Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mulya Rahma Karyanti
"Background: in recent years, diphtheria has reemerged in several countries including Venezuela, Yemen, Bangladesh, and Haiti. Similarly, Indonesia also showed an increased number of diphtheria cases in 2010-2017 despite the Diphteria, Tetanus, Pertussis (DTP) immunization program applied in Indonesia for children. This study aimed to evaluate the epidemiology of diphtheria cases which occurred in Indonesia during 2010-2017. Methods: this was a retrospective study of diphtheria cases in Indonesia. The following source of data about diphtheria disease burden and vaccine coverage was obtained from Ministry of Health Republic of Indonesia, Indonesian Pediatric Society and World Health Organization South East Asia Regional Office. Results: the number of diphtheria cases in Indonesia were distributed across 30 provinces with a total of 811 cases in 2011; 1,192 cases in 2012; 296 cases in 2014; and 939 cases in 2017. Based on age group, the highest number of case fatality rate were in age group of 5-9 years old. Diphtheria immunization coverage in Indonesia among children was fluctuated, reported as 67.7 % in 2007, 61.9 % in 2010, 75.6% in 2013 and 61.3% in 2018. In addition to that, the organization of internal medicine has recommend booster of DPT immunization every 10 years for those children that had received complete DPT vaccination during childhood, however this was not applied. As the countermeasure towards this trend, the Ministry of Health implemented three rounds of Outbreak Response Immunization (ORI) targeted for the age group of 0-1-6 months old and 1-18 years old in 2017 and tailor approached for adults that had exposed to cases. Banten, DKI Jakarta and West Java were the first three provinces to implement this program considering their condensed population and high risk of disease transmission.
Conclusion: in Indonesia, there was dramatic increase of diphtheria case in 2010-2017, where immunization in children should be reinforced by increasing coverage more than 95% and adult boosted vaccination approaches should be initiated to prevent the spread of these fatal diphtheria diseases in Indonesia.

Latar belakang: dewasa ini, difteria telah muncul kembali di beberapa negara termasuk Venezuela,Yemen ,
Bangladesh dan Haiti. Serupa dengan hal tersebut, Indonesia juga menunjukkan peningkatan kasus difteria pada tahun 2010 hingga 2017 meski program imunisasi difteria, tetanus dan pertusis (DPT) untuk anak-anak telah dilaksanakan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi epidemiologi kasus difteria yang terjadi di Indonesia pada tahun 2010-2017.
Metode: penelitian ini merupakan penelitian retrospektif tentang kasus difteria di Indonesia. Sumber data mengenai beban penyakit difteria dan cakupan vaksinasi diperoleh dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia dan Kantor Regional Asia Tenggara Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization).
Hasil: kasus-kasus difteria di Indonesia yang tersebar di 30 propinsi seluruhnya berjumlah 811 kasus pada tahun 2011; 1.192 kasus pada tahun 2012; 296 kasus pada tahun 2014; dan 939 kasus pada tahun 2017. Berdasarkan kelompok usia, jumlah kasus dengan tingkat fatalitas tertinggi terdapat pada kelompok usia 5-9 tahun. Cakupan imunisasi difteria pada anak di Indonesia berfluktuasi dan dilaporkan sebanyak 67,7% pada tahun 2007, 61,9% pada tahun 2010, 75,6% pada tahun 2013 dan 61,3% pada tahun 2018. Selain itu, organisasi ilmu penyakit dalam telah merekomendasikan booster imunisasi setiap 10 tahun untuk anak-anak yang telah mendapakan vaksinasi DPT lengkap selama masa kanak-kanaknya; namun rekomendasi ini belum terlaksana. Sebagai langkah untuk mengatasi kecenderungan ini, Kementerian Kesehatan telah melakukan tiga putaran Imunisasi sebagai Respons terhadap Kejadian Luar biasa atau Outbreak Response Immunization (ORI) yang ditujukan untuk kelompok usia 0-1-6 bulan dan 1-18 tahun pada tahun 2017 dan penyesuaian pendekatan (tailored approach) untuk dewasa yang terpapar kasus tersebut. Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat merupakan tiga propinsi pertama yang melaksanakan program ini mengingat populasinya yang padat serta tingginya risiko penularan penyakit.
Kesimpulan: di Indonesia, terdapat peningkatan kasus difteria yang dramatis pada tahun 2010-2017, sedangkan imunisasi pada anak perlu digiatkan kembali dengan meningkatkan cakupan hingga lebih dari 95% dan pendekatan booster vaksinasi pada dewasa perlu dimulai untuk mencegah penyebaran penyakit difteria yang bersifat fatal ini di Indonesia
"
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2019
610 UI-IJIM 51:3 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mulya Rahma Karyanti
"Infeksi dengue masih merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di negara tropis dan subtropis di dunia. Indonesia merupakan negara kedua dengan insidens kasus dengue tertinggi. Pada tahun 2011, Indonesia dilibatkan penelitian multi senter vaksin chimeric yellow fever tetravalent dengue vaccine (CYD-TDV) fase III uji klinis. Efektivitas (real world effectiveness/RWE) vaksin dengue setelah sepuluh tahun perlu dievaluasi. Penelitian ini bertujuan menilai kejadian penyakit dengue yang dirawat inap dan bagaimana kadar antibodi netralisasi dengue pasca pemberian vaksin dengue tiga kali di 0, 6 dan 12 bulan di Jakarta setelah 10 tahun, dan pada masa pandemi COVID-19 mengevaluasi kejadian COVID-19 dan kadar titer antibodi netralisasi RBD SARS-CoV-2 pada kelompok yang telah mendapat vaksin dengue dibandingkan kelompok yang tidak mendapat vaksin dengue. Desain penelitian dilakukan secara kohort retrospektif untuk menilai riwayat dengue dan COVID-19 dan potong lintang komparatif dengan menilai antibodi netralisasi terhadap keempat serotipe dengue serta antibodi netralisasi IgG RBD SARS-CoV-2 pada kelompok yang telah diberi vaksin dengue dan kelompok kontrol yang tidak mendapat vaksin dengue di lima puskesmas Senen, Jatinegara, Koja, Tambora dan Pasar Minggu di DKI Jakarta pada Juni sampai Desember 2022. Hasil penelitian menginklusi 419 subjek, terdiri dari kelompok vaksin dengue 207 dan kelompok kontrol (non-vaksin dengue) 212 yang diberi kuesioner dengan subset yang diambil pemeriksaan darah pada kelompok vaksin dengue 79 dan kelompok kontrol 80. Kejadian penyakit dengue rawat inap pada kelompok yang mendapat vaksin dengue CYD-TDV 10/207 dibandingkan kejadian penyakit dengue rawat inap 11/212 pada kelompok yang tidak mendapat vaksin dengue tidak berbeda bermakna secara statistik. Pada usia 12–17 tahun kelompok vaksin dengue CYD-TDV ditemukan rerata median antibodi netralisasi PRNT DENV-1 737,5 (52–5969) l/dil, DENV-2 1373 (0–11000) l/dil, DENV-3 316,5 (25–3662) l/dil dan DENV-4 292,5 (0–1654) l/dil lebih tinggi secara bermakna dari kadar antibodi netralisasi PRNT kelompok non-vaksin dengue, yaitu DENV-1 182 (0–68237) l/dil, DENV-2 703 (0–91558) l/dil, DENV-3 205 (0-36091)l/dil dan DENV-4 109 (0–35812) l/dil, kecuali terhadap DENV-3 tidak berbeda bermakna. Pada kelompok usia 18 tahun atau lebih, kadar antibodi netralisasi PRNT terhadap keempat serotipe dengue tidak berbeda bermakna antar kedua kelompok. Kejadian COVID-19 rawat inap setelah vaksin COVID-19 pada kelompok vaksin dengue 16/207 ditemukan lebih tinggi secara bermakna (p = 0,005) dibandingkan kelompok yang tidak mendapatkan vaksin dengue 4/212. Kadar titer antibodi netralisasi RBD SARS-CoV-2 pada kelompok yang mendapat vaksin dengue CYD-TDV 97,61 (29,55–98,23)U/mL tidak berbeda bermakna (p = 0,477) dengan kadar titer antibodi netralisasi RBD SARS-CoV-2 pada kelompok yang tidak mendapat vaksin dengue 97,21 (22,08–98,23)U/mL.
Simpulan: vaksin dengue setelah 10 tahun menunjukkan kadar rerata antibodi dari semua serotipe dengue lebih tinggi secara bermakna pada kelompok usia 12–17 tahun, kecuali tidak bermakna terhadap DENV-3. Kejadian COVID-19 pada kelompok vaksin dengue lebih tinggi dibanding kelompok yang tidak dapat vaksin dengue sehingga antibodi dengue tidak memberi perlindungan terhadap COVID-19.

Dengue infection is still a major public health problem in tropical and subtropical countries. Indonesia is second country with highestincidence of dengue cases. In 2011, Indonesia was involved in multi-center research on the chimeric yellow fever tetravalent denguevaccine (CYD-TDV) phase III clinical trial. Real world effectiveness of dengue vaccines after 10 years needs to be evaluated. Thisstudy aims to assess the incidence of hospitalized dengue and evaluate the levels of dengue-neutralizing antibodies after denguevaccine administration three times at 0, 6 and 12 months in Jakarta after 10 years. Besides, to evaluate the incidence of COVID-19and level of SARS-CoV-2 RBD neutralizing antibody titers in dengue vaccine group compared to the non-dengue vaccine group during COVID-19 pandemic. The study design was carried out in a retrospective cohort to assess the history of dengue and COVID-19 and a cross-sectional study to assess the neutralizing antibodies against four dengue serotypes and SARS-CoV-2 IgG RBDneutralizing antibodies in the dengue vaccine group and the control non-dengue vaccine group at five health centers in Senen,Jatinegara, Koja, Tambora and Pasar Minggu in DKI Jakarta from June to December 2022. Results of the study included 419subjects, consisting of 207 in dengue vaccine group and 212 in control group (non-dengue vaccine), with a subset of denguevaccine group of 79 and the control group of 80. Incidence of hospitalized dengue in dengue vaccine group compared non-denguevaccine group was not statistically significant different. At the age of 12–17 years, the CYD-TDV dengue vaccine group had median PRNT neutralizing antibodies titers against DENV-1 737.5 (52–5969) l/dil, DENV-2 1373 (0–11000) l/dil, DENV-3 316.5 (25–3662) l/dil and DENV-4 292.5 (0–1654) l/dil significantly higher than the titers of PRNT neutralizing antibodies in the non-dengue vaccine group, as follow DENV-1 182 (0–68237) l/dil, DENV-2 703 (0–91558) l/dil, DENV-3 205 (0–36091) l/dil and DENV-4 109 (0–35812) l/dil, except for DENV-3 was not significantly different. Meanwhile, in the age 18 years and older, the levels of PRNT neutralizing antibodies against the four dengue serotypes did not differ significantly between the two groups. The incidence of COVID-19 hospitalization after COVID-19 vaccination in the dengue vaccine group 16/207 was found to be significantly higher (p = 0.005) than the group that did not receive the dengue vaccine 4/212. The levels of SARS-CoV-2 RBD neutralizing antibody titers in the group that received the CYD-TDV dengue vaccine was 97.61 (29.55–98.23) U/mL not significantly different (p = 0.477) from the SARS-CoV-2 RBD neutralizing antibody titers in the non-dengue vaccine group 97.21 (22.08–98.23) U/mL. Conclusion: dengue vaccine after 10 years showed that median antibody levels from all dengue serotypes were significantly higher in age 12–17 years, except against DENV-3 was not significantly different. The incidence of COVID-19 in the dengue vaccine group was higher than in the non-dengue vaccine group, therefore dengue antibodies did not provide protection against COVID-19."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library