Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Meity Taqdir Qodratillah
Abstrak :
Kajian ini bertujuan memperoleh gambaran yang jelas tentang pemakaian istilah oleh kalangan profesional kedokteran dan profesional keuangan. Penelitian ini mencoba menggabungkan sosiolinguistik dan terminologi, yang disebut sosioterminologi. Data dijaring melalui penyebaran kuesioner ke kalangan dokter dan profesional keuangan. Kerangka teori yang diterapkan dalam penelitian ini ialah teori perencanaan bahasa, yakni tentang pembakuan istilah, dan pembentukan istilah. Pembakuan istilah merupakan proses yang kompleks yang memerlukan sejumlah proses, seperti penyeragaman konsep dan istilah, definisi istilah, pengurangan kehomoniman dan kesinoniman, penetapan penyebutan (designation), termasuk singkatan dan lambang serta penciptaan istilah baru. Dari dasar tersebut, saya mencoba membandingkan pemakaian istilah di kalangan profesional kedokteran dan keuangan. Bagaimana tingkat keseragaman istilah yang digunakan oleh kedua kalangan itu, baik dengan orang seprofesi maupun dengan orang tak seprofesi? Bagaimana sikap kedua kalangan profesional tersebut terhadap istilah Indonesia? Istilah serapan atau terjemahankah yang lebih cenderung dipilih? Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat keseragaman pemakaian istilah di kalangan dokter, baik dengan orang seprofesi maupun dengan orang tak seprofesi tinggi, yakni 97.50% dan 90%. Sementara itu, tingkat keseragaman pemakaian istilah di kalangan profesional keuangan dengan orang seprofesi dapat dikatakan rendah (60%) dan dengan orang tak seprofesi sangat rendah (45%). Sikap dokter dan profesional keuangan terhadap istilah Indonesia positif. Namun, dari tingkat kepositifannya, sikap dokter lebih positif daripada sikap profesional keuangan. Ihwal istilah serapan dan terjemahan, keduanya cenderung memilih istilah serapan daripada terjemahan.
The aim of this study is to obtain a description of the usage of terminology by medical and financial professionals. The research has tried to combine two disciplines, i.e. sociolinguistics and terminology and thus it could be named socioterminology. The theoretical framework for in this study is the theory of language planning, especially the standardization of terminology, and term formation. Standardization of terms is a complex process that entails a number of operations, such as the unification of concepts, the definition of terms, the reduction of homonymy, the elimination of synonymy, the fixing of designations, including abbreviations and symbols, and also the coinage of new terms. For these reasons, I have tried to compare the usage of terminologies between medical and financial professionals. To what extent is the usage of terminologies by each professional uniform? How does she or he think about the Indonesian terminologies? Which terminology has he or she chosen? Does he or she prefer borrowed terms or translated terms? The results indicate that the degree of uniformity in the usage of terminology by the professionals varies. The uniformity degree among the medical professionals is higher (97.50%) than that among the financial professionals (60%). A medical professional uses a different form when talking to his or her colleagues compared to the occasion when talking to someone who belongs to a different profession. The attitudes of both groups towards the Indonesian terms are positive, but the doctors' attitudes are more positive than those of the financial professionals. They prefer the borrowed terms to the translated terms.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11589
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meity Taqdir Qodratillah
Abstrak :
Setiap negara mempunyai kebudayaan yangberbeda dengan negara lainnya. Demikian pula kebudayaan negara Indonesia berbeda dengan kebudayaan negara Prancis. Istilah sapaan yang berupa istilah kekerabatan bahasa Indonesia merupakan salah satu unsur kebudayaan. Dalam hal ini masyarakat Indonesia sangat memperhatikan penggunaan istilah sapaan tersebut dalam komunikasi untuk menyapa kawan bicaranya. Berdasarkan hal itu skripsi ini meneliti padanan yang diberikan oleh penyusun kamus dalam bahasa Prancis mengenai istilah sapaan yang berupa istilah kekerabatan dalam Kamus Umum Indonesia-Prancis. Tujuannya ialah untuk memperoleh gambaran sejauh mana ketepatan padanan yang diberikan oleh penyusun kamus dan melihat tipe padanan yang digunakan serta mengetahui sejauh mana padanan tersebut dapat digunakan oleh pemakainya. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan entri istilah sapaan yang berupa istilah kekerabatan dalam Kamus Umum Indonesia Prancis karya Pierre Labrousse. Data yang diperoleh berjumlah 74 buah entri dengan 89 buah padanan. Untuk mengetahui ketepatan padanan, digunakan teori analisis komponen makna dari Nida dan Taber. Kemudian meneliti tipe padanan dan penyajian padanannya berdasarkan teori Zgusta dan Al-Kasimi. Hasilnya menunjukkan bahwa padanan yang tepat sebanyak 40 buah (44,94%), padanan yang kurang tepat sebanyak 45 buah (51,69%), dan 3 buah (3,37%) padanannya menyimpang. Tipe padanan yang digunakan adalah tipe padanan terjemahan, sebanyak 25 buah (28,09 %), tipe padanan terjemahan +gloss 20 buah (22,47%), tipe padanan penjelasan sebanyak 6 buah (6,74%), tipe padanan penjelasan + gloss sebanyak 4 buah (4,50%) serta yang hanya berupa gloss sebanyak 34 buah (38,20%). Berdasarkan penyajian padanannya, dari entri yang berjumlah 74 buah menunjukkan bahwa 39 buah (52,70%) hanya dapat digunakan untuk memahami teks BSu bagi pemakai BSa ; sebanyak 9 buah (12,16%) dapat digunakan oleh pemakai BSa untuk memahami dan mendeskripsikan BSu. Sedangkan yang dapat digunakan untuk memahami teks BSu bagi pemakai BSa dan untuk memproduksi ujaran dalam BSa bagi pemakai BSu sebanyak 24 buah (32,43%) dan sebanyak 2 buah (2,71%) dapat digunakan oleh pemakai BSa untuk memahami dan mendeskripsikan BSu serta dapat digunakan pula oleh pemakai BSu untuk memproduksi ujaran dalam BSa. Penyusun kamus pada dasarnya sudah berusaha untuk memberikan padanan yang tepat dan baik. Akan tetapi karena perbedaan kebudayaan (dalam hal ini adanya culture-bound, words yaitu kata-kata yang terikat budaya) maka penyusun mengalami kesulitan untuk memperoleh padanan yang tepat dalam BSa. Untuk mengatasi hal itu diperlukan kecermatan dan pendalaman kebudayaan Indonesia terutama yang berkaitan dengan istilah sapaan yang berupa istilah kekerabatan bahasa Indonesia.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library