Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Dahlan
Abstrak :
Masalah pokok yang ingin dibahas dalam tesis ini adalah bagaimana respons Mochtar Buchori terhadap situasi yang berkembang di dunia pendidikan - khususnya yang terjadi di Indonesia selama pemerintahan Orde Baru- dalam jangka waktu sepuluh tahun terakhir ini, serta wacana apa yang digulirkan di dalamnya. Untuk maksud tersebut terlebih dahulu dijelaskan permasalahan yang menjadi kecenderungan umum di dunia pendidikan_ Dalam pendidikan, tujuan utama yang ingin dicapai adalah mengembangkan potensi diri manusia. Namun hal itu sering tidak terwujud karena terhalang oleh dua faktor: pendidik di satu sisi, dan sisi lain, sistem pendidikan yang diselenggarakan serta bagaimana ia berinteraksi dengan sub-sub sistem lainnya. Dua hal ini tidak jarang terlupakan dalam pembicaraan tentang pendidikan. Karena itu masalah kegagalan tujuan pendidikan tidak bisa dibicarakan semata-mata karena faktor pendidik, tetapi harus juga dipertimbangkan bahwa hal itu terjadi sebagai akibat yang tak terniatkan (unintended consequence) dari sistem pendidikan yang ada. Terhadap dunia pendidikan, cara berpikir yang terfokuskan pada quality teaching hanya akan menyentuh hal-hal mikro di dalamnya. Tanpa memperhatikan faktor-faktor makro yang mempengaruhi eksistensinya, kita tidak akan menyentuh masalah besar yang sifatnya mendasar. Dalam konteks pemikiran Dewantara persoalan makro yang dimaksud adalah sistem pendidikan yang diselenggarakan pemerintah kolonial Belanda tidak terorientasi pada kepentingan rakyat Indonesia. Sementara dalam konteks pemikiran Freire masalah makro tersebut berhubungan dengan upaya untuk menjinakkan kesadaran manusia sekaligus membenamkannya dalam "kebudayaan bisu" (submerged in the culture of silence). Di negara kita, persoalan makro yang mempengaruhi dunia pendidikan, ironisnya, kurang disadari oleh mereka yang sehari-harinya terlibat di dalamnya. Padahal selama pemerintahan Orde Baru berkuasa, adanya pengaruh tersebut sangat mencolok mata. Setidaknya ada dua hal yang bisa disebut di sini. Pertama, karena pengaruh kekuatan ekonomi, berkembang kecenderungan komersialisasi pendidikan dan dijadikannya pendidikan sebagai "pabrik pencetak robot siap pakai". Kedua, dan ini sangat memprihatinkan, karena pengaruh kekuatan politik, pendidikan hanya menjadi perpanjangan tangan kepentingan kekuasaan. Hal ini terlihat terutama untuk jenjang perguruan tinggi. Carut-marut dunia pendidikan kita di atas, dalam pandangan Mochtar Buchori, terjadi karena tidak adanya kekuatan pendidikan, baik bersifat individual maupun institusional. Di sisi lain, perspektif kita terhadap pendidikan juga sempit. Untuk mengatasi hal itu, jalan keluar yang harus ditempuh adalah melakukan transformasi pendidikan, baik dalam bentuk watak maupun wujudnya. Dengan rancang bangun area of concern yang baru inilah misi dan tujuan utama pendidikan masih bisa diharapkan. Tujuan utama pendidikan untuk mengembangkan potensi diri manusia dan menghadapinya dalam bentuknya yang terus-menerus mengalami proses menjadi, serta menempatkan pendidikan dalam hubungannya dengan kebudayaan yang berkembang di sekitarnya, merupakan tema besar pemikiran Mochtar Buchori. Fokus perhatiannya pada masalah tersebut menempatkan dirinya dalam kedudukan yang (hampir) setara dengan dewantara dan Freire. Benang merah yang menghubungkan pemikiran ketiga orang tersebut adalah semangat eksistensialisme dalam memandang manusia. Sebagai penutup dalam abstraksi ini di sini dipandang perlu untuk melihat relevansi pemikiran Mochtar Buchori dalam konteks arah perkembangan pendidikan kita sekarang. Jalinan makna yang terbangun dalam dunia pendidikan kita, dan agenda yang ditawarkan Buchori untuk merancang bangun genre baru pendidikan, merupakan masalah yang tidak mudah diwujudkan. Hai ini terjadi karena wilayah perhatian pendidikan yang terpaku pada persoalan sekolah, dengan meminjam pemikiran Antonio Gramsci, sedang menempati historical block dan menduduki posisi hegemoniknya.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Dahlan
1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kemas Muhammad Dahlan
Abstrak :
Latar Belakang: Faktor resiko terbesar Diabetik foot ulcer DFU adalah neuropati. Gen Vascular endothelial growth factor VEGF 7 merupakan gen yang mengkode protein Vascular Endothelial Growth Factor VEGF memiliki fungsi angiogenesis dan neurogenesis. VEGF berperan pada patogenesis terjadinya neuropati, angiopati dan penyembuhan luka karena trauma. Metode Penelitian: Penelitian case control study, kasus diambil dari penderita DM tipe 2 dengan DFU dan kontrol dari DM tipe 2 tanpa DFU, dilakukan Polimerase Chain Reaction Restriction Fracment lenght Polymorphism PCR-RFLP untuk melihat genotipe gen VEGF, analisis statistik menggunakan SPSS 20. Hasil: Genotip mutan GG gen VEGF 405C>G tidak memiliki hubungan bermakna dengan terjadinya DFU pada penderita DM di RSCM GG CG/CC ; OR; 0,52, 95 CI; 0,15-1,73 p; 0,289. Alel G; kemungkinan sebagai faktor protektif OR;0,86, 95 CI 0,57-1,28 dan p;0,456. Genotip mutan TT gen VEGF -460 C>T; tidak memiliki hubungan yang bermana dengan DFU TT CT/CC ; OR; 0,97, 95 CI; 0,41-2,26 dan p; 0,942. Alel T kemungkinan sebagai faktor protektif OR;0,90, 95 CI; 0,59-1,37 dan p;0,641. Kesimpulan: Genotip GG dan TT tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan penyakit DFU, alel G dan alel T kemungkinan sebagai faktor protektif terhadap terjadinya DFU pada penderita DM Tipe 2.
Background: The greatest risk factor for Diabetic foot ulcer DFU is neuropathy. Vascular endothelial growth factor VEGF gene is a gene encodes a protein vascular endothelial growth factor VEGF, which has function of angiogenesis and neurogenesis. VEGF play a role in neuropathy, angiopathy and wound healing in DFU. Methods: Case control study, case is type 2 DM with DFU and control is type 2 DM without DFU, Polymerase Chain Reaction Restriction Fracment lenght polymorphism was done to find genotype polymorphism of VEGF gene. Results: Genotype GG VEGF 405C G does not have a significan association with DFU in DM patients GG CG CC OR 0.52, 95 CI 0.15 to 1.73 p 0.289. G allele is proposed as protective factor in DFU OR 0.86, 95 CI 0.57 to 1.28, and p 0.456. Genotype TT from VEGF gene 460 C T have no significant association with DFU TT CT CC OR 0.97, 95 CI 0.41 to 2.26 and p 0.942. T allele is predicted as protective factor in DFU OR 0.90, 95 CI 0.59 to 1.37 and p 0,641. Conclusion: G alles and T alleles are predicted as a protective factors in DM patients associated with DFU.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library