Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Minarni
Abstrak :
Penelitian bertujuan mengetahui determinan yang berhubungan dengan kepesertaan pria dalam KB di Kota Pagar Alam Propinsi Su.matera Selatan tahun 2009.Penelitian dengan rancangan cross sectional pada 300 orang pria pasangan usia subur dengan istri berumur kurang dari 50 tahun, diambil secara cluster 3 tahap. Data dikumpulkan melalui wawaneara dengan kuesioner. Hasil penelitian mendapatkan persetujuan istri, keterpaparan dengan petugas KB kesehatan dalam 6 bulan terakhir dan dukungsu tokoh masyarakat yang mempunyui hubungan dengan kepesertaan pria dalam KB setelah dlkontrol pendidikan, pengetahuan, sikap, keterjangkauan sarena pelayanan, serta jumlah anak, dan persetujuan istri mempakan fuktor yang paling dominan. Disarankan kepada Badan KBPP Kota Pagar Alam untuk melalrukan advokesi kepada pihak ekskutif dan legislatif untuk penentuan kebijakan dan pendanaan, melakekan keijasama lintas sektor untuk mendapat dukungan sosial dari tokeh masyarakat dan agama serta meningkatkan jumlah dan kualitas petugas lapangan KB untuk pemberdayaan masyarakat serta meningkatan metade promosi melalui media dangan kemasan yang memtrik dan bervariasi. ......The objective of this research was to find out the determinant of male contraceptive participation at Pagar Alam, South Surnatera province in 2009. This research used cross sectional design to observed 300 fertile married couples whose wife age was less than 50 years old. The respondents were selected by cluster in 3 phases. Data was collected by interview using questionnaire. This research found that wife's approval was the most dominant factor of male contraceptive participation, besides exposure of family planning official during the last 6 monts and informal leader after adjusted by education, knowledge, attitude to ward family planning; accessibility of family planning service and the number of children. It was suggested to Badan KBPP Pagar Alam to advocate the local government and legislators in term of policy and funds, cooperation between KBPP an inter sectors in order to giving social support to increase quantity and quality of field family planning to empowerment the community and to improve promotion through mass using the various interesting packages.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T32369
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Minarni
Abstrak :
Latar Belakang: Penggunaan deksmedetomidin dengan bolus awal memiliki efek samping seperti transient hypertension, bradikardi dan hipotensi. Penggunaan deksmedetomidin intravena dosis rendah diharapkan tidak menimbulkan efek samping namun diharapkan tetap memberikan efek sedasi yang baik untuk premedikasi pasien yang akan menjalani anestesia umum dibandingkan midazolam sebagai kontrol. Metode: pada uji klinik dengan randomisasi tersamar ganda ini, 80 pasien yang menjalani pembedahan elektif di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dibagi menjadi 2 kelompok yang mendapatkan regimen premedikasi yang berbeda. Kelompok deksmedetomidin mendapatkan deksmedetomidin 0,3 µg/kgbb/jam intravena selama 15 menit dosis tunggal dikuti NaCl 0,9% 2ml intravena bolus, sedangkan kelompok midazolam mendapatkan NaCl 0,9% 20ml intravena selama 15 menit diikuti midazolam 0,05 mg/kgbb dosis tunggal. Kedua kelompok kemudian menjalani prosedur induksi, laringoskopi-intubasi yang sama. Tingkat sedasi pada menit ke-20 setelah obat mulai diberikan akan dibandingkan. Tingkat sedasi disebut baik bila berada pada Ramsay Sedation Scale 2. Hasil: Terdapat perbedaan tingkat sedasi yang bermakna secara statistik (p<0,005) yaitu dari 40 pasien yang mendapatkan deksmedetomidin semuanya (100%) berada pada Ramsay Sedation Scale 2, sedangkan dari 40 pasien yang mendapatkan midazolam 25 pasien berada pada Ramsay Sedation Scale 2 (62,5%), dan 15 pasien berada pada Ramsay Sedation Scale 3 (37,5%). Kesimpulan: Deksmedetomidin dosis 0,3 µg/kgbb/jam intravena selama 15 menit dosis tunggal memiliki tingkat sedasi yang lebih baik daripada midazolam 0,05 mg/kgbb intravena. ...... Background: The administration dexmedetomidine using loading dose have some undesirable effects such as transient hypertension, bradycardia and hypotension. The use of low-dose dexmedetomidine single infusion was proposed to avoid those undesirable effects but still provide goodsedation effects for premedication, compared to midazolam as a control, for patients undergoing general anesthesia. Method: in this randomized double-blind trial, 80 patients planned for elective surgery in RSUPN Dr. Cipto mangunkusumo were enrolled and divided into 2 groups receiving different premedication regimens. The dexmedetomidine group got 0.3 micrograms/kg/hour infusion in 15 minutes followed by a single bolus of 2ml NaCl 0.9%, while the midazolam group got 20ml of NaCl 0.9% infusion in 15 minutes followed by single bolus of midazolam 0.05 milligram/kg. The level of sedation at minute 20 after the start of drug administration was compared. Both groups then underwent the same induction, laryngoscopy and intubation procedures. The level of sedation is stated good when The Ramsay Sedation Scale is 2. Results: all 40 patients (100%) in the dexmedetomidine group were on Ramsay Sedation Scale 2 while in the midazolam group 25 patients werw on Ramsay Sedation Scale 2 (62.5% ), and 15 patients were in the Ramsay Sedation Scale 3 (37.5%) and statistically there was a significant difference (p<0.005). Conclusion: Dexmedetomidine 0.3 micrograms/kg/hour single infusion in 15 minutes provide a better level of sedation than midazolam 0.05 milligram/kg single bolus.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Erysha Minarni
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini meneliti tentang pengembangan strategi promosi kesehatan dalam upaya pengendalian faktor risiko penyakit kardiovaskular di kalangan jemaat Gereja HKBP Pasar Rebo. Faktor risiko yang diteliti adalah tekanan darah, kolesterol, gula darah dan asam urat. Variabel lain yang diteliti pada penelitian ini adalah variabel perilaku dan karakteristik individu. Penelitian ini menggunakan metode gabungan, yaitu metode kuantitatif dan kualitatif dengan desain cross-sectional. Hasil analisis menyatakan bahwa mayoritas responden memiliki tekanan darah, kadar kolesterol, dan kadar asam urat tinggi. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik, sikap yang positif, praktik kurang baik, dan keterpaparan informasi cukup. Strategi promosi kesehatan yang direkomendasikan meliputi: 1 pengembangan kebijakan kesehatan masyarakat di Gereja HKBP Pasar Rebo, 2 peningkatan pemahaman dan kemampuan Pendeta, Sintua dan Pengurus gereja sebagai role model bagi anggota jemaat untuk berperilaku sehat, 3 peningkatan kemampuan anggota jemaat dalam merencanakan dan melakukan kegiatan yang berwawasan kesehatan masyarakat, 4 peningkatan kompetensi kesehatan masyarakat pada anggota jemaat dalam berperilaku sehat, 5 peningkatan kemampuan Pendeta, Sintua dan pengurus gereja dalam menyusun kegiatan promotif preventif dalam pelayanan klinik, dan 6 bergerak menuju pelayanan kesehatan bidang Diakonia yang lebih baik di masa depan.Kata kunci: promosi kesehatan, organisasi keagamaan, adat batak, faktor risiko penyakit kardiovaskular
ABSTRACT
This thesis focuses on developing health promotion strategies to control risk factors of cardiovascular disease among the congregation of HKBP Pasar Rebo Church. The risk factors studied are blood pressure, cholesterol, blood sugar and uric acid level. Other variables studied are behavior and congregation rsquo s characteristics. Quantitative and qualitative methods are used in this study with cross sectional design. Result shows that most of the participants have high blood pressure, high cholesterol, high blood sugar level, and high uric acid level. Many of the participants already have good knowledge, positive attitude, bad practice, and receive enough information. Health promotion strategies that can be applied are 1 developing public health policy at HKBP Pasar Rebo Church, 2 enhancing understanding and ability of Pastors, Sintua and church administrators to be role models for church congregation to have healthy behavior, 3 building capacity of church congregation to plan and conduct community health minded activities, 4 enhancing public health competence of church congregation to have healthy behavior, 5 enhancing the ability of Pastors, Sintua, and church administrators to prepare preventive promotive activites in health services clinic , and 6 moving towards better health service of Diaconian ministry in the future.Keywords health promotion, faith based organization, batak custom, risk factors of cardiovascular disease
2017
T48691
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Minarni
Abstrak :
Tesis ini membahasa mengenai Aset Tetap (Fixed Asset) atau Modal Tetap (Capital Stock) dapat digunakan untuk melihat dukungannya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dan dapat dilakukan analisis kontribusi dan distribusi terhadap data Aset Tetap atau Modal Tetap atas dasar harga konstan dan analisis trend data Aset Tetap atau Modal Tetap. Tujuan analisis kontribusi dan distribusi adalah untuk mengamati peranan masing-masing jenis Aset Tetap atau Modal Tetap terhadap total Aset Tetap atau Modal Tetap dan distribusi penggunaannya pada setiap sektor ekonomi yang dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Penelitian ini melihat bagaimana pembentukan Aset Tetap atau Modal Tetap di pemerintah daerah dengan mengambil sampel penelitian pada Pemerintah Kabupaten Gorontalo dengan mengkhususkan pada pembentukan Aset Tetap atau Modal Tetap yang berasal dari Belanja Modal melalui metode Direct Observation of Capital (DOC). Selain itu juga untuk memberikan bukti hubungan antara pembentukan Aset Tetap atau Modal Tetap yang berasal dari Belanja Modal sesuai klasifikasi Fungsi dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Gorontalo dengan metode Vector Auto Regression (VAR). ......The focus of this study is about fixed assets or capital stock may be used to support for the economic growth of a region. In addition, the analysis can be performed on contribution and distribution of fixed assets or capital stock at constant prices and analysis of trend fixed assets or capital stock. Analysis of the contribution and distribution purposes is to examine the role of each type of fixed assets or capital stock of the total fixed assets or capital stock and the distribution of its use in every sector of the economy are viewed of Gross Regional Income (GDP). The research looked at how the formation of fixed assets or capital stock in local government by taking a sample of research in Gorontalo District to specialize in the formation of fixed assets or capital stock derived from the capital expenditure (capital spending/flow) using Direct Observation of Capital method (DOC method). In addition, to provide evidence of the correlation between the formation of fixed assets or capital stock from capital expenditure (capital spending/flow) in accordance with the classification function of Gross Regional Income (GDP) using Vector Auto Regression (VAR). Keywords
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T29570
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Retno Minarni
Abstrak :
Pantai merupakan salah satu kenampakan muka bumi yang bersifat dinarnis karena dapat mengalami perubahan baik dalam waktu relatif cepat maupun lambat. Dinamika perubahan garis pantai disebabkan oieh proses-proses yang berlangsung, baik yang berasal dari daratan ataupun yang berasal dari lautan. Pantai Teluk Jakarta yang terletak di bagian utara P. Jawa berbentuk landai dan sebagian besar wilayahnya termasuk ke dalam wilayah DKI Jakarta. Pengaruh alarn dan pesatnya pembangunali yang terdapat di sepanjang pantai Teluk Jakarta menyebabkan pantai mi mengalami perubahan garis pantal. Untuk mengetahui perubahan garis pantai Teluk Jakarta selama kurun waktu 53 tahun dilakukan perbandingan peta antara peta topografi tahun 1996 dengan peta topografi tahun 1943, selisih perubahan garis pantai dihitung dengan menggunakan planimeter sekala 1:50.000. Langkah selanjutnya yaitu menganalisis faktor-faktor yang diduga mempengaruhi perubahan garis pantai dengan rnenggunakan data-data yang diperoleh baik dari instansi terkait ataupun survei lapang. Faktor-faktor tersebut antara lain sedimentasi, arus taut, sungai dan muara sungai, mangrove, penggalian pasir dan rekiamasi pantai. Pada Teluk Jakarta terdapat dua jenis wilayah pantai yang mengalami perubahan I garis pantai, yaitu wilayah pantai yang mengalami perubahan garis pantai maju (akresi) dan perubahan garis pantai mundur (abrasi). Akresi terdapat di Pantai Kamal - Kapuk Muara dan, Muara Jingkern - Muara Bungin dengan terbentuknya delta barn Ci Herang (faktor alam) dan Pantai Mutiara, Pantai Pluit, Pantai Ancol (rekiamasi pantai). Abrasi terdapat di Pantai Tanjung Pasir - Tanjung Glatik (faktor alam) dan Pantai Kalibaru - Segara Makmur (faktor manusia). Perubahan garis pantai karena faktor-faktor alam adalah sebagai berikut; pada - pantai berbentuk lurus dan 'terbuka', tidak terdapat penglalang pantai, tidak terdapat mangrove, sehingga arus lebih kuat, terdapat sedikit muara sungai, sedimen yang diendapkan kecil, maka pantai tersebut akan mengalami abrasi seperti Pantai Tanjung Pasir - Tanjung Glatik. Pada pantai berbentuk cekung dan 'tersembunyi', terdapat penghalang pantai, terdapat mangrove, sehingga arus lebih lemah, terdapat banyak muara sungai, sedimen yang diendapkan besar, maka pantai tersebut akan mengalami akresi seperti yang terjadi pada Delta Ci Herang. Perubahan garis pantai karena campur tangan manusia adalah rekiarnasi pantal, yang terdapat di Pantai Mutiara, Pantai Pluit , Pantai Ancol dan penggalian pasir pantai, yang terdapat di Pantai Kalibaru - Segara Makrnur.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Erysha Minarni
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai bentuk kebijakan Zero Complaint serta implementasinya di Rumah Sakit Bhayangkara Tk I R Said Sukanto yang ditinjau dari kondisi lingkungan rumah sakit, hubungan antar unit rumah sakit, sumber daya rumah sakit, serta karakteristik dan kapabilitas Unit Humsar Dumas. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Hasil penelitian mengatakan bahwa dalam implementasi kebijakan Zero Complaint masih ada faktor yang belum mendukung terlaksananya implementasi kebijakan Zero Complaint. Faktor yang belum mendukung yaitu dari kondisi lingkungan rumah sakit, terdiri dari kendala sumber daya, sosio kultural, keterlibatan penerima program, dan infrastruktur, dari faktor sumber daya rumah sakit yaitu komitmen birokrasi, dan dari faktor karakteristik dan kapabilitas Unit Humsar Dumas yaitu keterampilan petugas, komunikasi dalam unit, kepemimpinan kepala unit, dan komitmen pelaksana. Meskipun demikian hasil implementasi kebijakan Zero Complaint sudah mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dan berhasil menciptakan perubahan yang lebih baik bagi rumah sakit baik secara internal dan eksternal. ......This study is focusing on the Zero Complaint policy and its implementation in Bhayangkara Tk I R Said Sukanto Hospital. The study reviewed hospital environmental conditions, the relationships between unit in hospital, hospital resources, and characteristics and capabilities of Humsar Dumas Unit. This study is a descriptive qualitative research. The study revealed that there are several factors which are not supporting the implementation of Zero Complaint policy, which include human resources constraints, socio-cultural, the involvement of program beneficiaries from environmental condition factor, commitment of bureaucracy, personnel skills, communication within the unit, unit leadership, and executive commitment from characteristic and capabilities of Humsar Dumas Unit. Nevertheless the results of policy implementation Zero Complaint has reached a predefined goal and managed to create a better change for the hospital, both internally and externally.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Minarni
Abstrak :
Latar Belakang: Sebagian besar pasien pasca pembedahan abdominal yang masuk ICU menggunakan alat bantu berupa ventilasi mekanik. Kecemasan akibat penggunaan ventilasi mekanik dapat meningkatkan respon stres pasca pembedahan yang bila dibiarkan dapat menghasilkan hal-hal yang tidak diinginkan. Sedasi dibutuhkan untuk meniminalkan respon stres yang terjadi akibat penggunaan ventilasi mekanik. Deksmedetomidin dan midazolam merupakan agen sedasi yang banyak digunakan di ICU. Metode: Penelitian uji klinis acak tersamar ganda ini mengelompokkan 22 pasien dewasa pascabedah abdominal yang mendapat layanan sedasi di ruang ICU RSCM menjadi 2 kelompok. Grup deksmedetomidin menerima 0,5 μg/kgbb intravena. Grup midazolam menerima 0,05 mg/kgbb intravena. Pemberian ke dua obat tanpa loading dose dan mulai diberikan setelah pasien tiba di ICU pada skala RASS nol (0). Kriteria inklusi adalah pasien dengan rentang usia 18-65 tahun, ASA I sampai III yang membutuhkan ventilasi mekanik pascabedah abdominal. Hasil: Deksmedetomidin dan midazolam tidak mampu menurunkan respon stres karena hanya satu dari tiga parameter yang signifikan secara statistik. Penurunan gula darah terjadi pada grup midzolam setelah 6 jam pasca pembedahan abdominal (p<0,05), sedangkan untuk kadar IL-6 dan kortisol tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0,05). Skala RAAS pada grup deksmedetomidin menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan grup midazolam (p<0,05) sedangkan FAS tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0.05). Simpulan: Sebagai agen sedasi, deksmedetomidin dan midazolam tidak mampu menurunkan respon stres pada pasien yang menggunakan ventilasi mekanik pasca bedah abdominal. Tingkat sedasi pada grup deksmedetomidin lebih baik daripada grup midazolam, tetapi deksmedetomidin dan midazolam sama-sama mampu meminimalkan kecemasan. ......Background: Post-operative mechanical ventilation were often needed in patients after abdominal surgeries. Sedation was often given to minimize anxiety and stress response to mechanical ventilation. Both dexmedetomidine and midazolam are commonly used as sedatives in ICU. This study was aimed to compare the ability of dexmedetomidine and midazolam in reducing anxiety and stress response. Methods: Twenty two patients aged 18-65 years, ASA physical status I to III, underwent abdominal surgery and requiring postoperative ventilation were included. Subjects were randomly divided into equal groups. Subjects in group D received dexmedetomidine 0.5 µg/kg iv, while in group M received midazolam 0,05 mg/kg iv. Vital signs, Face Anxiety Scale, RASS score, cortisol, blood glucose and IL-6 level were taken at baseline when subjects were admitted to the ICU and followed up until 6 hours. Results: Both of dexmedetomidine and midazolam can not decreased stress response, in group M only decreased blood glucose level after 6 hours post-operative achieved statistical significance (p<0.05). Only RASS scale was significantly differed between group D and group M(p<0.05), while there was no statistically significant difference in other measured parameters. Conclusions: Both dexmedetomidine and midazolam as sedative can not decreased stress response on abdominal surgery patients who required mechanical ventilation. Sedation level of dexmedetomidine was better than midazolam, but both of them can minimize anxiety.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library