Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nina Dwi Putri
Abstrak :
ABSTRAK Latar Belakang. Sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS) jarang ditemukan pada anak. Kesintasan kehidupan anak SNRS pada umumnya baik. Akan tetapi, anak SNRS sering mengalami penurunan fungsi ginjal dan pada perjalanan penyakitnya dapat mengalami end stage renal disease (ESRD). Tujuan. Mengetahui kesintasan kehidupan dan fungsi ginjal anak SNRS pada tahun ke-1, 2, 3, 4, dan 5. Mengetahui pengaruh usia, fungsi ginjal, dan hipertensi saat awitan serta tipe resistensi terhadap kesintasan kehidupan dan fungsi ginjal anak SNRS. Metode. Penelitian kohort retrospektif dengan menggunakan data sekunder berupa rekam medis anak SNRS yang datang berobat ke Poliklinik Nefrologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak dan praktik swasta konsultan Divisi Nefrologi dalam periode Januari 2000-Januari 2011. Kesintasan fungsi ginjal yang dinilai pada penelitian ini adalah kenaikan kreatinin ≥2 kali dan ESRD. Hasil. Sebanyak 45 anak SNRS diikutsertakan dalam penelitian. Lama sakit adalah 24 (rentang 3-95) bulan. Sebanyak 20% anak meninggal dunia, 31,1% anak mengalami kenaikan kreatinin ≥2 kali, dan 13,4% anak menjadi ESRD pada akhir penelitian. Kesintasan kehidupan anak SNRS pada tahun ke-1, 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut adalah 93, 84, 80, 72, dan 61%. Kesintasan anak SNRS terhadap terjadinya kenaikan kreatinin ≥2 kali pada tahun ke-1, 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut adalah 92, 72, 56, 42, dan 34%. Kesintasan anak SNRS terhadap terjadinya ESRD pada tahun ke-1, 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut adalah 97, 88, 81, 70, dan 58%. Usia, fungsi ginjal, hipertensi saat awitan dan tipe resistensi tidak berpengaruh terhadap kesintasan kehidupan, kenaikan kreatinin ≥2 kali, maupun terjadinya ESRD (semua nilai p>0,05). Simpulan. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa anak SNRS rentan untuk mengalami kenaikan kreatinin ≥2 kali dan ESRD. Faktor-faktor prognostik yang dipikirkan mempengaruhi kesintasan kehidupan dan fungsi ginjal seperti usia, fungsi ginjal dan hipertensi saat awitan serta tipe resistensi tidak terbukti berperan dalam kesintasan.
ABSTRACT
Background: Steroid resistant nephrotic syndrome (SRNS) is seldom found in children. Children with SRNS generally have good survival although during the course of the disease may develop decreased kidney function, leading to end stage renal disease (ESRD). Data on survival of children with SRNS is still scarce. Objective: To determine survival in children with SRNS on the first, second, third, fourth and fifth year; to study the effect of age at onset, initial kidney function, hypertension and type of resistance towards the survival of children with SRNS. Method: A retrospective cohort is performed using secondary data obtained from medical record of outpatient and inpatient clinic from Division of Nephrology, Department of Child Health, Cipto Mangunkusumo Hospital as well as private clinic of the Pediatric Nephrology consultant from January 2000-January 2011. Kidney survival was determined as doubling of base creatinine levels and ESRD. Results: This study includes 45 children with SRNS. Median time of illness was 24 (range 3-95) months. Twenty percent died due to various reasons; 31.1% had a doubling of base creatinine levels and 13.4% develop ESRD. Survival on the first, second, third, fourth and fifth year are 93, 84, 80, 72 and 61% respectively. Kidney survival on the first, second, third, fourth and fifth year towards doubling of base creatinine levels are 92, 72, 56, 42 and 34%, whereas towards ESRD are 97, 88, 81, 70 and 58% respectively. Age at onset, initial kidney function, hypertension and type of resistance does not affect the survival of children with SRNS (all P>0.05). Conclusion: Children with SRNS is prone to develop a doubling of base creatinine levels and ESRD. Factors such as age at onset, initial kidney function, hypertension and type of resistance does not affect the survival of children with SRNS.
2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Dwi Putri
Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia , 2018
617.22 NIN b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Dwi Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Infeksi CMV merupakan penyebab infeksi kongenital tersering di dunia yang menyebabkan kematian maupun kecacatan permanen misalnya keterlambatan perkembangan, gangguan pendengaran dan penglihatan. Prevalensi CMV dipengaruhi oleh letak geografis, status sosial ekonomi dan etnis. Prevalensi CMV kongenital di Amerika berkisar 0,5-1 , sementara di Negara berkembang 0,6-6,1 . Di Indonesia belum terdapat data prevalensi CMV kongenital. Penelitian ini adalah penelitan potong lintang untuk mengetahui prevalensi infeksi CMV pada neonatus yang lahir di RSCM. Penelitian dilakukan dari bulan Oktober 2016 sampai April 2017. Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan teknik consecutive sampling tanpa randomisasi, mengikutsertakan semua neonatus berusia kurang dari 21 hari. Sampel urin dilakukan polymerase chain reaction PCR dan sequencing. Neonatus yang terinfeksi akan menjalani skrining kelainan fungsi pendengaran, penglihatan dan USG kepala serta pemantauan selama 6 bulan. Sebanyak 12 dari 205 5,9 subjek penelitian, terinfeksi CMV atas dasar pemeriksaan PCR dan sequencing CMV urin. Sebanyak 5 dari 12 bayi yang terinfeksi CMV menjalani perawatan dengan diagnosis sepsis dan prematuritas. Satu orang bayi yang terinfeksi CMV meninggal. Prevalensi infeksi CMV pada neonatus di RS Cipto Mangunkusumo adalah 5,9 . Sebanyak 2 subjek merupakan infeksi simtomatik, sementara 10 subjek asimtomatik. Manifestasi klinis yang terlihat adalah gejala sistemik berupa viral-like sepsis, kolestasis, trombositopenia, dan gejala neurologis berupa ventrikulomegali.
ABSTRACT CMV infection is the commonest cause of congenital infection, causing death or permanent disability such as delayed growth, hearing and sight problems. Prevalence of CMV infection is influenced by geographical location, socio economic status, and ethnicity. Prevalence of CMV infection in the US is around 0.5 1 , while in the developing countries varies from 0.6 6.1 . In Indonesia the prevalence of congenital CMV infection is unknown. This study is a cross sectional study to determine the prevalence of congenital CMV infection among neonates in Cipto Mangunkusumo hospital, held from October 2016 to April 2017. Subjects were recruited through consecutive sampling without randomization, from all neonates below 21 days old. Urine sample are collected for polymerase chain reaction PCR and sequencing of CMV. Infected neonates were screened for hearing and sight problems, brain ultrasound, and given a follow up program for 6 months. Twelve out of 205 subjects 5.9 were infected with CMV according to urine PCR and sequencing results. Five of them underwent hospitalization in the NICU due to sepsis and prematurity. One died during follow up. Prevalence of congenital CMV infection in Cipto Mangunkusumo hospital is 5.9 . Two subjects were considered as symptomatic infection, while the other ten asymptomatic. Clinical manifestation were systemic symptoms such as viral like sepsis, cholestasis, thrombocytopenia, and ventriculomegaly.
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library