Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nazaruddin
"Pelaksanaan kegiatan TRIAS UKS yang meliputi Pendidikan Kesehatan, Pelayanan Kesehatan dan Lingkungan sekolah sehat di sekolah yang dibina oleh Tim Pembina UKS secara berjenjang mulai dari TP UKS Kecamatan, TP UKS Kabupaten/Kota, TP UKS Propinsi dan TP UKS Pusat, merupakan kegiatan lintas program dan lintas sektor yang harus dikoordinasikan secara baik.
Pada kenyataannya TP UKS Propinsi Sumatera Barat terdapat masalah dalam melaksanakan koordinasi TP UKS. Untuk itu penulis ingin mengetahui gambaran pelaksanaan koordinasi TP UKS Propinsi Sumatera Barat dalam pembinaan dan pengembangan program UKS tahun 2000.
Penelitian ini merupakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif, Data diperoleh melalui penelusuran data yang terdokumentasi, observasi dan wawancara mendalam terhadap 13 informan TP UKS dan Sekretariat TP UKS Propinsi Sumatera Barat. Informan ini adalah orang-orang yang masuk namanya dalam 5K No.441.5-119-1999 tentang Tim Pembina UKS Propinsi dan memahami serta mengetahui TP UKS dan Sekretariat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan koordinasi TP UKS Propinsi Sumatera Barat dalam pembinaan dan pengembangan program UKS belum efektif. Mengingat koordinasi antar sektor terkait dalam wadah TP UKS Propinsi belum mencapai hasil yang efektif, maka untuk memperoleh daya guna dan hasil guna kegiatan TP UKS Propinsi yang maksimal, disarankan untuk dapat melakukan penyempurnaan SK TP UKS dan Sekretariat serta mengajak para ketua untuk selalu ikut berpartisipasi aktif dalam semua kegiatan TP UKS Propinsi, karena disadari bahwa peran ketua merupakan salah satu kunci keberhasilan koordinasi. Dalam rangka otonomi daerah, tentu diperlukan tenaga profesional dari masing-masing instansi terkait untuk duduk di TP UKS Sekretariat.

Analysis Coordination of Health School Advisory Team Province in Health School Guidance and Improvement, West Sumatera Province, 2000School Health Program activities consist of health education, health services and healthy school environment. Hierarchical advisory teams supervise implementation of these activities according to level of administration, i.e. central, province, district and subdistrict. As an integrated activity, School Health Program needs a close of both inter-programs and inter-sectors coordination.
Implementation of School Health Program in West Sumatera province shows provincial advisory team's lack of coordination. The researcher intends to explore thoroughly coordination aspects of the School Health Program in West Sumatera province during the year 2000.
Design of this research is a case study by using qualitative approach. Data was collected from several sources such as documented reports, observations and in-depth interviews to thirteen informants who were member of advisory team and/or secretariate of the School Health Program of West Sumatera Province. Those informants are listed in governor decree as stated in SK. No. 441.5-119-1999 with regard to Advisory Team of the School Health Program of West Sumatera Province. They know very well the program activities as well team's performance.
This study reveals an ineffectiveness of implementation and development of the School Program in West Sumatera Province. Lack of inter-sectors coordination within West Sumatera Province School Health Program advisory team has been the major cause of this less optimum program effectiveness. To overcome the problem, it is recommended to revise the governor decree and to update the advisory team member. In addition, it is very important to motivate better involvement of the school head in the program. The school head play a major role in program success. Tn the day of a greater local autonomy, the School Health Program demands a lot of professionals staff of many relevant disciplines to organize Secretariate of West Sumatera Province School Health Program Advisory Team."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T5095
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nazaruddin
"Tesis ini menganalisa bagaimana out put kualitas yang dihasilkan oleh Pusat Peralatan Militer TNI AD, dalam kriteria, fungsi, aman dipakai, ergonomi, dan performance dengan subkriteria variabel elemen, kemampuan daya tembak, daya gerak, operasional, pemeliharaan, suku cadang, fleksibilitas, kekhususan, kompetitif, tahan model, original serta bagaimana strategi yang memungkinkan Indonesia dapat survival dalam mengantisipasi pengaruh perkembangan teknologi dalam dunia peralatan militer.
Penggunaan Metoda Analytical Hierarchy Process (AHP), generasi Hierarchical Preference Analysis (Hipre 3 +) memperoleh suatu keputusan alternatif dan prioritas strategi yang berjalan saat ini dan alterternatif perencanaan strategi yang konprehensif diimplementasikan sebagai antisipasi masa depan secara proporsional. Strategi yang ditampilkan terdiri tiga alternatif yakni, Statis, sebagai kelanjutan keberadaan yang ada baik dari segi kepemimpinan, operasional maupun fasilitas tanpa ada perubahan yang signifikan. Perubahan bertahap dengan pembenahan baik disisi Standar operasional prosedur (SOP), kepemimpinan, kultur kerja yang lebih modren serta pendukung fasilitas secara bertahap dan terprogram. Perubahan dinamis, suatu tantangan yang memerlukan penyesuaian secara keseluruhan dengan mengadakan perubahan secara modrenisasi.
Hasil yang diperoleh dari ketiga alternatif prioritas kriteria dalam penelitian ini sesuai dengan kondisi saat ini adalah implikasi prioritas menggunakan strategi perubahan bertahap.
This thesis analyses the output quality achieved by the TNI AD Military Equipment center, utilizing the criteria of: safety, ergonomic, and performance and variable sub criteria of shooting ability, active ability, easements operation of maintenance, availability of spare parts, flexibility, unique nets, competitiveness, model duration, originality, including a possible strategy that enables Indonesia to survive in anticipating the impact of technological development in the field of military equipment.
The use of Analytical Hierarchy Process (AHP), Hierarchical Preference Analysis (Hipre 3 +) generation results in alternative decision and priority strategy that is valid at this moment and an alternatives strategy planning which is comprehensive to implement in anticipation for the future. The strategy shown is made up of three alternatives: Static, which is to continue the existence from the point of leadership, operational, and without significant change. Gradual change means restoring from the point of Operational Standard Procedure (OSP), leadership, modernized work culture with accommodating facility gradually and programmed. Dynamic change, which means adaptation of the wholly modem change.
The result obtained from the three alternative priorities in this research which is appropriate for the present condition, is the strategy by gradual change.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11394
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nazaruddin
"Pokok bahasan pada Tesis ini adalah dampak penyelenggaraan jasa Telepon Internet. Penelitian dilakukan dengan mempelajari pertumbuhan pemakai, penyelenggara dan perkembangan teknologi Telepon Internet yang akan memberikan dampak terhadap penyelenggaraan jasa telekomunikasi. Pada Tesis ini juga dihitung dampak penyelenggaraan Telepon Internet terhadap trafik telepon internasional di Indonesia.
Pada awalnya, Telepon Internet digunakan sebagai sarana komunikasi komputer ke komputer diantara para pemakai Internet. Saat ini Telepon Internet telah menjadi sarana komunikasi suara yang dipergunakan oleh para pemakai telepon. Telepon Internet oleh kalangan bisnis dan kalangan konsumer telah dijadikan sarana untuk melakukan panggilan telepon internasional dengan tarif yang rendah. Bagi penyelenggara Telekomunikasi, Telepon Internet merupakan ancaman karena dapat mengambil sebagian pendapatannya dan bagi bukan penyelenggara telekomunikasi, Telepon Internet merupakan peluang untuk menyelenggarakan jasa telepon secara global dengan menggunakan jaringan komunikasi data sebagai sarananya.
Sebagai hasil dari penelitian memperlihatkan bahwa, (1) dampak penyelenggaraan Telepon Internet terhadap trafik telepon internasional kecil, tetapi jika regulator mengijinkan adanya penyelenggara jasa Telepon Internet akan memberikan dampak yang cukup serius sebab mereka dapat menawarkan tarif pungut yang lebih rendah dan akan mem-bypass tarif akunting dan (2) tumbuhnya penyelenggara jasa Telepon Internet secara global telah menyebabkan terjadinya perubahan tatanan pada penyelenggaraan telekomunikasi. Pemisahan penyelenggaraan jasa telekomunikasi yang berdasarkan kepada dasar dan non dasar, saat ini sudah tidak dapat dilakukan lagi karena keduanya sudah dikirimkan dalam bentuk digital. Di masa depan pemisahan penyelenggaraan jasa telekomunikasi dapat dipisahkan berdasarkan jaringan dan isinya.

The effect of growth Internet Telephony is a subject in this thesis. Observation in this thesis made by study the growth of user, service provider and development of the technologies in the Internet Telephony that can give effect on telecommunication services. In this thesis, the effect of Internet Telephony on the international telephone traffic in Indonesia are also presented.
From being seen as a hobbyist?s activity for Internet user to their friend via computer, Internet telephony has became a competing method of voice transmission for all telephony user. Internet Telephony for business and consumers, it promises to provide international calling with low tariff. For Telecommunications Company, Internet Telephony threatens to take revenues away. For non telecommunications company, Internet telephony is the opportunities to offer worldwide telephone service using data network as a backbone.
The result show that (1) the effect of Internet Telephony on the International telephone traffic is not significant, but if the regulator allow Internet Telephony Service Provider offer Internet Telephony services in Indonesia the effect will be significant because they can offer with low tariff and bypass the accounting rate system and (2) the growth of the global Internet Telephony is causing a major paradigm shift in the telecommunications. The present day technology does not allow a distinction between basic and non basic telecommunication services, since both are transmitted in digital. The distinction in the future is in the infrastructure and content telecommunication services."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nazaruddin
"Penelitian bertujuan menganalisis pengaruh kualitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah APIP, kualitas SDM pengelola keuangan negara, temuan Sistem Pengendalian Internal dan Ketidakpatuhan serta TLHP terhadap opini BPK dengan menggunakan sampel 56 Kementerian Lembaga selama empat tahun 2010 s.d 2013. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kualitas APIP yang baik dan TLHP yang tinggi meningkatkan kemungkinan K/L memperoleh opini WTP, sedangkan tingginya temuan SPI dan temuan ketidakpatuhan menurunkan kemungkinan K/L memperoleh opini WTP. Kualitas SDM PKN tidak berpengaruh terhadap opini BPK. Implikasi penelitian adalah K/L harus meningkatkan kapabilitas APIP berdasarkan hasil assessment Internal Audit Capability Model IACM dan segera menindaklanjuti rekomendasi auditor BPK atas temuan audit.

The purpose of this research is to analyze factors affecting audit opinion conducted by the Audit Board of the Republic of Indonesia BPK RI. Five variables being tested are internal audit quality, human resources quality, internal control findings, compliance findings, and post audit rectification. Using a sample of 56 Ministries Agencies from 2010 to 2013, this research empirically found that internal audit quality and post audit rectification have a significant positive effect on audit opinion, while internal control findings and compliance findings have a significant negative effect on audit opinion. Our results suggest that ministries or agencies should be enhance their internal audit capability based on Internal Audit Capability Model IACM assessment and follow the audit findings recommendation by BPK."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T47198
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nazaruddin
"Universitas Indonesia mengkonversi sebuah bus listrik (EV-BUS) dengan sumber energi dari baterai utama 384 VDC 300 AH dan baterai sekunder 25,8 VDC 100 AH. Tenaga diteruskan untuk penggerak utama 200 kW dengan motor BLDC, AC 15 kW, sistem kemudi hidrolik 7,5 kW, kompresor 4 kW untuk sistem pengereman, masing-masing dengan motor induksi, dan 2,4 kW untuk aksesori lainnya. Diharapkan daya listrik 7,5 kW ini dapat direduksi oleh sistem kemudi listrik hingga 20%. Penelitian ini dalam rangka konversi sistem kemudi hidrolik (HPS) menjadi sistem tenaga listrik (EPS). Sistem kemudi elektrik dipilih karena pengoperasiannya yang ringan dan kemudahan dalam pengontrolannya. Sistem kemudi elektrik ini menggunakan motor booster sebagai penggerak bantu pengemudi dalam menggerakkan batang kemudi. Posisi booster motor akan mempengaruhi bentuk gerak dinamis secara keseluruhan dari sistem EPS.
Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan data sistem kemudi pada kendaraan skala besar, untuk menijau perkembangan sistem kemudi elektrik khususnya pada jenis bus. Bus yang akan didata meliputi jenis bus dengan mesin pembakaran dalam dan juga bus listrik yang ada saat ini. Saat ini EV-Bus Molina UI menggunakan jenis hydraulic power steering yang akan dikonversi menjadi electric power steering. Perbedaan nyata antara kendaran ukuran kecil (city car) dan bus besar adalah jarak yang jauh dari kolom kemudi dan sumbu roda depan, yaitu sejauh 2380 mm, sekitar dua kali lipat dari kendaraan ukuran kecil. Struktur yang terlibat dalam sistem ini adalah wheel drive, steering column, lower steering column, rack and pinion gear, assist motor, drop link, drag link, drop link extension, drag link extension, tie rod, knuckle, kingpin, tyre, axle beam dan beberapa lainnya. Hubungan antar komponen-komponen ini dari roda kemudi sampai roda akan dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan model dinamik sistem kemudi pada EV-Bus ini. Nilai kekakuan, inersia, dan redaman setiap link akan mempengaruhi torsi pengemudi dan motor bantu sebagai fungsi kecepatan roda pada bus listrik ini. Struktur kemudi EV-Bus terdiri dari struktur truss dan struktur frame dengan mekanisme kinematik yang terdiri dari dua hubungan empat batang yang disatukan. Dalam keadan statik, roda depan menerima beban vertikal 60000 N, dengan koefisien gesek 0,7, diperlukan gaya pada tie rod sebesar 29.000 N. Pemilihan material S45C JIS 4051 ekivalen dengan KS 1045 aman untuk struktur kemudi ini. Tegangan von misses paling besar terjadi drop link extension sebesar 190,72 MPa dengan faktor keamanan terkecil sebesar 3. Dengan kecepatan belok roda depan sebesar sekitar 0,548 m/s, maka diperlukan minimal daya sebesar 3,3 kW. Jenis motor listrik sebagai assist motor adalah motor AC asynchronous dengan peletakkan motor pada tie rod

University of Indonesia converted an electric bus (EV-BUS) with an energy source from a 384 VDC 300 AH main battery and a 25.8 VDC 100 AH secondary battery. Power is transmitted to the 200 kW prime mover with BLDC motor, 15 kW AC, 7.5 kW hydraulic steering system, 4 kW compressor for braking system, each with induction motor, and 2.4 kW for other accessories. It is expected that this 7.5 kW electric power can be reduced by an electric steering system by up to 20%. This research is in the context of converting a hydraulic steering system (HPS) into an electric power system (EPS). The electric steering system was chosen because of its light operation and ease of control. This electric steering system uses a booster motor as a driving force to assist the driver in moving the steering rod. The position of the booster motor will affect the overall dynamic form of the EPS system.
This research begins with collecting steering system data on large-scale vehicles, to review the development of the electric steering system, especially on the type of bus. The buses that will be recorded include the types of buses with internal combustion engines as well as the current electric buses. Currently, the Molina UI EV-Bus uses a hydraulic power steering type which will be converted to electric power steering. The real difference between a city car and a big bus is the distance from the steering column and the front axle, which is 2380 mm, about twice that of a small vehicle. The structures involved in this system are wheel drive, steering column, lower steering column, rack and pinion gear, motor assist, drop link, drag link, drop link extension, drag link extension, tie rod, knuckle, kingpin, tire, axle beam. and some others. The structures involved in this system are wheel drive, steering column, lower steering column, rack and pinion gear, motor assist, drop link, drag link, drop link extension, drag link extension, tie rod, knuckle, kingpin, tire, axle beam. and several others. The relationship between these components from the steering wheel to the wheels will be used as the basis for developing a dynamic model of the steering system on this EV-Bus. The value of stiffness, inertia, and damping of each link will affect the torque of the driver and auxiliary motor as a function of wheel speed on this electric bus. The steering structure of the EV-Bus consists of a truss structure and a frame structure with a kinematic mechanism consisting of two four-bar linkages joined together. In the static state, the front wheel receives a vertical load of 60000 N, with a coefficient of friction of 0.7, the required force on the tie rod is 29,000 N. The material selection of S45C JIS 4051 equivalent to KS 1045 is safe for this steering structure. The greatest von misses stress occurs in drop link extension of 190.72 MPa with the smallest safety factor of 3. With a front wheel turning speed of about 0.548 m/s, a minimum power of 3.3 kW is required. The type of electric motor as an assist motor is an asynchronous AC motor with the motor placed on the tie rod.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pepen Nazaruddin
"Perkawinan dan perceraian di usia muda dipandang sebagai suatu masalah sosial yang perlu dihindari oleh pemuda. Fenomena kehidupan modern lebih mengharapkan pemuda untuk menekuni dunia pendidikan dan menekuni kegiatan lain yang bertujuan untuk pengembangan masa remaja. Kawin muda dan perceraian yang dilakukan oleh pemuda dianggap sebagai suatu hal yang janggal dan perlu dihindari karena akan menimbulkan berbagai macam akibat seperti munculnya masalah sosial keluarga retak, anak terlantar, anak nakal, wanita rawan sosial dan berlajutnya kemiskinan. Dengan melihat dampak negatif kawin muda dan perceraian dimaksud maka wajar saja bila perkawinan usia muda dan perceraian dipandang sebagai masalah sosial. Akan tetapi peristiwa ini selalu terjadi di Indramayu, bahkan Indramayu diidentikan dengan daerah kawin cerai dengan segala eksesnya seperti dikenalnya Indramayu sebagai daerah pemasok pekerja seksual Untuk mengetahui sampai sejauh mana peristiwa kawin muda dan perceraian terjadi di Indramayu serta mengapa daerah Indramayu kerapkali diidentikkan dengan daerah kawin cerai, serta untuk mengetahui apakah perkawinan usia muda dan perceraian menurut masyarakat Indramayu adalah merupakan masalah sosial atau bukan masalah, terlebih dahulu perlu diketahui secara lebih mendalam sikap penduduk Indramayu terhadap peristiwa kawin muda dan perceraian. Untuk itu perlu dipahami penafsiran penduduk terhadap makna kawin muda dan perceraian berdasarkan perspektif/pandangan mereka sendiri. Upaya untuk memahami makna kawin muda dan perceraian dari sudut pandang mereka itu dilakukan dengan serangkaian kegiatan penelitian deskriptif.
Penelitian ini lebih ditekankan pada upaya pemahaman makna dengan menggunakan beberapa konsep dari teori Interaksi Simbolis. Penggunaan konsep-konsep dari teori Interaksionsime Simbolik dianggap sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui makna kawin muda dan perceraian karena pada dasarnya teori Interaksionisme Simbolis mengandung beberapa konsep seperti konsep sudut pandang (point of view), konsep interpretasi/penafsiran makna dan simbol (meaning and symbols), konsep saling memahami makna (interaksi simbolis) dan konsep lainnya. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa masalah sosial kawin muda dan perceraian ditafsirkan oleh informan sebagai suatu masalah sosial yang perlu dihindari. Akan tetapi terdapat informan yang menafsirkan makna kawin dan bercerai di usia muda sebagai suatu solusi/alternatif pemecahan masalah. Konsekuensinya di antara mereka ada yang melaksanakan perkawinan dan perceraian di usia muda. Walaupun demikian perkawinan usia muda dan perceraian itu sendiri bukanlah kebiasaan atau bahkan budaya mereka karena peristiwa itu hanyalah hasil kompromi anggauta masyarakat yang menjadi informan dengan masalah yang dihadapi pada saat itu. Oleh karena itu makna kawin muda dan perceraian itu sendiri terus menerus disempurnakan. sesuai dengan dinamika kemampuan berpikir mereka."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Muslim Nazaruddin
"Latar belakang: Kapasitas difusi paru berdasarkan karbon  ke  sirkulasi pulmoner. Nilai DLCO prediksi pada asma cenderung normal atau sedikit monoksida (DLCO) didesain untuk mengukur laju perpindahan gas CO dari alveolus meningkat sedangkan pada PPOK kapasitas difusi cenderung menurun akibat emfisema. Sindrom tumpang-tindih asma-PPOK dinyatakan sebagai entitas yang unik dengan kombinasi karakteristik asma dan PPOK. Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui nilai DLCO pada pasien tumpang tindih asma- PPOK (TAP) di RSUP Persahabatan Jakarta.
Metode: Uji DLCO dengan metode napas tunggal dan beberapa pemeriksaan penunjang lainnya telah dilakukan pada 40 pasien yang terdiagnosis sebagai TAP. Diagnosis TAP pada subjek penelitian ditegakkan menggunakan kriteria pedoman GINA/GOLD 2017. Kriteria akseptabilitas dan reprodusibilitas DLCO napas tunggal dinilai menggunakan kriteria dari ATS/ERS 2017. Hasil uji DLCO disajikan dalam nilai mutlak dan nilai persen prediksi.
Hasil: Rerata nilai DLCO mutlak dan %DLCO prediksi yang didapatkan dalam penelitian ini adalah 17.98 ± 5.37 mL/menit/mmHg dan 84.16 ± 18.29%. Jika menggunakan persamaan penyesuaian DLCO berdasarkan kadar hemoglobin didapatkan nilai %DLCO prediksi sedikit meningkat dibanding sebelumnya. Terdapat 10 subjek (25.0%) yang mengalami penurunan nilai DLCO. Enam diantaranya mengalami penurunan ringan dan empat lainnya mengalami penurunan sedang.
Kesimpulan : Rerata nilai DLCO pada subjek TAP di RSUP Persahabatan Jakarta dapat diinterpretasikan normal, lebih menyerupai asma dibandingkan PPOK. Hasil ini juga mengindikasikan kebanyakan pasien TAP dalam penelitian ini tidak mengalami penurunan luas permukaan alveolar yang mengganggu proses difusi

Background: Diffusing capacity of the lung for carbon monoxide (DLCO) was designed to measure transfer rate of carbon monoxide from alveoli to pulmonary circulation. As we know, DLCO predicted value in asthma proved to be normal or slightly elevated. On contrary it decreased in COPD with emphysematous pattern. Asthma–chronic obstructive pulmonary disease overlap (ACO) declared as a unique entity with combined characteristics between asthma and COPD. The aim of the research is to find out DLCO value of ACO patient in Persahabatan Hospital, Jakarta.
Method: We have conducted single-breath DLCO and other required test to 40 patients diagnosed with ACO using GINA/GOLD 2017 guidelines. The acceptability and reproducibility of single-breath DLCO was done according to ATS/ERS 2017 criteria. The result then presented as absolute value and percent predicted value.
Results: The mean DLCO of our patient is 17.98 ± 5.37 mL/minute/mmHg with percent predicted value is 84.16 ± 18.29%. Using adjusted DLCO equation for hemoglobin, we found that the value is slightly increased, 85.17 ± 18.04%. However, we found 10 patient (25.0%) with DLCO decrease. Six of them have DLCO predicted value <75% (mild-decrease) and four of them have DLCO predicted value <60% (moderate-decrease).
Conclusion: The mean DLCO value of patient with ACO in our hospital can be interpreted as normal, similar with asthma, rather than COPD. It also indicate most of our patient did not have alveolar loss that altering diffusion process.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
HM Nazaruddin
1988
T36473
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kemas Nazaruddin
"ABSTRAK
Farmasi Rumah Sakit adalah salah satu bagian yang penunjang dan menyempurnakan semua pelaksanaan fungsi Rumah Sakit terutama dalam menunjang pelayanan penderita. Telah dilakukan penelitian dengan cara survey dan wawancara langsung di Farmasi Rumah Sakit dari Rumah Sakit di Jakarta, untuk mengetahui secara dekat mengenai pola distribusi obat dan alat kesehatan, sebagai salahsatu aktivitas Farmasi Rumah Sakit. Hasil penelitian 1. Farmasi Rumah Sakit hanya akan berfungsi dengan baik dan tepat jika ditunjang oleh unsur-unsur manajemen, organisasi, fasilitas, sarana, personalia, sistim distribusi dan unsur-unsur lainnya yang sesuai dan tepat tanpa melupakan Rumah Sakit sebagai induknya. 2. Menciptakan satu sistem dan prosedur dalam penggelolaan Farmasi Rumah Sakit yang harus memenuhi pelayanan cepat dan tepat, memerlukan suatu metode yang khas dengan memperhatikan pelbagai faktor intern dan ekstern Rumah Sakit. 3. Sistem distribusi obat dan alat kesehatan yang digunakan di ke 4 Rumah Sakit yang di survey adalah kombinasi antara "Individual Prescription Order System " dengan Complete Floor Stock System yang sudah dimodifikasi sesuai dengan kondisi masing-masing Rumah Sakit, Dua Rumah Sakit diantaranya selin memakai sistem tersebut diatas, juga menerapkan sistem dosis unit yang disesuaikan dengan kondisi Rumah Sakit tersebut."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1984
S31793
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>