Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kris Nugroho
"ABSTRAK
Penetapan Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi parpol dan Golkar tahun 1985 bertolak dari asumsi bahwa kehidupan politik kepartaian akan berjalan lebih stabil jika semua parpol telah mendasarkan diri pada asas/ideologi politik yang sama. Perbedaan-perbedaan ideologi politik di antara parpol diharapkan tidak lagi akan menjadi penyebab timbulnya konflik-konflik ideologi antar parpol seperti terjadi pada masa lalu. Adanya Pancasila satu-satunya asas juga berarti program-program kampanye parpol berorientasi pada masalah-masalah nyata kemasyarakatkan dan kenegaraan sebagai sumber program mereka dan tidak lagi berorientasi pada ideologi ciri masing-masing parpol, seperti agama, demokrasi dan nasionalisme. Kepentingan politik yang cukup mendasar dari penetapan Pancasila sebagai satu-satunya asas adalah munculnya perubahan sikap dan perilaku politik PPP dan PDI agar tidak lagi menggunakan asas/ciri ideologi politik lain selain Pancasila sebagai preferensi dalam penyusunan program-program politik, ekonomi dan sosial budaya selama kampanye pemilu pasca 1985.
Dengan mendasarkan pada program politik, ekonomi dan sosial budaya yang berkembang selama kampanye pemilu 1982 dan 1987, dalam penelitian ini nampak bahwa pada dasarnya sikap penerimaan Pancasila sebagai satu-satunya asas tidak cukup menghasilkan pengaruhnya terhadap pergeseran dan perbedaan program-program politik, ekonomi dan sosial budaya PPP dan PDI di antara kedua periode kampanye pemilu itu. Artinya, program-program PPP dan PDI pada kampanye 1987 cenderung merupakan pengulangan dari program-program kampanye 1982. Hal ini nampak dari adanya persamaan substansi program-program politik, ekonomi dan sosial budaya yang berkembang selama kampanye 1982 dengan 1987.
Misalnya, baik PPP maupun PDI pada kedua periode kampanye 1982 dan 1987 cenderung mengembangkan program politik, ekonomi dan sosial budaya yang relatif sama. Untuk program politik, tema aktual yang umumnya berkembang di dua kontestan ini sekitar masalah kebebasan politik bagi PNS dan mahasiswa, penghapusan massa mengambang, asas Luber dalam pemilu dan pemulihan hak-hak politik rakyat. Untuk program ekonomi, tema aktual umumnya sekitar pemerataan kesejahteraan ekonomi bagi rakyat kecil (wang cilik menurut bahasa PDI). Sedangkan untuk program sosial budaya, pengulangan dan persamaannya terletak pada masalah pendidikan dengan isu menonjol penghapusan SPP dan kebebasan kampus.
Akhirnya penelitian ini berkesimpulan bahwa pengaruh penerimaan asas Pancasila terhadap pergeseran program-program kampanye pemilu PPP dan PDI kurang menonjol. Justru perubahan atau pergeseran yang cukup menonjol sebagai hasil penerimaan asas Pancasila adalah munculnya sikap dan perilaku juru kampanye PPP dan PDI untuk membatasi diri dan tidak lagi mengemukakan isu-isu politik keagamaaan (PPP) dan marhaenisme (PDI). Akhirnya, terdapat satu hal yang perlu dicatat dari hasil penelitian ini, yakni terjadinya proses perubahan sikap dan perilaku politik juru kampanye kedua kontestan, dari yang semula mereka menonjolkan aspek primordial dan ideologi ciri menjadi bergeser ke arah sikap politik yang lebih pragmatic dalam penyampaian program-program kampanye pemilu. Program PPP dan PDI Selama Kampanye Pemilu Tahun 1982 ?1987 (Studi pergeseran program kampanye)."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Kris Nugroho
"Sebagai sebuah klub motor, Freevets MC Chapter Jakarta memiliki idenititas yang ditunjukan sebagai sebuah klub motor baik yang terlihat maupun ditunjukan dengan perilaku dalam interaksi yang mereka lalukan. Tulisan ini berfokus pada proses pembentukan identitas Freevets MC Chapter Jakarta serta batasan yang mereka tunjukan untuk membedakan dirinya dengan klub atau komunitas motor lain. Dalam konteks idenititas penulis gunakan untuk menjelaskan idenktitas yang dibentuk dan batasan yang ditunjukan oleh anggota Freevets MC Chapter Jakarta yang didasari beberapa interaksi yang dilakukan oleh anggotanya. Pembentukan identitas yang terjadi meruapakan proses yang dilakukan oleh anggota Freevets MC Chapter Jakarta baik dengan Freevets MC Indonesia maupun dengan klub atau komunitas motor lain. Identitas yang dibrntuk tentu tidak terlepas dari baatsan-batasan yang mereka tunjukan sebagai sebuah klub motor. Dengan mewawancarai anggota Freevets MC Chapter Jakarta, penelitian ini mencari tahu bagaimana mereka membentuk identitas dan batasan kelompok etnik, serta hubungan antara nilai dengan identitas seperti yang dijelaskan Barth (1988) berdasarkan nilai yang mereka percaya dan terapkan dalam Interaksi yang mereka lakukan.

As a motorcycle club, Freevets MC Chapter Jakarta has an identity that is shown as a motorcycle club, both visible and indicated by the behavior in the interactions they carry out. This paper focuses on the process of forming the identity of Freevets MC Chapter Jakarta and the boundaries they show to differentiate themselves from other motorcycle clubs or communities. In the context of the author's identity, it is used to explain the identity formed and determined by members of the Jakarta Chapter of Freevets MC which is based on several interactions made by its members. The identity that occurs is a process carried out by Freevets MC Chapter Jakarta members, both with Freevets MC Indonesia and with other motorcycle clubs or communities. The identity that is formed certainly cannot be separated from the boundaries that they show as a motorcycle club. By interviewing members of the Jakarta Chapter of Freevets MC, this study seeks to find out how they form ethnic group identities and boundaries, as well as the relationship between values ​​as described by Barth (1988) based on the values ​​they believe in and in the interactions they do."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library