Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lalisang, Arnetta Naomi Louise
"Kelompok umur yang rentan terhadap kekurangan gizi adalah kelompok bayi dan balita. Karena status gizi yang baik sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan saat bayi dan balita, maka sangat penting untuk mengetahui status gizi dimulai sejak bayi. Status gizi menunjukkan seberapa besar kebutuhan fisiologis individu tersebut telah terpenuhi. Status gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran status gizi bayi usia 1,5-8 bulan di Jakarta Pusat dan hubungannya dengan jenis kelamin bayi, pendidikan terakhir ibu, pekerjaan ibu, penghasilan ibu, usia ibu saat melahirkan, morbiditas diare dan Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA), dan pemberian Air Susu Ibu (ASI). Juga diketahuinya sebaran ibu bayi.
Penelitian menggunakan studi crosssectional dan dilakukan pada 92 responden yang memiliki bayi usia 1,5 hingga 8 bulan di Jakarta Pusat. Data didapatkan berupa status gizi bayi, jenis kelamin bayi, usia ibu saat melahirkan, tingkat pendidikan ibu, penghasilan ibu, morbiditas diare dan ISPA, dan pemberian ASI yang akan diteliti hubungannya dengan status gizi bayi yang diuji dengan uji Chi-Square (p<0,05).
Dari hasil penelitian didapatkan status gizi non-wasted sebesar 94,6%, sedang sebesar 5,4%. Persentase hasil yang didapatkan masing-masing ialah jenis kelamin bayi laki-laki 46,7%, dan perempuan 53,3%, pemberian ASI eksklusif sebesar 33,7%, ibu bekerja 18,5%, diare dan ISPA bayi dalam kurun waktu 2 minggu terakhir masing-masing 10,9% dan 70,7% tingkat pendidikan ibu rendah 33,7%, sedang 50,0%, dan tinggi 16,3%, tingkat penghasilan keluarga sedang 27,2% dan tinggi 72.8. Semua variabel tersebut tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan status gizi bayi.

Age Group that is most vulnerable to malnutrition condition is infant and chidlren under five years. A Good nutritional status is necessary for growth and development in infant and children under five years, so it is important to know the nutritional status since early childhood. Nutritional status of someone shows how big the individual physiological needs have been met. Nutritional status is influenced by various factors.
This study is intended for the purpose of knowing the nutritional status of infants aged 1.5 to 8 months in Central Jakarta and the relationship with the infant's sex, maternal last education, working mother, family income, maternal age at birth, morbidity of diarrhea and Upper Respiratory Tract infection (URTI), and breast milk.
This research is conducted using crosssectional study with 92 respondents who have a baby aged 1.5 to 8 months in Central Jakarta. Data obtained includes the nutritional status of the baby, the infant's sex, maternal?s education, working mother, maternal age at birth, maternal education level, family income, morbidity of diarrhea and Upper Respiratory Tract infection (URTI), and breast milk will be related to the nutritional status of infants tested with the Chi-Square test (p <0.05).
Results obtained from research are non-wasted nutritiona status of 94.6% and high of 5.4%. The percentage of each result accomplished by baby?s sex: boy is 46.7% and girl is 53.3%, the provision of exclusive breastfeeding is 33.7%, 18.5% from working mother, diarrhea and URTI in infants during the last two weeks respectively is 10.9% and70.7%, lower maternal education level is 33.7%, moderate 50.0%, 16.3% and higher, moderate level of family income is 27.2% and 72.8 high. All these variables have no meaningful relationship with the nutritional status of infants."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S09041fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lalisang, Arnetta Naomi Louise
"Latar Belakang: Pankreatikoduodenektomi (PD) merupakan prosedur pilihan pada keganasan periampula yang dapat direseksi. Namun, angka kematian pasca operasi untuk PD relatif tinggi. Prediksi kematian dengan sistem penilaian membantu memilih pasien yang memenuhi syarat operasi untuk meminimalkan risiko kematian. Studi ini membandingkan empat sistem penilaian kematian pasca prosedur PD, termasuk skor prognostik Naples (SPN), WHipple-ABACUS (WA), skor Pitt yang dimodifikasi (MSP), dan skor Pitt pada populasi Indonesia.
Metode: Kami mengidentifikasi pasien yang menjalani PD karena keganasan periampula di Rumah Sakit Umum Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo antara Januari 2010 dan Januari 2022. Kami menilai akurasi, cut-off, sensitivitas, spesifisitas, negative predictive value, positive predictive value, dan area di bawah kurva (AUC). Nilai AUC dari masing-masing sistem penilaian dibandingkan dengan menggunakan uji De-Long. Kami juga menganalisis prediktor kematian.
Hasil: Dari 116 pasien yang memenuhi kriteria, angka kematian 29,3%. Rerata usia tahun 51,63 ± 10,22 terdiri dari 75,9% kelompok <60 tahun dan 24,1% 60 tahun, dengan 46,6% laki-laki dan 53,4% perempuan. AUC dari yang tertinggi hingga terendah adalah Pitt Score 0,662 (p 0,006), MPS 0,631 (p 0,027), WA 0,539 (p 0,505), dan SPN 0,495 (p 0,932) dengan tingkat akurasi masing-masing skor adalah skor Pitt 63,79%, MSP 65,52%, WA 50,00%, dan SPN 57,76%.
Kesimpulan: Skor Pitt dan MSP memiliki akurasi tertinggi dari semua sistem penilaian dalam penelitian ini. MSP memiliki keuntungan yaitu komponen yang lebih sedikit, sehingga mudah untuk diimplementasikan. MSP dapat menggantikan peran Skor Pitt dalam memprediksi mortalitas pasca-prosedur pankreatikoduodenektomi di Indonesia.

Background: Pancreaticoduodenectomy (PD) is the procedure of choice in resectable periampullary malignancies. However, the postoperative mortality rate for PD is relatively high. Prediction of mortality with a scoring system helps select patients eligible for surgery to minimize mortality risk. The study compared four post-procedural mortality scoring systems for PD, including Naples prognostic score (NPS), WHipple-ABACUS (WA), modified Pitt score (MPS), and Pitt score in Indonesian population.
Methods: We identified patients who underwent PD due to periampullary malignancy at Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital between January 2010 and January 2022. We assessed accuracy, cut-off, sensitivity, specificity, negative predictive value, positive predictive value, and area under the curve (AUC). The AUC values of each scoring system were compared using De-Long test. We also analyzed predictors of mortality.
Results: Of the 116 patients who met the criteria, the mortality rate was 29.3%. Mean age years 51.63 ± 10.22 consist of 75.9% group <60 years and 24.1% ≥60 years, with 46.6% male and 53.4% female. The AUC from highest to lowest were Pitt Score 0.662 (p 0.006), MPS 0.631 (p 0.027), WA 0.539 (p 0.505), and NPS 0.495 (p 0.932) with the level of accuracy of each score were Pitt Score 63.79%, MPS 65.52%, WA 50.00%, and NPS 57.76%.
Conclusions: The Pitt and MPS scores have the highest accuracy of all the scoring systems in this study. MPS has the advantage of having fewer components, making it easy to implement. MPS can replace the role of the Pitt Score in predicting post-procedure PD mortality in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library