Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khoirul Umam
"Akrilamida merupakan senyawa kimia berbahaya yang bersifat karsinogenik terhadap manusia. Akrilamida dapat terbentuk dari proses pemanasan suhu tinggi pada makanan yang kaya akan kandungan karbohidrat. Di dalam darah manusia yang terpapar akrilamida ditemukan adanya ikatan kovalen yang terbentuk antara ikatan rangkap pada akrilamida dengan ?-NH2pada N-terminal yang ada pada gugus valin di hemoglobin. Adanya ikatan tersebut menjadi dasar penggunaan hemoglobin sebagai biosensing dalam biosensor elektrokimia senyawa akrilamida. Elektroda boron doped diamond(BDD) dimodifikasi menggunakan hemoglobin untuk memperoleh elektroda dengan sifat selektifitas, sensitifitas, dan reuseable yang baik sebagai sensor akrilamida. Untuk meningkatkan nilai afinitas BDD terhadap hemoglobin, BDD dimodifikasi dengan menggunakan nanopartikel emas yang melalui gugus oksigen atau gugus nitrogen pada permukaan BDD. Perbandingan juga dilakukan jika hemoglobin dimodifikasikan pada permukaan elektroda emas. Dari pengukuran siklik voltametri yang dilakukan diperoleh respon arus optimum pada pH 5 (Larutan buffer asetat 0.1 M). Arus yang diperoleh linear pada range konsentrasi akrilamida 5 sampai 50 µM dengan limit deteksi 5,1436 µM

Acrylamide is reported as a chemical compound that is carcinogenic to human. Acrylamide can be formed from high-temperature heating process on foods that have high carbohydrate content. In human blood, exposingto acrylamide was found to form the bond between the double bond of acrylamide and ?-NH2 group of N-terminal valine of hemoglobin. In this work, we employed this behavior to developan electrochemical biosensor of acrylamide. Boron-doped diamond (BDD) electrode was modified by using hemoglobin to obtain an electrode with the nature of selectivity, sensitivity, and reusable. To increase the affinity of BDD to hemoglobin, proir to use the BDD was modified by gold nanoparticles through oxygen or nitrogen sites of BDD. Comparison was also performed using hemoglobin-modified gold electrodes. Cyclic voltammetry observed optimum responses at pH 5 (0.1 M sodium acetate buffer). The responsesare linear to the acrylamide concentration range of 5-50 µM with estimated detection limits of 5.1436 µM.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S63264
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khoirul Umam
"DNA adalah salah satu pembawa informasi genetik pada makhluk hidup. Sequencing dan clustering barisan DNA telah menjadi pekerjaan utama dan rutin dalam dunia biologi molekuler, khususnya dalam bidang terapan bioinformatika. Secara umum metode clustering dapat dibedakan menjadi dua, yaitu hirarki clustering dan partisi clustering. Penelitian ini menggabungkan dua metode clustering yaitu K-Means partisi clustering pada Level 1 dan DIANA hirarki clustering pada Level 2, oleh karena itu disebut Two-Level Hybrid Clustering. Proses awal dimulai dengan mengumpulkan barisan DNA HPV yang diperoleh dari NCBI National Centre for Biotechnology Information, Ekstraksi Ciri, dan Normalisasi. Kemudian melakukan proses clustering menggunakan algoritma K-Means pada Level 1 dan algoritma DIANA pada Level 2. Untuk menghitung jarak genetik antar barisan DNA HPV digunakan persamaan Euclidian Distance. Dan validitas klaster yang digunakan untuk menentukan banyaknya klaster yang optimum adalah Indeks Davies-Bouldin IDB. Hasil penerapan Two-Level Hybrid Clustering pada 1252 barisan DNA HPV adalah data dikelompokan menjadi 4 klaster dengan nilai IDB yaitu 0.859154564. Semua perhitungan dan proses clustering menggunakan software R.

DNA is one of the carrier of genetic information in living organisms. Sequencing and clustering DNA sequences has become the key and routine activitis in the molecular biology, in particular on bioinformatics applications. There are two type of clustering, hierarchical clustering and partitioning clustering. In this paper, we combine two type clustering proccesses including K Means partitioning clustering on Level 1 and DIANA hierarchical clustering on Level 2, therefore it called Two Level Hybrid clustering. The beginning of process is started with collecting DNA sequences of HPV from NCBI National Centre for Biotechnology Information, Characteristics Extraction, and Normalization. The next step is clustering by implementation K Means algorithm on Level 1 and DIANA algorithm on Level 2. To calculate the genetic distance we use Euclidian Distance. Moreover, in validating cluster results in order to get optimum number of clusters, we use Davies Bouldin Index DBI. The result of implementation of Two Level Hybrid Clustering on 1252 sequences of HPV is the data clustered into 4 clusters with minimal IDB value is 0.859154564. All calculating and clustering process in this paper using software R.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T47109
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Khoirul Umam
"Komitmen politik dari pemimpin politik tertinggi dalam suatu negara merupakan kunci kesuksesan sekaligus kegagalan dari lembaga antikorupsi. Di era pertama kepemimpinan Presiden Joko Widodo, KPK menghadapi roller coaster agenda pemberantasan korupsi. Berbagai ancaman yang menghadirkan ketidakpastian masa depan KPK, telah dilakukan oleh kekuatan eksternal maupun internal KPK. Hal itu berdampak signifikan pada efektivitas mesin antikorupsi KPK. Artikel ini mencoba menjelaskan dan mengevaluasi kualitas dukungan pemerintahan periode pertama Presiden Joko Widodo (2014-2019) terhadap KPK dan bagaimana dampaknya terhadap kelangsungan agenda antikorupsi di Indonesia. Artikel ini menyimpulkan, target pembangunan ekonomi yang mensyaratkan adanya stabilitas sosial-politik, membuat kerja-kerja antikorupsi kurang diperhatikan secara memadai. Akibatnya, KPK digempur oleh serangan balik dari berbagai kelompok kepentingan politikbisnis. Merespon situasi itu, Presiden Joko Widodo memilih bermain aman dan tidak menunjukkan keberpihakan yang jelas kepada KPK. Di periode ini pula, belum tampak kerja sama kolektif yang mengakar dan menjadikan pemberantasan dan pencegahan korupsi sebagai agenda utama yang sistematis dan berkelanjutan."
Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi, 2019
364 INTG 5:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Khoirul Umam
"ABSTRACT
The political commitment of the highest political leader in a country is the key to the success and failure of an anti-corruption institution body. In the first era of President Joko Widodo's leadership, the KPK faced a roller coaster of the agenda of eradication corruption. Various threats that present uncertainty about the future of the KPK has been carried out by external and internal forces of the KPK. This had a significant impact on the effectiveness of the KPK anti-corruption engine. This article tries to explain and evaluate the quality of President Joko Widodo's first-period government support (2014-2019) to the KPK and how it impacts on the continuation of the anti-corruption agenda in Indonesia. This article concludes that economic development targets that require socio-political stability make anti-corruption work is less adequately addressed. As a result, the Corruption Eradication Commission was hit by a counterattack from various political-business interest groups. Responding to the situation, President Joko Widodo chose to play it safe and did not show a precise alignment on the KPK. In this period also, there was no visible cooperation that took root and made the eradication and prevention of corruption as the main agenda that was systematic and sustainable."
Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi, 2019
364 INTG 5:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library