Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Martinus
Jakarta : Restu Agung, 2005
004.6 MAR m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Martinus
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter dinamik struktur yaitu: frekuensi alami dan mode getar . Parameter dinamik struktur didapatkan secara teoritis dan percobaan. Objek struktur yang digunakan adalah struktur fly over jalan rel, di dekat Stasiun Cikini, yang merupakan struktur box girder beton dengan bentang 24,98 m. Box girder dimodelkan sebagai elemen solid, shell dan frame pada program SAP 2000 untuk mendapatkan parameter dinamik secara teoritis. Untuk percobaan dipasang accelerometer pada struktur, eksitasi yang digunakan adalah getaran dari kereta yang lewat, namun data yang digunakan adalah data ketika kereta sudah melewati struktur, yaitu ketika struktur dalam kondisi free vibration.
Dari permodelan didapatkan frekuesni alami struktur box girder mode 1 sebesar 4,48-4,61 Hz, mode 2 sebesar 8,5-10,15 Hz dan mode 3 sebesar 14,71-17,85 Hz, dari percobaan didapatkan frekuesnsi alami struktur box girder sebesar mode 1 sebesar 5,85 Hz, mode 2 sebesar 10,74 Hz, mode 3 sebesar 18.066-19.53 Hz, dan mode getar yang didapatkan dari percobaan identik dengan mode getar dari permodelan. Nilai rasio redaman rata-rata yang didapat adalah 11,776 %.

The purpose of this study was to obtain dynamic parameters of structure such as natural frequency and mode shape . Dynamic parameters of structure obtained by doing theoretical and experimental analysis. The object used is railway fly over structure near Cikini Station which is a concrete box girder structure with a 24,98 m long. Box girder structure was modeled as solid, shell , and frame elements using SAP 2000 program to obtain dynamic parameters theoretically. the experiments conducted by placing the accelerometer sensor on the structure, excitation used is vibration from passing trains, But the data used are the data when the train was passing through the structure, i.e. when the structure is in free vibration conditions.
From structures modeling, showed natural frequency of the structure mode 1 was 4,48-4,61 Hz, mode 2 is 8,5-10,15 Hz and mode 3 is 14,71-17,85 Hz. From experiments showed natural frequency of the structure mode 1 was 5,85 Hz Hz, mode 2 is 10,74 Hz and mode 3 is 18.066-19.53 Hz. Mode shapes obtained from experiments was identical to the mode shapes from modeling result . Average value of damping ratio from experimental was 11,776%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52922
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martinus
"Penderita katarak di Indonesia semakin meningkat. Diperlukan pengobatan dalam sediaan obat. Kembang telang memiliki kemampuan antikatarak. Dilakukan ekstraksi air panas antosianin pada kembang telang dengan kadar antosianin yang terekstraksi maksimum pada suhu pelarut 80oC. Katarak dimodelkan dengan rasio perbandingan senyawa Na dan Ca sebesar 16. Dilakukan perendaman model dalam ekstrak kembang telang dengan waktu perendaman 1 hingga 3 menit dan frekuensi perendalam satu hingga tiga kali. Senyawa yang meluruh dianalisis menggunakan AAS.
Hasil perendaman menunjukan ekstrak kembang telang meluruhkan Na sebesar 19 -26% dan Ca sebesar 0,08-0,18% untuk waktu perendaman 1 hingga 3 menit. Untuk frekuensi perendaman satu hingga tiga kali, ion Na yang luruh sebesar 22-77% dan Ion Ca sebesar 0,08-0,36%. Rasio mol Ion Na dengan Ca yang meluruh berkisar antara 2300-4580.

The number of cataract patients in Indonesia keeps increasing. Thus, Indonesia needs to provide more medicines for the treatment. Butterfly pea flower (Clitoria ternatea L.) have been proven to have an anti-cataract ability. The buterfly pea petals is extracted with hot water in a maximum 80C of solvent temperature of antosianin concentration. Cataract The cataract is varied with the comparison ratio of Na and Ca is 16. The model is soaked with butterfly pea petals extract within one to three minutes for one to three times. The decayed substances are analysed with AAS.
The result shows the petals extract decayes Na 19-26% and Ca 0,08-0,18% in one to three minutes. For the first to third soaking, the decayed Na is 22-27% and Ca is 0,08-0,36%. Mol ratio of the decayed Na and Ca is ranged between 2300 to 4580.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54744
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martinus
"Penderita karatak di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Usia penderita katarak juga semakin muda. Penyembuhan dengan operasi mahal dan beresiko gagal. Oleh karena itu, dibutuhkan pengobatan dengan sediaan obat yang mudah dibuat dan aman digunakan. Bunga telang (Clitoria ternatea L.) mengandung antosianin yang memiliki kemampuan untuk meluruhkan katarak. Ekstraksi air panas terhadap 2 tangkai bunga telang pada 20 ml aquades menghasilkan kadar antosianin maksimum pada suhu pelarut 80oC yaitu 2,5 mg/l.
Katarak diuji pada hewan coba tikus (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley jantan berumur 10 hari hasil induksi natrium selenit (Na2Se2O3) 20 μmol/kg BB tikus. Pengujian kemampuan peluruhan katarak dilakukan dengan cara meneteskan ekstrak bunga telang pada mata tikus. Penetesan dilakukan dengan dosis 2, 3, dan 4 tangkai bunga telang dan frekuensi penetesan 1x,2x dan 3x sehari. Sifat keaktifan peluruhan katarak diuji dengan melihat penurunan tingkat kekeruhan lensa mata tikus dari tingkat 5 hingga 1.
Hasil penetesan menunjukkan semakin besar dosis antosianin dan semakin sering dilakukan penetesan memberikan peluruhan katarak yang semakin besar. Penetesan ekstrak bunga telang dengan dosis 2 tangkai dan frekuensi penetesan 3x sehari menghasilkan tingkat kekeruhan terendah yaitu tingkat 1. Dosis 4 tangkai dan frekuensi penetesan 1x sehari menghasilkan tingkat kekeruhan tertinggi yaitu tingkat 4. Kemampuan peluruhan ekstrak bunga telang berkisar antara 20% pada dosis 4 tangkai dan 1x penetesan hingga 80% pada dosis 2 tangkai dan 3x penetesan.

The number of cataract patients in Indonesia keeps increasing every year. It has also affected younger people. Healing with operation is getting more expensive and has higher risk. Hence, it needs more alternative medicine which can be easily made and found. Butterfly pea (Clitoria ternatea L.) contains anthocyanin which is able to decay the cataract. The Extract of the butterfly pea with 80oC water, which resulting the level of the extracted anthocyanin is 2.5 mg/l. The cataract, induced from sodium selenite (Na2Se2O3) 20 μmol/kg is tested on male ten-days-old laboratory rats, Rattus norvegicus.
The experiment of cataract decaying is done by shedding the pea?s extract on the rats? eyes. The shedding is practiced with 2, 3, and 4 stalks of butterfly peas, and the frequency is once, twice and third times a day. The characteristics of the cataract decaying are experimented by observing the turbidity level reduction of the rats eyes, with five to one scales.
The shedding shows the higher dose of anthocynin and more often the frequency, the bigger cataract will be decayed. The extract shedding of two stalks of butterfly peas and the third times a day frequency produces the lowest turbidity level which is one. The extract of four stalks of butterfly peas and once a day frequency ends with the highest turbidity level which is four. The decay ability of the extract butterfly pea is around 20% at dose 4 stalks and once frequency and 80% at dose 2 stalks and third times frequency of shedding.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44486
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Martinus
"Kurang Energi Protein (KEP) yang merupakan gambaran status gizi masih menjadi salah satu masalah gizi utama di Indonesia terutama di daerah pedesaan. Dampak buruk KEP pada balita adalah terhambatnya perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan, yang selanjutnya akan mempengaruhi kemampuan berpikir, penampilan dan prestasi kerja, sehingga mengakibatkan rendahnya daya produksi dan kegiatan ekonomi, menurunnya daya tahan tubuh, yang dapat menurunkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia.
Penanggulangan KEP secara nasional diprioritaskan pada daerah tertinggal/miskin, sementara informasi keadaan gizi di desa tertinggal dan tidak tertinggal belum memadai, khususnya di propinsi Kalimantan Barat. Maka keadaan gizi pada desa tertinggal dan tidak tertinggal serta faktor-faktor yang berhubungan menarik untuk diteliti.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui status gizi dan konsumsi energi serta protein balita usia 6-59 bulan di desa tertinggal dan tidak tertinggal pada daerah pesisir dan pegunungan serta hubungan status gizi dengan lingkungan perumahan, pendapatan per kapita, pengetahuan gizi, pendidikan orang tua, jumlah anggota rumahtangga, dan pekerjaan orang tua.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang mencakup dua kecamatan yang masing-masing terdiri dan satu desa tertinggal dan satu desa tidak tertinggal dari kabupaten Pontianak, propinsi Kalimantan Barat yang dikumpulkan oleh Tim Praktek Kerja Lapangan Sekolah Pembantu Ahli Gizi tahun 1995. Desain penelitian ini adalah potong lintang dengan sampel seluruh rumahtangga yang mempunyai anak balita usia 6-59 bulan. Jumlah sampel yang dianalisis dalam penelitian ini sebanyak 360 rumahtangga. Analisis dilakukan secara univariat, bivariat, dan multivariat dengan bantuan program EPI INFO versi 6.0 dan SPSS for Windows release 6.0.
Dari hasil analisis ditemukan bahwa prevalensi KEP menurut indeks BB/U di kecamatan Mempawah Hilir tidak terlihat adanya perbedaan yang bermakna antara desa tertinggal dengan desa tidak tertinggal, sementara di kecamatan Toho prevalensi KEP menurut BB/U lebih tinggi di desa tertinggal dibandingkan desa tidak tertinggal.
Menurut indeks TB/U prevalensi KEP lebih baik di desa tidak tertinggal dibandingkan di desa tertinggal pada kedua kecamatan.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian KEP menurut indeks BB/U di kecamatan Mempawah Hilir baik untuk desa Sejegi (tertinggal) maupun desa Tanjung (tidak tertinggal) adalah pendapatan perkapita dan pengetahuan gizi, sementara di kecamatan Toho faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian KEP di desa Sekabuk (tertinggal) adalah pendapatan perkapita, sedangkan di desa Pentek (tidak tertinggal) adalah pendapatan per kapita dan pengetahuan gizi. Menurut indeks TB/U, faktor yang berhubungan dengan kejadian KEP di semua desa penelitian adalah pendapatan per kapita.
Meskipun terlihat ada perbedaan status gizi, terutama menurut indeks TBN antara desa tertinggal dengan desa tidak tertinggal pada kedua kecamatan, tetapi karena prevalensi KEP masih cukup tinggi di kedua kategori desa tersebut sehingga disarankan agar program penanggulangan KEP tidak perlu difokuskan ke desa tertinggal saja, tetapi strategi penanggulangannya yang perlu dibedakan dengan melihat faktor-faktor yang berkaitan di masing-masing desa.

Factors Relating To The Under Fives Nutritional Status In Four IDT and Non IDT Villages in Pontianak District, West Kalimantan Province in 1995Protein Energy Malnutrition (PEM) which represent the nutritional status has remained as one of the main nutrition problems in Indonesia, especially in rural areas. The bad outcome of PEM under fives years is the hindrance of their growth and intelligence development which will further influence the ability of their thinking, performance and work achievement capacity creating low productivity in the economic terms, the decrease in physical endurance which then impact the quality of the Indonesian human resources.
The priority to overcome the PEM nationally is emphasized in the severe areas, while the information on the nutritional status in IDT ("under developed areas") and NON IDT ("developed areas") has been inadequate yet, in West Kalimantan in particular. Therefore, the nutritional status in IDT and NON IDT villages including its related factors is interesting to be observed.
The purpose of this research is to know the nutritional status, energy and protein consumption of the under fives from 6 to 59 months in IDT and NON IDT villages in the coastal and mountains areas and relation of nutritional status with housing environment, household income, knowledge on nutrition, parent's education level, the family size, and parent's job.
This research used secondary data covering two subdistricts which consist respectively of two IDT and two NON IDT villages in Pontianak District, West Kalimantan Province gathered by a team of students of the Assistant Nutritionist School during their field work practice in 1995. This cross-sectional study used samples of all families having under five years old children of 6 to 59 months. The number of analyzed samples in the research was 360 families. The analysis was done in univariate, bivariate, and multivariate with the help of EPI INFO program of 6.0 version and SPSS for Windows release 6.0.
It was found from the analysis that the prevalence of PEM according to Weight/Age index in Mempawah Hilir District has no significant differences between the IDT and NON IDT villages, while in Toho District the prevalence of PEM according to Weight/Age index in the IDT is higher than that in the NON IDT villages.
Based on Height/Age index, the prevalence of PEM in the NON IDT is better than that in the IDT villages in both districts. The factors relating to the PEM based on Weight/Age index in Mempawah Hilir District, either in Sejegi village (IDT) or Tanjung (NON IDT) are per capita income and knowledge on nutrition, while in Toho District, the factor relating to the PEM in Sekabuk village (IDT) is per capita income, while in Pentek village (NON IDT) are per capita income and knowledge on nutrition.
Based on Height/Age index, the factor relating to the PEM in all villages is per capita income. Although there have been differences in the PENT, especially based on Height/Age index between IDT and NON IDT villages in the two districts, it is suggested that since the prevalence of PEM is still relatively high in the two village categories, the program to overcome PEM is not necessarily focused only in the IDT villages, but the strategy of overcoming the PEM must be distinguished through paying attention to the related factors in the respective villages.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T2109
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surbakti, Martinus
"Untuk meningkatkan pendapatan negara dari sektor pajak, maka pemerintah perlu memperbaiki administrasi perpajakan nasional. Salah satu caranya adalah dengan membentuk KPP Large Taxpayer Officer (LTO) yang bertugas untuk mengelola pengadministrasian pelayanan pajak wajib pajak besar. Untuk melaksanakan tugas tersebut, maka diperlukan perencanaan strategis pelaksanaan tugas pokok KPP LTO.
Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan strategi KPP LTO dalam menjalankan tugasnya. Secara detail tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui faktor eksternal & internal pelaksanaan tugas KPP LTO yg memberlkan kekuatan & kelemahan serta peluang & ancaman; (2) mengetahui isu strategis apa saja yang dapat dirumuskan; (3) rekomendasi perencanaan strategis bagi KPP LTO. Untuk menjawab permasalahan penelitian tersebut, Digunakan tinjauan teoritis, perencanaan strategis dan ilmu perpajakan yang berisikan SWOT Matrix.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dengan unit analisis KPP LTO. Sedangkan metode pengumpulan data yaitu: (1) pengumpulan data primer, melalui wawancara dengan para responden, (2) melalui pengumpulan data sekunder, malalui literature dan laporan-laporan.
Metode pengambilan sampel digunakan metode expert survey dengan sampel yang ditentukan secara sengaja. Untuk menemukan kelemahan dan kekuatan KPP LTO digunakan analisis SWOT.
Penelitian ini menghasilkan perencanaan strategis sebagai berikut : (1) peningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap administrasi perpajakan melalui peningkatkan citra Direktorat Ienderal Pajak dan pengembangan administrasi LTO; (2) peningkatkan produktivitas aparat perpajakan ; perbaikan struktur organisasi, perbaikan dalam kemampuan pengawasan Serta perbaikan dalam manajemen SDM ; (3) peningkatan kepatuhan wajib pajak ; (4) penciptaan budaya kerja yang sesuai tujuan organisasi, yaitu budaya kerja yang mendukung KPP LTO mencapai tujuan, yaitu integritas dan disiplin, transparansi, akuntabilitas, meritokrasi.

ln order to increase state revenue from tax sector, hence Indonesian government required improving national taxation administration. One of them is formulated of KPP, Large Taxpayer Officer (KPP LTO), which is worked to manage administration tax service for large taxpayer. To execution of that duty, which is needed strategic planning of execution fundamental duty of KPP LTO. This Research aimed to formulate strategy planning of KPP LTO in running its duty. In detail this research is aimed: (1). Knowing external and internal factors of execution duty of KPP LTO which giving weakness and strength and also threats and opportunities; (2). Knowing any kind strategic issues that can be formulated; (3) strategic planning recommendation for KPP LTO.
To answer research problems, used of theoretical evaluation, strategic planning and taxation science, which comprises SWOT matrix. This research use descriptive method, with analyze unit KPP LTO. While data collecting method that is: (1) primary data collecting, through interview with all responders, (2) through data secondary collecting, with reports and literature. Method intake of sample used by expert survey method with determined sample intentionally. To find weakness and strength of KPP LTO is used SWOT analysis.
This research is produced strategic planning as follows: (1) improvement trust of society to taxation administration through the make-up of Directorate General Taxation image and LTO administration development; (2) improvement of taxations government officer productivity;(3) improvement of compliance of taxpayer; (4) creation of appropriate working culture as organizational vision, which that its supporting KPP LTO target, that are discipline and integrity, transparency, accountability, meritocracy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22348
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Martinus
"Tuberkulosis merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan menjadi sangat berbahaya karena kemampuan penularannya dan mortalitas yang cukup tinggi. Diperlukan metode standar dengan sensitivitas yang tinggi untuk mendeteksi dan pengobatan dini sehingga rantai transmisi dapat dihentikan. Salah satu OAT lini pertama yang menjadi dasar pengobatan tuberkulosis adalah streptomisin. Resistensi terhadap streptomisin menjadi salah satu kendala pemberantasan TB di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan sensitivitas antara pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA) dan kultur dalam mendiagnosis TB serta pola sensitivitas M. tuberculosis terhadap streptomisin. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data sekunder di Departemen Mikrobiologi FKUI pada periode September 2005 hingga Desember 2007, sejumlah 676 sampel. Sampel tersebut merupakan sampel dengan hasil kultur positif dan telah dilakukan uji sensitivitas sesuai dengan panduan WHO/IUATLD. Dari hasil analisis, didapatkan bahwa angka resistensi Mycobacterium tuberculosis terhadap streptomisin adalah sebesar 22.9%, pemeriksaan kultur lebih sensitif bila dibandingkan dengan pemeriksaan BTA dalam mendiagnosis penyakit TB, dan pola sensitivitas terhadap streptomisin menunjukkan penurunan angka resistensi setiap tahun dari tahun 2005 hingga 2007.
Tuberculosis is a respiratory disease caused by Mycobacterium tuberculosis and becomes very dangerous because it?s high potency of contagion and high mortality rate. Standard method with high sensitivity was needed to early detect and treatment for stopping the transmission. One of the first line drugs that has been basically used to treat tuberculosis is streptomycin. Resistance against this drug has been the obstacle in stopping tuberculosis in Indonesia. This research was aimed to determine the sensitivity of acid fast bacilli method compared to culture in tuberculosis diagnosis and the resistance pattern of Mycobacterium tuberculosis against streptomycin. This research was done by collecting and analyzing 676 secondary samples from Microbiology Department Medical Faculty University of Indonesia in September 2005 until December 2007. These samples criteria are positive culture and had been undergone resistance tests based on WHO/IUATLD guidelines. The results of analysis were the resistance of streptomycin was 22.9%, culture test was more sensitive than acid fast bacilli method in tuberculosis diagnosis, and there was decline of resistance against streptomisin from 2005 until 2007."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
S09050fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sarahwenda Martinus
"ABSTRAK
Dalam karya tulis ini akan dibahas bagaimana pengaruh lingkungan fisik suatu tempat dapat mempengaruhi perilaku konsumen, dan analisis bagaimana lingkungan fisik akan memberikan perbedaan terhadap konsumen yang sudah lama dan masih baru. Lingkungan fisik sangat berperan penting dalam sebuah tempat untuk menarik konsumen. Berbagai macam hal yang dapat mempengaruhi lingkungan fisik akan dibahas dalam karya tulis ini.

ABSTRACT
Provision of appropriate servicescape is of strategic importance. Servicescape performs a variety of roles which cause a favourable impact on customers. In this assignment, I am going to discuss how does the servicescape can influence customer behavour. This analysis will based on literature review and the application in real life. This report will describe how physical environment, colour, sound, and scent affect customer behavior, and field report analysis."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sihotang, Dony Martinus
"Ada harapan yang berkembang bahwa pemerintahan desa dapat memberikan layanan
kepada warga desa dengan tata kelola yang baik (good governance) melalui pemerintahan
digital untuk menjawab masalah-masalah dalam sustainable development goals (SDGs),
seperti: kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan. Harapan tersebut menjadi nyata
dengan hadirnya Undang-Undang tentang Desa terkait adopsi Sistem Informasi Desa
(SID), sebuah aplikasi elektronik pemerintahan (e-government) yang dikelola langsung
oleh aparatur pemerintahan desa untuk melaksanakan pemerintahan digital. Oleh karena
itu, aparatur desa harus mampu bertransformasi dengan mengubah cara kerja
konvensional melalui pemanfaatan SID. Sejak undang-undang tersebut diterbitkan,
sampai saat ini adopsi SID belum dapat sepenuhnya diwujudkan. Penelitian-penelitian
sebelumnya juga belum ada yang mengungkapkan secara memadai tentang adopsi SID.
Tujuan penelitian ini untuk mengisi kesenjangan tersebut dengan menyelidiki beberapa
pertanyaan penelitian (PP) terkait adopsi SID: 1)ekosistem, 2)faktor, 3)model, dan
4)strategi adopsi SID. Beberapa teori (multi-teori) digunakan untuk memandu penelitian
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan analisis data, seperti: teori kelembagaan, teori
pemangku kepentingan, teori-teori adopsi teknologi, teori sumber daya, teori
keterjangkauan, dan teori kemampuan dinamis. Dengan mengadopsi pendekatan studi
kasus, penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Gunungkidul yang telah
mengimplementasikan SID diseluruh desanya (144 desa). Secara gambar besar,
penelitian ini dijalankan dalam tiga fase: studi kontekstual, studi empiris, dan validasi.
Dalam studi kontekstual, ada dua systematic literature review yang dilakukan untuk
menangkap konteks penelitian. Selanjutnya, pada studi empiris, ada 47 partisipan yang
diwawancara dengan menggunakan teknik wawancara semi-terstruktur. Kemudian hasil
wawancara itu dianalisis dengan menggunakan teknik analisis tematik. Dalam fase
validasi, peneliti melakukannya secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, peneliti
mengadakan sebuah focus group discussion untuk diseminasi hasil penelitian, dan
melanjutkan dengan pengujian secara kuantitatif menggunakan inter-rater reliability
serta Fuzzy Delphi Method untuk mengambil konsensus bersama para peninjau yang
terlibat dalam implementasi SID di kabupaten tersebut. Akhirnya, penelitian ini
memberikan empat hasil yaitu: sebuah ekosistem e-government di pemerintahan desa atau
ekosistem SID dengan 19 entitas; 11 faktor yang berpengaruh dalam adopsi SID; sebuah
model adopsi SID dengan 6 dimensi, dan 31 strategi adopsi SID. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberi transferability dalam adopsi SID bagi desa-desa yang ada
dalam kabupaten dengan karakteristik yang mirip dengan kabupaten tersebut, yaitu
mempunyai “predikat baik" dalam evaluasi sistem pemerintahan berbasis elektronik
(SPBE).

There is a growing expectation that good governance in village administration can
improve its services to villagers through digital government in addressing issues of
sustainable development goals (SDGs), such as health, education and welfare. This hope
became a reality with the presence of the Law on Villages regarding the adoption of the
Village Information System (VIS), an electronic government application (e-government)
managed directly by village government officials. Therefore, village officials must be
able to transform village administration by changing conventional ways of working
through the use of VIS. Since the law was issued, until now, the adoption of VIS has not
been fully realized. Previous studies rarely adequately disclosed the adoption of VIS. This
research addresses the current knowledge gap by investigating several research questions
related to ecosystems, factors, models, and strategies for VIS adoption. Some theories
(multi-theory) are used to guide research in planning, implementation, and data analysis,
such as institutional, stakeholder, technology adoption, resource, affordability, and
dynamic capability theories. By adopting a case study approach, this research took place
in Gunungkidul Regency, which has implemented VIS in all its villages (144 villages).
In the big picture, this research was carried out in three phases: contextual study, empirical
study, and validation. In contextual studies, two systematic literature reviews were
conducted to capture the research context. Furthermore, 47 participants were interviewed
in the empirical study using a semi-structured interview technique. Then, the results of
the interviews were analyzed using the thematic analysis technique. While in the
validation phase, the researcher does this qualitatively and quantitatively. Qualitatively,
the researcher held a focus group discussion to disseminate the study result and continued
quantitative testing using inter-rater reliability and the Fuzzy Delphi Method to gain
consensus with reviewers involved in implementing VIS in the district. Finally, this
research provides four results: the VIS adoption ecosystem by 19 entities; 11 factors that
influence VIS adoption; the VIS adoption model by 6 dimensions; and 31 strategies of
VIS adoption. This research is expected to give transferability in adopting VIS for villages
of certain regencies with similar characteristics to the regency, namely the regency with
a "good predicate" in the electronic-based government evaluation system (SPBE).
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arion, Frank Martinus
Amsterdam: De Bezige Bij, 1996
BLD 839.36 ARI l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>