Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mururul Aisyi
Abstrak :
Thalassemia merupakan kelainan herediter sintesis hemoglobin yang pertama kali digambarkan oleh Cooley dan Lee pada tahun 1925. Setelah tahun 1940 baru diketahui karakter genetik yang sebenarnya dari penyakit ini. Penyakit ini merupakan suatu bentuk homozigot dari kelainan genetik resesif, yang pada keadaan heterozigot menunjukkan manifestasi hematologis lebih ringan. Kondisi homozigot dengan manifestasi klinis yang berat tersebut dikenal sebagai thalassemia mayor, sedangkan bentuk heterozigot dinamakan thalassemia minor. Thalassemia merupakan kelainan genetik tersering di dunia. Kelainan ini terutama ditemukan pada daerah sabuk yang melingkar dari Mediterania ke Timur Tengah, India, Birma dan Asia Tenggara. Di Indonesia, frekuensi pembawa gen penyakit ini sekitar 5%, sehingga dapat diperkirakan akan didapatkan 5000 kasus baru per tahun. Karena adanya penyebaran penduduk, penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Masalah pada penderita thalassemia sangat kompleks dan memerlukan penanganan yang menyeluruh dan terpadu. Masalah yang mungkin timbul dapat berupa anemia kronik sampai kepada kelainan berbagai organ tubuh baik sebagai akibat proses penyakit tersebut maupun efek samping pengobatannya. Di samping masalah medis tersebut di atas penyakit ini juga menimbulkan masalah psikososial yang besar baik bagi penderita maupun lingkungannya. Isolasi sosial, rasa percaya diri yang rendah, prestasi akademik rendah, depresi dan ketakutan akan kematian lebih dini merupakan beberapa dampak yang dapat ditimbulkan akibat perjalanan kronik penyakit Dengan demikian penatalaksanaan penderita thalassemia seyogyanya bersifat holistik baik dare aspek fisis medis maupun psikososial. Pendapat bahwa anak-anak thalassemia lebih rentan terhadap infeksi dibandingkan dengan anak normal telah diterima selama bertahun-tahun. Berbagai penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mungkin terlibat tetapi sejauh ini belum didapatkan hasil yang memuaskan. Kerentanan terhadap infeksi didapat akibat penyakitnya sendiri atau akibat pengoba tan dan tindakan dalam perjalanan penyakit thalassemia. Selain kondisi kelebihan besi dan anemia berat, peningkatan kerentanan terhadap infeksi tersebut diamati terjadi lebih sering pada pasien dan pasca splenektomi. Komponen utama imunitas terhadap infeksi bakteri adalah sistem fagositosis dan proses opsonisasi yang terkait dengan imunoglobulin dan komplemen. Faktor-faktor ini ditemukan tidak berfungsi secara adekuat pada penderita thalassemia khususnya yang telah menjalani splenektomi atau dengan penimbunan zat besi. Splenektomi menyebabkan hilangnya organ dengan fungsi fagositosis dan produksi antibodi. Penderita asplenik berisiko tinggi mendapat infeksi fulminan oleh bakteri berkapsul. Kelebihan besi menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri yang membutuhkan besi untuk pertumbuhannya. Di sisi lain, timbunan besi merusak sel limfosit dan menghambat fungsi-fungsinya terutama aktivitas neutrofil dan monosit terhadap bakteri.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mururul Aisyi
Abstrak :
ABSTRAK
Hiperglikemia adalah efek samping yang umum kombinasi steroid dan L-asparaginase, terjadi paling sering selama kemoterapi fase induksi LLA. Sampai saat ini di Indonesia, belum didapatkan data mengenai kejadian hiperglikemia pada pasien anak dengan LLA pada fase induksi dan bagaimana peranan perbedaan kombinasi L-asparaginase dan jenis steroid yang digunakan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kejadian hiperglikemia pada anak LLA fase induksi, perbedaan prednison dan deksametason dalam kombinasinya dengan L-asparaginase dalam menyebabkan hiperglikemia pada anak dengan LLA dan hubungan faktor-faktor lain dengan kejadian hiperglikemia pada fase induksi LLA.Penelitian ini merupakan studi prospektif analitik dengan desain pre-post test, dilakukan di RSCM, RS Kanker ldquo;Dharmais rdquo; dan RSPAD Gatot Soebroto. Pasien yang akan menjalani kemoterapi fase induksi LLA diperiksa kadar gula darah sewaktu pada minggu ke-3 pretest , minggu ke-4, minggu ke-5 dan minggu ke-6 protokol post test .Dari 57 pasien yang berasal dari 3 Rumah Sakit yang berbeda berhasil dikumpulkan, terbanyak berasal dari RSCM 57,9 disusul RS Kanker ldquo;Dharmais rdquo; 24,6 dan RSPAD Gatot Soebroto 17,5 . Rentang umur pasien berkisar antara 1,4 tahun sampai 15,8 tahun dengan rerata 6,7 tahun. Tidak terdapat perbedaan rerata kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah kombinasi steroid dan L-asparaginase. Tidak didapatkan hubungan antara umur, infiltrasi SSP, leukositosis, sindrom Down, status gizi, riwayat DM pada keluarga, infeksi dan stratifikasi LLA dengan kejadian hiperglikemia. Pemberian deksametason memiliki peluang 10,68 x didapatnya angka di atas rerata perubahan kadar gula darah sewaktu dibandingkan pemberian prednison.Kesimpulan: kejadian hiperglikemia pada penelitian ini adalah 5,2 . Walaupun tidak terdapat perbedaan antara prednison dan deksametason dalam kombinasinya dengan L-asparaginase dalam menyebabkan hiperglikemia, namun deksametason memiliki risiko angka di atas rerata perubahan kadar gula darah sewaktu dibandingkan prednison.
ABSTRACT
Hyperglycaemia is a common side effect of steroid and L asparaginase combinations, occurring most often during LLA induction phase. To date in Indonesia, it has not been obtained data on the incidence of hyperglycemia in children with LLA in the induction phase and how the role of combinations of L asparaginase and different type of steroid used.The purpose of this study is to determine the incidence of hyperglycemia in children LLA induction phase, knowing the difference between prednisone and dexamethasone in combination with L asparaginase in causing hyperglycemia in children with LLA and determine the relationship of other factors related to hyperglycaemia.This study is a prospective analytic study with pre post test design, conducted in RSCM, National Cancer Hospital Dharmais and RSPAD Gatot Soebroto. When undergoing chemotherapy induction phase LLA, blood sugar levels were checked at the 3rd pretest , 4th, 5th and 6th week of protocol post test .Of the 57 patients from three different hospitals that had been gathered, mostly came from RSCM 57.9 followed by the Cancer Hospital Dharmais 24.6 and RSPAD 17.5 . The patient age ranged from 1.4 years to 15.8 years with a mean of 6.7 years. There was no difference in mean blood sugar levels before and after combination of steroids and L asparaginase. There were no relationship between age, CNS infiltration, leukocytosis, Down syndrome, nutritional status, family history of diabetes, infections and LLA stratification with the incidence of hyperglycemia. Dexamethasone has a 10.68 x chance of obtaining a rate above the mean change in blood sugar levels compared to prednisone.Conclusion The incidence of hyperglycemia in this study is 5.26 . Despite no difference between prednisone and dexamethasone in combination with L asparaginase in causing hiperglycaemia, but dexamethasone has a risk to have value above the mean change in blood sugar levels when compared to prednisone.
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library