Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurhayati
Abstrak :
Ruang lingkup dan cara penelitian: Sampai saat ini malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di daerah tropis. Plasmodium vivax merupakan spesies penyebab malaria setelah P. falcifarum dan menyebabkan angka kesakitan yang tinggi. Akhir-akhir ini telah banyak laporan tentang parasit yang muncul kembali di dalam darah (rekurens) setelah diobati dengan klorokuin, sewaktu kadar klorokuin diperkirakan masih efektif, sehingga perlu dilakukan evaluasi efikasi klorokuin. Adanya variasi yang besar pada farmakokinetik klorokuin perlu dilakukan pengukuran kadar klorokuin dalam darah untuk membuktikan apakah rekurens disebabkan oleh parasit resisten. Oleh karena itu, telah dilakukan penelitian prospektif secara in vivo di daerah hiperendemik malaria, Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur terhadap 32 orang penderita malaria vivax yang diobati dengan kiorokuin dosis standar (25 mg/kg, selama 3 hari). Pasien tersebut diamati selama 28 hari terhadap parasitemia dan gejala klinis, kemudian dikonfirmasikan dengan kadar klorokuin dalam darah mereka. Hasil dan Kesimpulan: Klorokuin efektif terhadap P. vivax pada 34, 4% (11/32) penderita. Sebanyak 65, 6% (21/32) mengalami kegagalan pengobatan dalam 28 hari. Tujuh belas orang mengalami kegagalan pengobatan sewaktu kadar klorokuin melebihi atau sama dengan kadar terapeutik minimal (100 ng/ml), sehingga parasit P. vivax terbukti resisten, sedangkan pada 4 orang kadar klorokuin dalam darah tidak terukur dan tidak terbukti resisten. Dan 17 orang tersebut, 5 orang mengalami kegagalan pengobatan pada hari ke-7 atau sebelumnya. Disimpulkan bahwa angka kegagalan pengobatan klorokuin terhadap P. vivax di Nusa tenggara Timur ialah 65, 6% dan angka resistensi 53,1%.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T10971
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati
Abstrak :
Keaspekan merupakan salah satu makna kewaktuan yang bersifat semesta. Baik bahasa beraspek maupun bahasa takberaspek mampu mengungkapkan makna keaspekan tersebut. Keterkaitan antara keaspekan dan makna kewaktuan lain, yaitu keaksionalan dan kekaiaan, menyebabkan banyak ahli bahasa merumuskan ketiga konsep tersebut secara tumpang tindih. Di satu kelompok mereka merasa tidak perlu memisahkan keaspekan dan keaksionalan (lihat Verkuyl 1993), sementara kelompok lain berpendapat bahwa keaspekan, keaksionalan, dan kekaiaan harus diperlakukan sebagai konsep yang terpisah (lihat Bache 1997). Penelitian ini bertujuan meneliti kesemestaan konsep keaspekan, khususnya keimperfektifan, dengan berpijak pada pendapat yang menyatakan bahwa keaspekan harus dipisahkan dari keaksionalan dan kekalaan meskipun ketiganya berhubungan sangat erat. Ancangan tersebut acapkali disebut sebagai ancangan komposisional. Dengan menggunakan ancangan tersebut, kita dapat menentukan makna dasar keaspekan dan makna yang dihasilkan dari interaksi antara keaspekan, keaksionalan, dan kekalaan. Sifat kesemestaan tersebut diuji dengan menggunakan metode analisis kontrastif, yaitu membandingkan dua bahasa yang sistem pengungkapan keimperfektifannya berbeda. Kedua bahasa itu ialah bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Bahasa Inggris adalah contoh bahasa beraspek. Dalam mengungkapkan keimperfektifan, bahasa tersebut mempunyai peranti gramatikal yang berupa bentuk progresif, yaitu be-ing yang melekat pada predikat verba. Sementara itu, bahasa Indonesia adalah contoh bahasa takberaspek. Untuk mengungkapkan keimperfektifan, penutur bahasa Indonesia menggunakan pemarkah leksikal tertentu. Penggunaan novel berbahasa Inggris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia sebagai data didasari oleh kesistematisan pengungkapan keimperfektifan dalam bahasa Inggris, sementara dalam bahasa Indonesia, pemarkahan keimperfektifan yang sistematis, setahu saya, belum dirumuskan. Berdasarkan fakta tersebut, penelitian ini juga mempunyai tujuan menemukan pemarkah pemarkah yang berpotensi mengungkapkan keimperfektifan dalam bahasa Indonesia, serta merumuskan persamaan dan perbedaan sistem pengungkapan keimperfektifan tersebut. Hasil analisis data menunjukkan bahwa secara konseptual, bahasa Indonesia mampu mengungkapkan makna dasar keimperfektifan serta maka hasil interaksi antara keaspekan, keaksionalan, dan kekalaan yang terdapat dalam metabahasa dan dalam bahasa Inggris. Perbedaan sistem pengungkapan yang ditemukan disebabkan oleh perbedaan fungsi pragmatis antara dua bahasa tersebut. Di dalam bahasa Inggris, persesuaian antara bentuk progresif dan pemunculan elemen-elemen tertentu menentukan kegramatikalan suatu kalimat atau klausa. Sebaliknya, jika elemen-elemen yang mengimplikasikan keimperfektifan muncul dalam kalimat/klausa bahasa Indonesia, pemarkah keimperfektifan tidak harus diungkapkan secara eksplisit. Kesan bahwa penutur bahasa Indonesia merasa tidak perlu menggunakan alat keaspekan dalam berkomunikasi disebabkan oleh keleluasaan penutur dalam mengungkapkan situasi secara netral. Dalam bahasa Inggris, penutur jarang mengungkapkan situasi secara netral karena penggunaan bentuk verba simpleks atau progresif menghasilkan tafsiran pemfokusan situasi tertentu atau menghasilkan tafsiran penggambaran situasi yang legap. Oposisi bentuk verba simpleks vs. verba progresif dengan kala kini menghasilkan oposisi makna keimperfektifan vs. kehabitualan, sedangkan oposisi bentuk verba simpleks vs. verba progresif dengan kala lampau menghasilkan oposisi makna keimperfektifan vs. keperfektifan. Perbedaan lain disebabkan oleh sifat pertelingkahan antara pemarkah keimperfektifan dengan elemen-elemen lain yang berbeda antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Di dalam bahasa Inggris, kata still atau always dapat berkombinasi dengan predikat verbal berbentuk progresif, sedangkan dalam bahasa Indonesia, kata masih atau selalu harus berkombinasi dengan bentuk predikat simpleks. Sebaliknya, di dalam bahasa Indonesia, pemarkah keimperfektifan dapat berkombinasi dengan predikat nonverbal, sedangkan di dalam bahasa Inggris, tipe kombinasi itu hampir tidak ditemukan.
Aspectuality is one of the universal temporal-meanings found both in an aspect language and in a nonaspect language. The other temporal meanings are actionality and temporality. They are realized grammatically or lexically. The three meanings interact closely to express a situation perceived by the lectionary agent in a sentence or a clause. The close relationship has caused some grammarians conceive aspect and tense as the same concept (Comrne 1976:1). Other grammarians such as Lyons (1977), Alive (1992), and Verkuyl (1993) have also conceived the concept of aspectuality and actionality as one concept with different realizations. Beside the two groups, there are other grammarians such as Brinton (1988), Smith (1991), and Bache (1997) that have treated actionality and aspectuality as different concepts, Their argument was aimed to solve the problem of the confusing definitions of aspect and Aktionsart. Bache (1997:12) even said that aspect, action, and tense should be kept distinct as separate categories. This research aimed at proving that the features of the universal concept of aspectuality, especially imperfectivity can be expressed in a non-aspect language. This research is based on the notional approach that differenciates aspectuality from actionality and temporality in a sentence. The three meanings interact thightly. By using that approach, we could establish the basic meaning of aspectuality and meanings derived from the interaction among aspectuality, actionality, and temporality of object languages. To analize the universal meanings, I contrasted two object languages, English and Indonesian, which have different systems of expressing imperfectivity. English is an example of an aspect language. It has a grammatical form to express imperfective meaning. That form is be-ing embedded in a verbal predicate. In contrast, Indonesian is one of the nonaspect languages. It expresses the imperfective meaning by using certain lexical markers. The data contrasted consist of some English sentences and their translations in Indonesian, I chose the type of the data because I assumed that imperfectivity is expressed systematically in English, whereas, as far as I know, the system of expressing imperfectivity in Indonesian has not been established systematically. Based on the fact above, the aim of this research is also to find out the potential imperfective marker of Indonesian. By finding out the markers, we could describe the similarities and the differences of the two systems. The result could be used as a test frame to prove whether Indonesian sentences or clauses theoretically containing the imperfective markers are always translated into English by using progressive form. One of he findings of the research showed that Indonesian could express both the basic imperfective meaning and their interactional meaning as English does. The different system of expressing imperceptivity is as a result of the different feature of grammaticality and pragmatically function between the two languages. In English, the concord relation between the progressive form and the occurrence of the other Imperfectives, Meaning, English Language, Indonesian Language, Aspectuality, Novel, Translations, 1999. LINGUISTICS sentential elements concerns the grammatical acceptability of a sentence. On the contrary, the imperfective markers in Indonesian could be expressed explicitly or implicitly whenever there are other elements that imply the imperfective meaning. An opinion that Indonesian speakers do not need aspectual markers in an act of communication is due to the fact that generally they express a situation without focusing on a particular situation. In English, it is difficult to get examples of expressing a situation without giving a certain focus. The other difference concerns the different incompatibility of the imperfective markers and other sentence elements between English and Bahasa Indonesia. In English, we could combine adverbs still or always with the progressive verb. In bahasa Indonesia, the words masih and selalu are usually incompatible with an imperfective marker such as sedang. In Indonesian, we could combine the imperfective markers such as sedang, masih, and lagi with a nonverbal predicate, whereas we have hardly ever found the combination in English.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati
Abstrak :
ABSTRACT Globalization and liberalization in business as well government's new policy causes an open opportunity to domestic and foreign investors to build hospitals, especially in Bekasi. Of course, there is a new competitive area faces to hospital management of Mekar Sari Hospital. It constantly empower Mekar Sari Hospital tobe more attractive in marketing efforts of keeping number of patients in general, outpatients in particular. To do so, Mekar Sari Hospital must obtain actual information taken from exiting data. Its present data has never been processed to another purpose, but for report to the director, the foundation management and Health Department office. The thesis here is written intentionally to show data possessed by Mekar Sari Hopital. Data acquired was from computer/medical records. Such a data display outpatient characteristic, the most frequent disease both at the hospital and public of Bekasi area and business phenomenon outside Mekar Sari Hospital. All of them greatly affect the hospital performance. Knowing strength and weakness inside, opportunity and threat outside as well as the reasons of patients number declination, the hospital expects to perceive type of strategy to operate. Research of this thesis is descriptive and qualitative in character using outpatient secondary data of Mekar Sari Hospital in 1994, 1995 to Juni 1996. The data was grouped into responsible parties to pay, arrival procedures of patients, new and old patietns, age of patients in year, check-up patients number, sex, patients number treated in every policlinic and residence of patient base on district. The data exhibits a decrement in number, especially in 1996 arround 12-14%. Beside, we know that the patients paying medical fee their own budget were greater than by company cost including insurance. Patients arriving by their own expectation were greater than refered patients. New patients were almost equal by their own expectation were greater than refered oatients. New patients were almost equal to the old ones. Check up patients were very low in number. Patients of 14-45 year old were the greatest ones. Male patients almost equal the female ones. Patients coming from specialist policlinics were still low. Patient from Bekasi Timur District were the largest patients due to the district is the location of Mekar Sari Hospital. The data give also a figure that infection was the most frequent disease treated there. According to the data we conclude that strategy of increasing number of patient including outpatient is the important thing to operate soon, for example by promoting hospital service to the public and other medical institutions. This policy demands marketing department recruit special and qualified personnel, create excellent medical service and survey public needs/expectations. Having the present strength, capability of resolving hospital weakness, use of opportunity and escape from threat Mekar Sari Hospital may increase its number of patients.
ABSTRAK Adanya era globalisasi dan liberalisasi serta kebijakan baru pemerintah yang memberikan peluang bagi pemodal asing dan dalam negeri untuk mendirikan rumah sakit, sehingga rumah sakit baru pun bermunculan di mana-mana termasuk di wilayah Bekasi. Tentunya hal ini akan mempunyai dampak ke RS Mekar Sari karena pesaing akan bertambah banyak dan akhirnya cepat atau lambat akan mempengaruhi jumlah pasien di RS Mekar Sari termasuk pasien rawat jalan. Untuk mengetahui hal tersebut, tentunya pihak rumah sakit harus mendapatkan informasi apa sebenarnya yang terjadi, yang tentunya akan didapat dari data yang ada. Berhubung data yang ada di rumah sakit selama ini belum pernah diolah kecuali untuk laporan ke direktur, yayasan dan Departemen kesehatan, maka di dalam tesis ini akan diolah data yang ada di rumah sakit. Data diambil dari komputer / catatan Medik, untuk melihat bagaimana kecenderungan karakteristik pasien rawat jalan, penyakit apa yang terbanyak di rumah sakit maupun di masyarakat umum wilayah Bekasi, keadaan atau situasi apa yang terjadi di luar RS Mekar sari. Semuanya ini akan mempengaruhi kinerja rumah sakit. Dengan diketahuinya kekuatan dan kelemahan rumah sakit, diharapkan akan diketahui strategi apa yang akan dijalankan oleh pihak rumah sakit jika jumlah pasien menurun. Dengan keunggulan yang ada, mengatasi kelemahan-kelemahan, memanfaatkan peluang dan mengantisipasi ancaman, diharapkan pasien RS Mekar Sari akan meningkat. Penelitian ini bersifat analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dimana data sekunder yang diambil yaitu data pasien rawat jalan RS Mekar Sari tahun 1994, 1995 s/d Juni 1996. Data dikumpulkan dan dikelompokkan berdasarkan pihak yang membayar, cara datang pasien ke rumah sakit, pasien lama dan baru, umur pasien dalam tahun, jumlah pasien check up, jenis kelamin, jumlah pasien di masing-masing poliklinik dan alamat pasien berdasarkan kecamatan. Dari hasil yang didapat jumlah pasien rawat jalan cenderung menurun terutama mulai tahun 1994 sampai dengan Juni 1996, sekitar 12-14%. Selain itu didapatkan jumlah pasien umum yang bayar sendiri lebih banyak daripada pasien perusahaan termasuk asuransi, pasien yang datang sendiri lebih banyak jumlahnya daripada pasien rujukan, pasien lama tidak jauh berbeda dengan pasien baru, pasien check up jumlahnya rendah sekali, pasien dengan golongan umur 15-45 tahun merupakan pasien yang terbanyak, jumlah pasien laki-laki hampir sama dengan pasien perempuan, pasien dari poliklinik spesialis masih sangat kurang, pasien dari kecamatan Bekasi Timur merupakan pasien yang terbanyak jumlahnya sedangkan kecamatan ini adalah daerah tempat rumah sakit berada. Dari data juga terlihat bahwa penyakit infeksi masih merupakan penyakit yang tertinggi jumlahnya. Dari hal-hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa strategi untuk meningkatkan jumlah pasien termasuk pasien rawat jalan sudah merupakan hal yang perlu dipikirkan, misalnya dengan cara promosi balk ke masyarakat maupun ke tempat pelayanan kesehatan lainnya. Hal ini perlu ditunjang dengan dibentuknya bagian pemasaran dengan tenaga yang khusus dan handal, dapat juga dengan membuat pelayanan kesehatan unggulan, atau mengadakan survei untuk mengetahui kebutuhan/keinginan masyarakat. Daftar Pustaka 24 ( 1983 - 1996 )
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati
Abstrak :
ABSTRACT This research aims to investigate different type of standard protective clothes for pesticide sprayers in agricultural activities. The protective clothes are intended to be worn as work clothes in order to protect the sprayer (farmers) from health disorders. The excessive utilization of pesticides for agricultural activities results in high risks of poisoning. The results of monitoring activities conducted by health personnel of Cianjur District (1995) show that 41.]O % of farmers suffer from poisoning. This research therefore is identifies the relationship between type of protection clothes and decrease of cholinesterase content in vegetable farmers (pesticide sprayers). This research is a "quasi experiment" and uses primary data from Sindangjaya Village, Pacet Sub-district, Cianjur District. The treatment is undertaken towards protective clothes. It is designed as a "pre test - post test" experiment. The data analysis involves 45 respondents (men, 15 - 45 years) wearing three different types of protective clothes. Type 1 consist of full length-clothes with long sleeves, long pants, hat with back cover, mask, gloves. All items are made of cotton. Type 2 consists of full length-clothes with short sleeves, short pants, hat, mask, gloves. All items are made of cotton. Type 3 consists of full length-clothes with long sleeves, long pants, hat, mask and gloves. All items are made of non-cotton material. There are 9 independent variables and 1 dependent variable (decrease of cholinesterase content). Multiple linear regression is utilized to determine the magnitude of influence of respective variables. Due to the limited number of sample, there are 4 significant variables which are not analysed. Multivariate analysis results show the contribution of plant height, attitude, protective clothes, age, and experience relate to the decreasing of cholinesterase content (evidence: 41.90 %). However, the experiments do not include wind direction, nutritional status of respondents and chronic diseases. Bivariate analysis shows that the factors which can decrease cholinesterase content include type of protective clothes, attitude and environmental factors such as height of plants, temperature, humidity. This research intends to study the dangers of pesticide application. It shows that use of protective clothes may reduce pesticide exposure and skin absorption which can decrease cholinesterase content. It is therefore recommended that farmers (pesticide users) should wear protective clothes. It is also suggested that pesticide spraying should be carried out between 06.00 and 08.00 a.m. Moreover, farmers should interrupt their work when they sweat to avoid increased absorption through skin.
ABSTRAK Tujuan dari penelitian adalah diperolehnya model pakaian pelindung standar bagi penyemprot hama dengan pestisida sehingga aman dan dapat dipergunakan sebagai pakaian kerja dengan demikian terhindar dari gangguan kesehatan. Permasalahan penggunaan pestisida di lahan pertanian masih berlebihan, sehingga risiko keracunan karena pestisida masih tinggi sesuai hasil monitoring petugas Kesehatan Kabupaten Cianjur tahun 1995, bahwa petani mengalami keracunan sebesar 41.10 %, oleh karena itu dilakukan penelitian Hubungan Model Pakaian Pelindung Dengan Penurunan Cholinesterase Pada Petani Penyemprot Hama Sayuran. Penelitian ini menggunakan analisis data primer, bersifat "quasi experimen" dengan memberikan perlakuan pakaian pelindung metode penelitian "pretest - post test" di Desa Sindangjaya, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Penelitian ini dilakukan pada sejumlah 45 responden semua laki-laki, berusia 15 - 45 tahun dengan menggunakan tiga model pakaian pelindung yaitu model 1( baju terusan lengan panjang & celana panjang, topi dengan tutup bagian belakang, masker, dan sarung tangan semuanya terbuat dari bahan katun), model 2 (baju terusan lengan pendek & celana panjang, topi, masker, dan sarung tangan terbuat dan bahan katun), dan model 3 (baju terusan lengan panjang & celana panjang, topi, masker dan sarung tangan terbuat dari bahan non-katun). Dan seluruh variabel yang diukur sejumlah 9 variabel independen dan satu variabel dependen yaitu Penurunan Cholinesterase. Dari analisis regresi linier ganda diketahui besarnya pengaruh dari setiap variabel yang diteliti, karena jumlah sampel terbatas maka ada 4 variabel yang sebelumnya bermakna ternyata keluar dari analisis, dan dari analisis multivariat tinggi tanaman, sikap, model pakaian. pelindung, umur dan pengalaman bersama-sama menjelaskan 41.90 penurunan cholinesterase, hal ini dikarenakan ada variabel lain tidak diikutkan dalam penelitian yaitu arah angin dan status gizi responden serta penyakit infeksi khronis. Telah dibuktikan dengan analisis bivariat adanya hubungan yang dapat menurunkan kadar cholinesterase, yaitu: model pakaian pelindung, sikap, dan lingkungan termasuk tinggi tanaman, temperatur, dan kelembaban. Penelitian ini bermaksud untuk mempelajari bahaya penggunaan bahan pestisida yang digunakan oleh petani. Dari penelitian ini dapat diungkapkan bahwa dengan menggunakan pakaian pelindung yang tertutup maka akan mengurangi pajanan pestisida berupa percikan sehingga terhindar dari pajanan pestisida melalui kulit yang dapat mengakibatkan penurunan cholinesterase plasma. Dengan demikian disarankan kepada masyarakat petani pengguna pestisida supaya menggunakan pakaian pelindung yang tertutup di samping itu bila melakukan penyemprotan hendaknya di pagi hari yaitu sekitar pukul 06.00 - 08.00 atau jika berkeringat hendaknya istirahat terlebih dahulu.
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati
Abstrak :
ABSTRAK
Dengan perkembangan kompetisi dan globalisasi yang makin pesat memacu para pelaku bisnis telekomunikasi untuk dapat mengantisipasi situasi tersebut. Tuntutan masyarakat akan jenis dan mutu pelayanan semakin berkembang, menciptakan iklim persaingan dalam penyediaan jasa telekomunikasi.

Intelligent Network (IN) atau dikenal juga dengan nama JAPATI (Jaringan Pintar Teknologi Informasi) yaitu implementasi IN di Indonesia merupakan salah satu bentuk kemajuan di bidang teknologi telekomunikasi yang memberikan berbagai bentuk layanan baru yang beraneka ragam. Dengan memanfaatkan IN pengelola jaringan mampu memaksimalkan penggunaan jaringannya untuk memenuhi keinginan pelanggan akan jenis jenis pelayanan baru.

Dengan teknologi IN yang relafif baru di Indonesia membuat PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (PT. TELKOM) sebagai operator penyelenggara pada jaringan telekomunikasi tetap terus berupaya mengembangkan jaringan IN maupun jenis pelayanan.

Pada tesis ini dilakukan analisa terhadap rencana pengembangan jaringan yang dilakukan PT. TELKOM dengan mengacu pada standard yang berlaku secara internasional. Juga dilakukan analisa terhadap jenis pelayanan dan pemasaran.

Hasil analisa yang dilakukan merupakan upaya masukan bagi pihak terkait dalam mengembangkan jaringan IN nasional secara effisien yang mengacu pada standard internasional dengan tetap memperhatikan kondisi eksisting, juga dalam rangka pengembangan pemasaran IN.

The rapid progress in competition and globalization force all the telecommunication business players to be able to anticipate the above condition. Consumer more demanding on new services and performance, and it creates a competitive climate for providing telecommunication services.

intelligent Network (IN) or JAPATI (Jaringan Pintar Teknologi lnformasi) - commercial name in Indonesia - is a kind of technology development in telecommunication. It aims to ease the introduction of new services and features, which is more centralized and installed on the existing base of the present network. it will provide greater network flexibility and capability to enable the service provider to quickly and economically create, modify and customize telecommunication services.

In is a relatively new technology in Indonesia, it drives PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (PT. TELKOM) - as an operator for fixed telecommunication - to keep raising to develop IN and its services.

This paper will analyze PT. TELKOM iN configuration planning, comparing with international standard. It also analyze iN service and marketing.

The output of this is intended to give a contribution to all parties for developing national IN efficiently Hence all points am conform to international standard, in stage, considering present network condition, including market development.

1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ketentuan hak bagi pekerja dapat diberlakukan bagi pekerja rumah tangga; apakah ada jaminan hak-hak PRT dipenuhi bila ia termasuk ke dalam pekerja sektor formal; dan upaya-upaya apa yang dapat dilakukan pemerintah untuk melindungi dan memenuhi hak bagi pekerja rumah tangga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan kualitatif dengan penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antar dua gejala atau lebih. Dengan demikian penelitian ini menekankan pada data primer yang diperoleh melalui wawancara mendalam, disamping menggunakan data sekunder melalui studi kepustakaan. Informan dalam penelitian ini terdiri dari 17 orang Pekerja Rumah Tangga (PRT) yang bekerja di sekitar wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) yang penulis ambil secara acak, Kepala Seksi (Kasie) Informasi dan Bursa Kerja Sub Dis Penta Kerja-Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DKI¬Jakarta, Staf Biro Hukum Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Kepala serta staf Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Rumpun Gema Perempuan juga pars staf yayasan penyalur PRT di Jakarta (3 Yayasan). Selain itu, wawancara juga dilakukan dengan staf pengajar Hukum Perburuhan sebagai narasumber di bidang hukum perburuhan. Dari analisis terhadap hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa : 1) berdasarkan hukum perburuhan sebenarnya PRT dapat disebut sebagai pekerja karena adanya perjanjian kerja. Perjanjian kerja antara PRT dengan majikan (pemberi kerja) yang dapat dilakukan baik lisan maupun tertulis asalkan memenuhi syarat-syarat: adanya pekerjaan tertentu, adanya perintah (di bawah perintah), adanya upah,dan dalam waktu tertentu. Dengan terpenuhinya unsur-unsur perjanjian tersebut, maka hubungan antara PRT dan maj ikan adalah hubungan kerja; 2) Sehubungan dengan karakteristik khusus yang dimiliki PRT yakni wilayah/tempat kerja PRT yang yang berada dalam lingkup domestik, tertutup dan jenis/macam pekerjaan yang berbeda dengan pekerja pada sektor formal maka PRT perlu diatur dalam suatu ketentuan khusus; 3) Pemerintah khususnya pemerintah daerah Provinsi DKI Jakarta telah berupaya memberikan perlindungan kepada PRT dengan mengeluarkan Perda No. 6 Tahun 1993 tentang Peningkatan Kesejahteraan Pramuwisma meskipun dalam perkembangannya Perda tersebut dicabut dan diganti dengan Perda No. 6 tahun 2004 tentang Ketenagakerjaan karena tidak berjalan sebagaimana mestinya. Di tingkat pemerintah pusat Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi bekerjasama dengan instansi dan lembaga terkait telah berhasil menyusun sebuah draft RUU Perlindungan Bagi Pekerja Rumah Tangga namun sampai saat ini RUU tersebut masih belum disahkan. Hal ini disebabkan masih banyaknya pro dan kontra bila RUU tersebut disahkan dan masih adanya tarik menarik kepentingan bila PRT diatur dalam suatu peraturan perundang¬undangan karena tidak dapat dipungkiri bahwa ada perbenturan kepentingan para pengambil kebijakan yang umumnya adalah majikan yang berkepentingan atas PRT. Hasil penelitian penyarankan agar diberikan perlindungan khusus bagi PRT dalam suatu peraturan perundangan-undangan baik dalam tingkat undang-undang maupun peraturan daerah agar hak-hak PRT terjamin. Hal ini berkaitan dengan peranan pemerintah yang berkewajiban untuk memenuhi hak warga negaranya terutama hak atas pekerjaan dan kondisi kerja yang layak dan adil. Namun peraturan yang nantinya akan terbentuk itu jangan justru terlalu memberatkan pengguna jasa (majikan) karena tidak semua pengguna jasa (majikan) PRT berasal dari golongan mampu (high class)juga harus memperhatikan faKtor sosial budaya yang berkembang di masyarakat.
This study is conducted in order to find out whether the right provision for worker/labor could be applicable for housemaid/PRT (domestic workers); if there is any fulfilled right warranty for housemaid/PRT (domestic workers), if they are classified into formal sector worker; and what efforts which could be conducted by the government to protect and fulfill domestic help's right. This study uses qualitative approach method on the basis of descriptive study. Therefore, this study emphasizes primary data so obtained through deeply interview, in addition to secondary data through library study. Informant required in this study consist of 17 housemaid/PRT (domestic workers) who working within the surrounding area of Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang as well as Bekasi (Jabodetabek) so taken randomly by the writer, Section Head of Information and Labor Market of Sub-Employment Pebta-Manpower and Transmigration Jakarta Special Capital Region, Staff of Legal Bureau of Manpower and Transmigration Departement and Head and Staff on Non Governmental Organization (NGO) of Rumpun Gema Perempuan as well as staff of Domestic Workers Distribution foundation in Jakarta (3 foundation). In addition, interview is also conducted with teaching staff of Labor Justice of Law Faculty of University Indonesia as source person in labor legal sector. On the basis of analysis taken from interview, it could be concluded that : 1) pursuant to the law labor, it transpires that domestic worker (PRT) could be classified as worker, because there is employment agreement. Employment agreement between PRT and employer (working provider) could be made either in oral or in writing, in order words it should fulfill requirements regulating certain activities, order (under the order), wage, as well as certain period. On the basis of such compliance of agreement element, then relationship; 2) in line with special characteristics owned by PRT such as House Maid's area/working place in the scope od domestic, closed as well as work types which are different with any workers in formal sector, thus Maid House should be regulated in one special provision; 3) Government especially Regional Government of Jakarta Special Capital Region Province has endeavored to provided protection to the housemaid issuing Ordinance No. 6 Year 1993 regarding Improvement of Housemaid Welfare, though under its development the aforementioned Ordinance is revoked and replaced by Ordinance No. 6 year 2004 regarding Manpower, because it does not proceed accordingly. In the central government level, Department of Manpower and Transmigration cooperated with relevant instance and institution has succeeded to arrange Bill draft regarding Protection for Domestic Workers. However, up to now, the said Bill Draft has not been legalized. This matter is due to several factors such as there are still pros and cons, if such Bill Draft is legalized and here is interest tug of war if Bill draft regulated on the basis of laws and regulations. Nevertheless, it could not be denied that there is conflict of interest on decision maker who is in general is an employer who is competent the the PRT. On the basis of study result, it suggests that PRT should be granted protection under laws and regulations either under laws and regulations or ordinance in order to the warrant for PRT Rights. This mater is related to the government role as the party who has obligation to fulfill their nation's right especially right for the work and working condition which are proper and fair. Meanwhile, regulation which would be further made should not be a burden for the service user (employer), because not all PRT service users (employer) are from high class. It should consider social culture factor developing in the community.
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T20778
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati
Abstrak :
Penelitian ini adalah tentang Penerapan Strategi Anti Fraud Bagi Bank Umum (Studi Kasus oleh Karyawan Citibank Indonesia : Melinda Dee). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganlisis penerapan Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/28/DPNP tanggal 9 Desember 2011 perihal Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum khususnya Citibank Jakarta terkait kasus Fraud yang terjadi di internal bank tersebut. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini metode penelitian yuridis empiris. Metode penelitian secara empiris yaitu mengkaji pelaksanaan atau implementasi ketentuan hukum posistif atau perundang-undangan secara faktual pada peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat. Tulisan ini merupakan studi kasus dan penelitian yang dilakukan secara lansung dengan wawancara kepada nara sumber dimana kasus fraud dan penerapan strategi anti fraud terjadi di internal bank khususnya Citibank Jakarta yang merupakan data primer, dan juga menggunakan studi kepustakaan dan bahan - bahan sekunder yang mendukung tesis ini. Hasil penelitian ini menyimpulkan pilar pencegahan dinilai memiliki nilai yang sangat strategis diantara pilar yang diterapkan Bank Indonesia dalam Strategi Anti Fraud karena merupakan langkah awal yang sesuai dengan kepentingan bank dalam menciptakan lingkungan dan budaya kerja yang propesional (good governance culture) tanpa adanya kecurangan (fraud). ...... This Study about the implementation of anti fraud strategy for commercial bank (case study by Citibank Employee : Melinda Dee). The purpose of this research is to analyze of the implementation of Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/28/DPNP on 9 Desember 2011 about the implementation of anti fraud strategy for commercial bank expecially Citibank Jakarta fraud in internal bank. The methodology used in the study of empirical legal research methods. Methods of empirical research that examines the implementations or implementation of provisions of positive law or statutory law factually on certain events that happen in the community. This paper in a case study and research interviews conducted directly with the source where cases of fraud and anti fraud strategy implementation occurs in particular internal bank Citibank Jakarta which is the primary data, and also the library and study materials-secondary materials that support this thesis. The result of this study conclude prevention pillar considered to have value among the three pillars of Bank Indonesia applied the Anti-Fraud Strategy as in initial step in accordance with the bank's interest in creating a work environment and culture propfessionals (good governance culture) in the absence of fraud (fraud).
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
T35384
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati
Abstrak :
ABSTRAK Penelitian ini adalah tentang Penerapan Strategi Anti Fraud Bagi Bank Umum (Studi Kasus oleh Karyawan Citibank Indonesia : Melinda Dee). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganlisis penerapan Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/28/DPNP tanggal 9 Desember 2011 perihal Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum khususnya Citibank Jakarta terkait kasus Fraud yang terjadi di internal bank tersebut. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini metode penelitian yuridis empiris. Metode penelitian secara empiris yaitu mengkaji pelaksanaan atau implementasi ketentuan hukum posistif atau perundang-undangan secara faktual pada peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat. Tulisan ini merupakan studi kasus dan penelitian yang dilakukan secara lansung dengan wawancara kepada nara sumber dimana kasus fraud dan penerapan strategi anti fraud terjadi di internal bank khususnya Citibank Jakarta yang merupakan data primer, dan juga menggunakan studi kepustakaan dan bahan ? bahan sekunder yang mendukung tesis ini. Hasil penelitian ini menyimpulkan pilar pencegahan dinilai memiliki nilai yang sangat strategis diantara pilar yang diterapkan Bank Indonesia dalam Strategi Anti Fraud karena merupakan langkah awal yang sesuai dengan kepentingan bank dalam menciptakan lingkungan dan budaya kerja yang propesional (good governance culture) tanpa adanya kecurangan (fraud)
ABSTRACT This Study about the implementation of anti fraud strategy for commercial bank (case study by Citibank Employee : Melinda Dee). The purpose of this research is to analyze of the implementation of Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/28/DPNP on 9 Desember 2011 about the implementation of anti fraud strategy for commercial bank expecially Citibank Jakarta fraud in internal bank. The methodology used in the study of empirical legal research methods. Methods of empirical research that examines the implementations or implementation of provisions of positive law or statutory law factually on certain events that happen in the community. This paper in a case study and research interviews conducted directly with the source where cases of fraud and anti fraud strategy implementation occurs in particular internal bank Citibank Jakarta which is the primary data, and also the library and study materials-secondary materials that support this thesis. The result of this study conclude prevention pillar considered to have value among the three pillars of Bank Indonesia applied the Anti-Fraud Strategy as in initial step in accordance with the bank?s interest in creating a work environment and culture propfessionals (good governance culture) in the absence of fraud (fraud).
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati
Abstrak :
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi umumnya merupakan hasil dari rendahnya kualitas kehamilan ibu, termasuk dari asupan gizi, baik dari makanan maupun dari suplemen. Untuk itu, penelitian ini dilakukan guna mengetahui hubungan antara konsumsi suplemen zat gizi mikro ibu selama hamil dan menyusui serta faktor lainnya terhadap tingkat pertumbuhan dan perkembangan bayi (3-6 Bulan), terutama di wilayah Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Data konsumsi suplemen serta karakteristik ibu lainnya seperti pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan, ibu, pengetahuan gizi, jumlah kelahiran, dan kondisi BBLR diperoleh melalui wawancara. Di sisi lain, data asupan makanan ibu serta asupan makanan bayi (ASI eksklusif) saat ini diambil dengan metode food recall, sedangkan status gizi ibu sejak hamil serta pertumbuhan bayi diperoleh dengan pengukuran antropometri. Kriteria perkembangan bayi diperoleh melalui aspekaspek perkembangan penyesuaian dari kartu menuju sehat (KMS) dan buku kesehatan ibu dan anak (KIA). Hasil analisis menunjukkan bahwa konsumsi suplemen zat gizi mikro selama hamil berhubungan secara signifikan terhadap tumbuh kembang bayi (nilai p=0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa ibu yang tidak memperhatikan asupan makanannya, termasuk konsumsi suplemennya sejak hamil, memiliki risiko yang lebih besar mendapatkan bayi dengan pertumbuhan dan perkembangan yang tidak optimal. ...... Baby's growth and development retardation is one of the outcomes of less quality pregnancy, included due to less nutritional intake both from food and supplement. According to the concept, this research was conducted to find the association between the micronutrient supplement consumption during pregnancy and breastfeeding as well as other relating factors with baby's growth and development, specifically in Sub-district of Tanjung Priok, North Jakarta. Data for mother's supplement consumption and other characteristics such as education, occupation, wages, knowledge about nutrition, number of parity, low-birth weight case were collected through interview by questionnaire. On the other hand, data for recent mother's nutritional intake and exclusive breastfeeding were collected through food recall, while data for mother's nutritional status and baby's growth were measured through anthropometry measurement. The criteria of baby's development was scored through the milestones set by KMS (Kartu Menuju Sehat) and book of KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) widely used by community health centers in Jakarta. The results showed that maternal micronutrient supplement consumption was associated significantly to baby's growth and development (p value=0,05). In other words, this finding showed that if one mother didn't concern for her food, especially micronutrient supplement during pregnancy, she would have higher risk to give birth to baby with delayed physical growth and development.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41730
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati
Abstrak :
Kemampuan menghisap bayi prematur dapat ditingkatkan dengan pemberian stimulasi non nutritive sucking (NNS) dengan menggunakan empeng. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh stimulasi NNS menggunakan empeng terhadap lama penggunaan sonde dalam pemberian minum bayi prematur. Desain penelitian menggunakan kuasi eksperimen dengan post test only with control group design denan sampel 20 responden untuk 2 kelompok yang dipilih secara purposive sampling di salah satu rumah sakit daerah di Tangerang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan instrumen lembar observasi indikator pelepasan sonde dan dianalisis dengan independent t test. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh stimulasi NNS dengan menggunakan empeng terhadap lama penggunaan sonde dalam pemberian minum bayi prematur (p=0,379, α=0,05), namun, masa penggunaan sonde lebih pendek. Peneliti merekomendasikan agar stimulasi NNS dengan menggunakan empeng tetap dijadikan prosedur alternatif untuk meningkatkan refleks menghisap pada bayi prematur. ...... An adequate sucking can be improved a premature infant's sucking reflex with non nutritive sucking stimulation (NNS) with pacifier. The purpose of this research was to identify the influence of NNS stimulation with pacifier towards the duration of gastric tube usage during premature infant feeding. The design of this research was quasi experimental with post test only control group design with 20 respondents for two groups, then were chosen by purposive sampling in one of Tangerang District Hospital. The data were collected using a questionnaire and an observation form. Data were analized using independent t test. The result of this research showed that there was no influence of NNS with pacifier towards the duration of gastric tube usage (p=0,379; α=0,05), however the duration of gastric tube usage was shortened. This research recommends that non nutritive sucking stimulation with pacifier is an alternative procedures to improve a premature infant's sucking reflex.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T41875
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>