Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Tatang Puspanjono
Abstrak :
Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan utama di Asia dan Pasifik khususnya Indonesia. Angka kematian sindom syok dengue (SSD) di rumah saldt masih tinggL Data di Departemen Jimu Kesehatan Anak FKUI/RSCM antara 1 Januari 2003 sampai dengan 30 Juni 2004 didapatkan jumlah kasus DBD yang dirawat sebanyak 263 pasien. Jumlah kasus SSD pada periode tersebut sebesar 31,7% DBD derajat III, diikuti DBD derajat 11 sebesar 30,7% dan DBD ensefalopati pada DBD derajat IV sebesar 1%. Salah satu gangguan keseimbangan asam basa adalah asidosis laktat, suatu bentuk asidosis metabolik. Kondisi ini terjadi akibat akumulasi laktat yang disebabkan oleh hipoksia atau iskernia jaringan. Asidosis laktat erat hubungannya dengan akumulasi laktat di dalam cairan ekstraseluler, alcibat ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan pemakaian oksigen untuk kebutuhan metabolik. Kadar laktat darah telah banyak dipelajari dan digunakan sebagai petanda biokimia adanya hipoksia jaringan pada keadaan sakit gawat. Asidosis laktat dibuktikan sebagai faktor penyebab umum dan tersering dari berbagai keadaan sakit gawat. Hipoperfusi/ hipoksia jaringan menjadi dasar patogenesis dari berbagai kasus asidosis laktat. Pengukuran laktat serial dapat memprediksi kemungkinan timbulnya syok septik dan gagal organ multipel Iebih baik dibandingkan pengukuran variabel-variabel transpor oksigen. Beratnya asidosis laktat dapat dilihat dari nilai pH darah, senjang anion, dan kadar laktat darah dengan metode kuantitatif. Pemantauan kadar laktat darah dapat membedakan pasienpasien yang akan tetap hidup dan pasien yang akan meninggal. Kadar laktat darah juga merupakan indikator yang lebih sensitif untuk daya tahan hidup dibandingkan dengan nilai rush jantung, hantaran oksigen, tumor necrosis factor a (TNF a), dan interleukin-6 (IL-6). Kadar laktat darah dapat digunakan untuk evaluasi penilaian terhadap terapi syok. Pada syok septik penurunan kadar laktat darah saat terapi menandakan prognosis yang baik. Pemantauan kadar laktat darah langsung di sisi pasien penting untuk evaluasi terapi. Penelitian kadar laktat darah serial pada penderita demam berdarah dengue sangat jarang dilaporkan. Setiati dkk dalam penelitiannya melaporkan pemeriksaan kadar laktat darah sebagai prediktor mortalitas DBD berat yang dirawat di pediatric intensive care unit (PICLI) maupun di intermediate emergency care unit. Parameter yang diperiksa meliputi kadar laktat darah, analisis gas darah, elektrolit, hemoglobin, hematokrit dan trombosit yang diperiksa saat masuk, saat perburukan dan saat pasien keluar dari unit perawatan. Didapatkan peningkatan kadar laktat darah pada penderita dengan serologi dengue blot yang positif. Pada keadaan hipoksia terjadi metabolisme anaerob diikuti peningkatan senjang anion. Didapatkan korelasi kuat antara kadar laktat darah dengan saturasi 02 (r = -0,77) dan senjang anion (r = 0,79). Rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Apakah terdapat perbedaan kadar laktat darah serial pada penderita DBD tanpa syok dan SSD? 2. Apakah terdapat hubungan kadar laktat darah dengan variabel faktor terjadinya syok pada DBD (kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit, Pa02, saturasi 02, dan senjang anion darah) ? 3. Berapa kadar laktat darah pada penderita DBD anak yang dapat digunakan sebagai petanda memburuknya perjalanan penyakit/syok pada DBD?
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18024
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Tatang Puspanjono
Abstrak :
ABSTRAK
Pada operasi koreksi penyakit jantung bawaan PJB dengan teknik pintas jantung paru PJP , proses sindrom respons inflamasi sistemik SRIS sering menjadi penyulit pascaoperasi. Disfungsi mitokondria pada SRIS diawali dengan pelepasan mediator inflamasi TNF-. Dampak cedera neurologis pascabedah belum dapat dihindari. Biomarker Brain derived protein S100B dapat digunakan sebagai penanda hipoksia serebral akibat disfungsi mikrosirkulasi dan mitokondria pada operasi PJB. Pemantauan keadaan hipoksia serebral diperlukan karena kejadian awal defisit neurologis sering tidak menimbulkan manifestasi klinis. Near infrared spectroscopy NIRS merupakan salah satu alat yang dapat memantau penghantaran oksigen ke otak dengan mengukur saturasi oksigen serebral SctO 2 . Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi peran S100B, sTNFR-1, laktat, saturasi vena cava superior dan saturasi oksigen serebral sebagai prediktor kejadian defisit neurologis pada operasi koreksi PJB. Penelitian ini bersifat kohort propsektif. Kriteria inklusi adalah pasien anak dengan PJB usia 1 bulan minus;6 tahun yang menjalani operasi koreksi. Kriteria eksklusi adalah pasien anak dengan sindrom Down, dengan arteri koroner tunggal, dan yang orang tuanya menolak berpartisipasi dalam penelitian. Dalam analisis, subjek dibagi menjadi 2 kelompok yakni kelompok 1 mengalami defisit neurologis dan kelompok 2 tidak mengalami defisit neurologis . Semua subjek dipantau selama perawatan di ICU, dan tetap diikuti sampai keluar rumah sakit. Pemeriksaan darah dilakukan dalam tiga kali pemantauan: pra-operasi, akhir PJP, dan 4 jam pasca-PJP. Monitoring NIRS dilakukan selama 24 jam pascabedah di ICU. Selama periode Maret 2015 minus;Oktober 2015, didapatkan 51 pasien yang diteliti. Terdapat perbedaan proporsi yang bermakna antara konsentrasi S100B, sTNFR-1, laktat, dan NIRS AUC 20 baseline saturasi serebral pasien PJB pascabedah koreksi dengan PJP pada kelompok berdasarkan defisit neurologis. Parameter tersebut dapat dipakai sebagai model prediktor kejadian defisit neurologis pascabedah jantung dengan PJP. Nilai S100B, sTNFR-1, laktat, dan nilai NIRS AUC 20 dari baseline saturasi serebral dapat digunakan sebagai prediktor kejadian defisit neurologis pascabedah pada operasi PJB dengan mesin PJP.
In congenital heart disease CHD surgery using cardiopulmonary bypass CPB machine, systemic inflammation response syndrome SIRS process often causes post-operation complication. Mitochondria dysfunction in SRIS starts with the release of inflammation mediator TNF-? and sTNFR-1. Neurological injury after pediatric congenital heart surgery still cannot be avoided. Study about brain derived protein S100B as a biomarker for cerebral hypoxia caused by microcirculation and mitochondria disfunction as SRIS consequence in PJP in pediatric CHD surgery has yet to be conducted. Observation to find cerebral hypoxia is needed because the early stages of cerebral hypoxia often not show any symptoms. NIRS is one of the tools for observing oxygen delivery to the brain by measuring the cerebral oxygen saturation SctO 2 . In Indonesia, NIRS is still not common to be used and there are no studies about it yet. This study aimed to evaluate the role of S100B, sTNFR-1, lactate, saturation of superior vena cava and cerebral saturation as the predictor of neurological deficiency incidence on correction of CHD. This was a prospective cohort research. Inclusion criteria were children with CHD aged 1 month minus;6 years old who underwent corrective operation. Exclusion criterias were children with Down syndrome, with single coronary artery, and whose parents declined to participate in this study. In analysis, subjects were divided into 2 groups; group 1 with neurological deficit and group 2 without neurological deficit. All subjects were observed closely while they were in ICU, observed until they discharge from hospital. Blood examination were done 3 times: before surgery, after CPB, and 4 hours after CPB. Monitoring of NIRS was done during 24 hours after surgery in ICU. During March minus;October 2015, there were 51 patients included. There are significant difference for value of S100B, STNFR-1, lactate, and NIRS AUC 20 baseline of cerebral saturation between groups based on neurological deficit occurrence. Those parameters could be used as predictor of neurologic deficiency incidence post operation using CPB in CHD children. In CHD patients who underwent corrective operation with CPB, S100B value, sTNFR1, lactate, and AUC 20 baseline of cerebral saturation could be used as predictor of neurologic deficit after corrective operation.
2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library