Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jasmine Floretta Vasthia Devi
"ABSTRAK
Skripsi ini memiliki fokus teori ekofeminisme yang terdapat pada anime Kaze no
Tani no Nuashika karya Hayao Miyazaki yang diliris pada tahun 1984. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis konsep dualisme yang memisahkan alam dan
manusia begitu pula dengan laki-laki dan perempuan sebagai akar permasalahan
dari subordinasi gender dan degradasi alam beserta pentingnya peningkatan
kualitas dan kesadaran feminin sebagai usaha penyelamatan alam. Pembahasan
dalam skripsi ini menggunakan teori Val Plumwood dalam bukunya yang berjudul
Feminism and the Mastery of Nature (1993). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
konsep dualisme antara alam dan manusia sudah tertanam jauh dalam kerangka
pikir budaya patriarki yang termanifestasikan ke dalam kerangka pikir ayah
Nausicaä, masyarakat Pejite, dan raja Torumekia, dan terdapat kualitas dan
kesadaran feminin yang termanifestasikan dalam tokoh heroine Nausicaä.

ABSTRACT
This study is focused on ecofeminism theory which contained in Hayao
Miyazaki?s anime, Kaze no Tani no Nuashika released in 1984. This study aimed
to analyze the concept of dualism that separates the nature and human as well as
men and women as a root cause of gender subordination and degradation of nature
along with the importance of feminine qualities and consciousness as a way to
save nature. The discussion in this study uses the theory from Val Plumwood in
her book, Feminism and the Mastery of Nature (1993). The results of this study
showed that the dualism between nature and human are already embedded deep in
the frame of a patriarchal culture that manifested into the frameworks of
Nausicaä?s father, Pejite society, and the king of Torumekia, and there are
qualities and feminine consciousness manifested in the character of the heroine,
Nausicaä.;"
2016
S64866
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Floretta Vasthia Devi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akar permasalahan dari stigmatisasi yang dialami ARMY di Indonesia sebagai perempuan penggemar yang mengidolakan grup laki-laki idola, BTS dan bagaimana mereka melakukan perlawanan terhadap stigma yang ada. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang menggunakan kerangka analisis feminisme psikoanalisis, hegemoni maskulinitas, dan feminsime eksistensialis. Studi ini melakukan penelusuran kisah hidup tujuh perempuan penggemar melalui wawancara mendalam dan observasi partisipatif secara daring di media sosial, Twitter. Hasil peneltian menujukkan bahwa stigmatisasi dialami oleh ARMY berasal dari dua akar permasalahan, yaitu adanya anggapan inferioritas perempuan yang lahir dari dominasi laki-laki dan hegemoni maskulintas sebagai konfigurasi praktik gender di Indonesia. ARMY melalui kecintaannya terhadap BTS kemudian mengalami dua bentuk ketidakadilan gender, yaitu sterotipe atau label negatif dan subordinasi atas eksistensinya di dalam masyarakat. Menolak untuk diam dan menerima begitu saja pengalaman ketertindasan mereka sebagai penggemar, ARMY Indonesia berusaha melawan stigma yang dibebankan secara sepihak kepada mereka. Dengan menyadari bahwa perempuan pada hakikatnya adalah manusia yang bebas dan dapat memilih jalan hidupnya sendiri, ARMY kemudian aktif dalam praktik fan labor dan fan activism. Melalui praktik fan labor dan fan activism yang dilakukan atas dasar menghendaki kebebasan dirinya dan orang lain, ARMY sebagai perempuan pun dapat bertransendensi mengoptimalkan Daya Kreatif.

This study aims to find out the root cause of the stigmatization experienced by ARMY in Indonesia as female fans of male idol group, BTS and how they fight against the existing stigma. This research is a qualitative research with a case study approach that uses the analytical framework of psychoanalytic feminism, hegemonic masculinity, and existentialist feminism. This study traces the life stories of seven female fans through in-depth interviews and participatory observations online on social media, Twitter. The results of the study show that the stigmatization experienced by ARMY comes from two root causes, namely the perceived inferiority of women born of male domination and masculine hegemony as a configuration of gender practice in Indonesia. ARMY through their love for BTS then experienced two forms of gender injustice, namely negative stereotypes or labels and the subordination of their existence in society. Refusing to be silent and taking for granted their experience of oppression as fans, Indonesian ARMYs are trying to fight the stigma that is unilaterally imposed on them. Realizing that women are essentially free human beings and can choose their own path in life, ARMY then active in the practice of fan labor and fan activism. Through the practice of fan labor and fan activism which is carried out on the basis of wanting freedom for themselves and others, ARMY as women can transcend themselves and optimize their Creative Power."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library