self actualization, in the aspect of : (a) lack of the attention by the superior to the subordinates who want to develop their skill through the non formal educational program, (b) lack of the opportunity to participate in the decision making process, (c) lack of the challenge to their job, and (d) lack of the direction by the superior to the subordinates to participate in the planning activities for their job.
Based on the summarized problems felt by the staff above, it was shown the following need ranking trend:
1. The needs felt by the staff considered as very urgent, include: (1) the hope to get the increasing income, (2) to have more convenient work room, (3) the interpersonal relationship among the staff should be more convenience, (4) the need to get more guidance, direction, and helping to the problems solving for the job, (5) the rules and regulations application and policies should be more fair, and (6) the opportunity to develop their skill through the educational program should be available.
2. The need felt by the staff considered as urgent, include: (1) the desire to participate in the decision making process, and (2) to get more autonomy to do their job.
3. The need felt by the staff considered as less urgent, include: (1) to get more attention from the superior to have a higher occupation or position.
4. The need felt by the staff considered as not urgent, include: (1) to get the higher status, (2) to get the work appreciation, and (3) to get the more challenge job.
The need rankng trends were reported also based on: (I) the department/sub section, (2) the group of the head of the department/sub section, (3) the group of the educational background, and (4) the group of the contract status.
Based on the result of this research, than the writer gave several recommendations to the Head of the UPT Perpustakaan Universitas Gatutkaca, to motivate the staff in order to increase the work spirit.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmani
"Berbagai program pemberdayaan masyarakat dalam rangka penanggulangan kemiskinan di RW 04 Kelurahan Setu Kecamatan Cipayung-Jakarta Timur telah dilakukan. Namun, program-program tersebut kurang menyentuh masyarakat Iokal lapis bawah, terutama dalam hal bantuan atau akses modal usaha yang terbentur pada persoalan persyaratan dan kelayakan usaha.
Pemberdayaan Masyarakat meialui Program Pengembangan Keluarga (selanjutnya disingkat Probangga) yang dilakukan oleh Yayasan BMS merupakan solusi allernatif terhadap penanggulangan kemiskinan yang terjadi di RW O4 Kelurahan Setu, Cipayung-Jakarta Timur. Melalui Probangga, 11 (sebelas) kegiatan yang telah terealisasi dari 13 (tiga belas) kegiatan yang direncanakan menunjukkan adanya upaya pemutusan kemiskinan melalui pendampingan keiuarga dengan fokus utama pada anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pemberdayaan masyarakai melalui Probangga, hambatan-hambatan dan penanggulangannya serta hasil atau perubahan yang dicapai dari proses pemberdayaan yang dilaksanakan oleh BMS di RW 04 Kelurahan Setu Kecamatan Cipayung-Jakarta Timur. Pendekatan yang digunakan dalam rangka pendeskripsian proses pemberdayaan tersebut adalah pendekatan kualitatif.
Ditinjau dari penyebabnya, kemiskinan yang terjadi di RW O4 Kelurahan Setu terdiri dari dua faktor utama. Pertama, budaya masyarakat lokal secara turun temurun yang mengekalkan kernlskinanl Hal tersebut ditunjukan dengan kebiasaan atau pola hidup yang konsumtif dan penggunaan uang secara berlebihan yang tidak layak jika dibandingkan dengan asset dan keuangan yang mereka miliki Budaya ataupun pola hidup yang demikian diistilahkan ?Biar Tekor Asal Nyohor" disertai perilaku malas dan iidak kreatif. Kedua, kebijakan pelebaran kawasan Mabes TNI yang membuat lahan perkebunan dan pertanian masyarakat Iokal semakin menghilang dan kebijakan-kebijakan pembangunan yang kurang menyentuh masyarakat yang paling bawah dan tidak berdaya.
Kedua faktor dominan tersebut menyebabkan masyarakat lokal kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan sebagai akibat dari tingkat pendidikan yang mereka miliki, dimana 70,7% berada pada tingkat sekolah dasar. Dalam kondisi demikian, masyarakat lokal tidak mampu bersaing untuk mendapatkan pekerjaan baik pada sektor formal maupun informal dan pada akhirnya menjadi miskin. Kondisi tersebut semakin diperparah dengan krisis multi-dimensi yang melanda Bangsa Indonesia.
Proses pemberdayaan masyarakat yang dilakukan BMS dikategorikan dengan mengacu pada pendapat Adi (2001), yang terdiri dari, tahap persiapan; tahap assessment; tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan; tahap formulasi rencana aksi; tahap pelaksanaan; tahap evaluasi; dan tahap akhir. Hambatan-hambatan yang ditemui selama proses pemberdayaan antara lain, persepsi negatif masyarakat lokal terhadap kehadiran BMS dengan Probangganya; Penentuan terget group; Partisipasi target group; Keterbatasan dana dan tenaga pendamping. Upaya penanggulangan hambatan-hambatan tersebut dinilai sudah cukup optimal dan cukup berhasil yang disertai dengan usaha pengembangan.
Pemberdayaan yang telah berjalan selama setahun (periode 2003-2004) telah memberikan pengaruh para kondisi hidup target group, balk dari segi ekonomi maupun sosial budaya. Perubahan pada bidang ekonomi yang ditandai dengan (1) Meningkatnya pendapatan keluarga dari hasil pengembangan usaha keluarga/akumulasi modal (50% dari peminjam), (2) Pengembalian cukup lancar dan tidak macet, (3) Dapat meringankan beban ekonomi keluarga (4) Manajemen usaha dan Pengaturan Ekonomi Rumah Tangga (PERT), (5) Tumbuhnya jiwa kewirausahaan, perintisan usaha baru dan pengembangan usaha Iama. Sedangkan perubahan pada bidang sosial budaya ditandai dengan: (1) Meningkatnya motivasi, minat dan kesempatan anak untuk melanjutkan sekolah (35 orang anak telah mendapatkan beasiswa), (2) Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan anak dalam bidang bahasa lnggris, (3) Meningkatnya kemampuan membaca anak melalui kegiatan kelompok belajar, (4) Bertambahnya wawasan dan pengetahuan umum dari kalangan orangtua dalam hal pendidikan, manajemen usaha dan Pengaturan Ekonomi Rumah Tangga (PERT), serta jender, (5) Terkikisnya budaya konsumtif, (6) Anak telah mampu menggunakan komputer tingkat dasar, (7) Tumbuhya budaya belajar dikalangan anak, (8) Semakin eratnya hubungan ketetanggaan dan tumbuhnya rasa kebersamaan dalam suasana pluralitas melalui belajar berorganisasi yang mengarahkan untuk melakukan aksi-aksl kolektif (collective action).
Mengacu atas hasil penelitian dan analisisnya, dapat dikelompokkan menjadi dua hal pokok permasalahan dan sekaligus upaya pemecahannya atau solusi yang diberikan untuk segerah dilakukan oleh BMS dalam upaya pengoptimalan pemberdayaan, yakni pertama, upaya peningkatan pendapatan keluarga anggota Probangga melalui Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif dengan berbasis kelompok. Kedua, penambahan tenaga pendamping atau fasilitator lapangan dan optimalisasi volunteer disertai dengan adanya alokasi dana buat mereka."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T21689
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library