Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Otty Mitha Sevianti
"Salah satu fungsi yang paling utama dari sebuah rumah sakit adalah untuk menyediakan perawatan berkualitas tinggi terhadap semua orang termasuk pasien. Badan pemerintahan di rumah sakit, dalam hal ini pimpinan rumah sakit bertanggungjawab secara hukum maupun moral atas kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien ataupun mereka yang datang ke fasilitas pelayanan tersebut. Tanggungjawab ini kemudian didelegasikan kepada tenaga medis, keperawatan dan staf medis professional lainnya.
Staf di dalam fasilitas pelayanan kesehatan rumah sakit berpegang pada praktisi informasi kesehatan untuk menganalisis dokumentasi rekam medis dan yang memperingatkan mereka akan adanya kekurangan atau inkonsistensi sehingga menyebabkan rekam medis menjada tidak lengkap atau tidak akurat. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan berhak memutuskan jenis analisis yang akan dilakukan dan mengacu pada cara dokumentasi mereka dan kebijakan dari staf medis. Salah satu dari jenis analisis tersebut adalah analisis kuantitatif.
Analisis kuantitatif dilakukan oleh praktisi informasi kesehatan dengan mengidentifikasi lembaran rekam medis yang tidak lengkap. Komponen dasar dari analisis kuantitatif meliputi telaahan rekam medis untuk: identifikasi penderita yang benar di setiap lembarnya, keberadaan seluruh laporan yang diperlukan, bukti keabsahan di semua lembaran dan praktek pencatatan yang baik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi angka ketidaklengkapan rekam medis rawat inap .dan untuk mengidentifikasi faktor - faktor penyebab terjadinya ketidaklengkapan rekam medis rawat inap Rumah sakit Duren Sawit.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan cross sectional dan menggunakan checklist dan wawancara mendalam.
Hasil penelitian menunjukkan 62,50% nama penderita tidak tercantum, 72,22% nomor rekam medis tidak ada, 79,17% laporan - laporan yang diperlukan tidak ada dalam berkas rekam medis, 65,25% laporan keperawatan hilang, 84,72% tanpa nama pengisi rekam medis, 79,17% tidak mencantumkan waktu pemberian pelayanan medis dan 100% praktek pengkoreksian yang tidak sesuai acuan. Jumlah petugas rekam medis yang bertugas untuk mengevaluasi setiap berkas rekam medis yang rnasuk sangat kurang. Petugas tidak mempunyai SOP yang inendasari pekerjaannya sehingga tugas analisis tidak dapat dilakukan setiap hari. Evaluasi pelaksanaan rekam medis tidak mempunyai jadwal tertentu. Petugas rekam medis mempunyai kesulitan dalam menjalin komunikasi dengan tenaga medis dan pararnedis, terutama yang berkaitan dengan hasil evaluasi kelengkapan berkas rekam medis. Kelalaian dokter dan perawat dalam menyalin identitas penderita, kehadiran laporan yang perlu, bukti keabsahan dan praktek pencatatan yang baik. Kebijakan yang dikeluarkan panitia rekam medis tentang sanksi kedisiplinan belum ada serta evaluasi kerja panitia dan tindak lanjut hasil telaahan belum dapat berjalan dengan lancar. Pimpinan rumah sakit perlu membenahi kebijakan khususnya untuk panitia rekam medis dan SOP bagi staf, serta penyediaan tenaga rekam medis yang memadai.
Saran yaitu peningkatan kemampuan dan ketrampilan petugas rekam medis dengan adanya pelatihan, pembuatan formulir pemberitahuan untuk tenaga pengisi rekam medis yang lalai untuk melengkapinya, memeriksa rekam medis sebelum dikembalikan ke subsie rekam medis, mengadakan seminar sehari untuk staf medis dan perawat untuk mensosialisasikan instruksi pengisian rekam medis yang benar, pertemuan rutin untuk mengevaluasi hasil telaahan analisis kuantitatif, membuat kebijakan tentang sanksi kedisiplinan serta membuat SOP untuk semua personil yang terkait. Hal terpenting adalah adanya manajemen resiko untuk meminimalkan resiko yang ditimbulkan oleh rekam medis yang tidak lengkap.
Daftar Pustaka: 25 (1986 -- 2004).

Analyzing the Completeness of Inpatient Medical Record in Duren Sawit Hospital 2004 JakartaThe primary function of a hospital is to provide high quality patient care to all persons, including inpatients. The governing body of the hospital is both legally and morally responsible for the quality of care rendered to all patients within or attending a facility. This responsibility is in turn delegated to medical, nursing and other health professional staff.
A health care facility's staff relies on health information practitioners to analyze medical record documentation and notify them of omissions or inconsistencies which make the medical record incomplete or inaccurate. Each health care facility decides on the type of analyses to be done according to their documentation and medical staff policies. One of the analyses type is quantitative analysis.
Quantitative analysis is performed by health information practitioners to identify areas of the medical record that are incomplete. The basic components of quantitative analysis include a review of the medical record for: correct patient identification on every form, presence of all necessary reports, required authentication on all entries, and good recording practice.
The objective of this research is to identify the incompleteness of inpatient medical records and to identify factors that caused incompleteness of inpatient medical records in Duren Sawit Hospital.
This is a qualitative research with a cross sectional approach using checklist and in depth interviews.
Results are 62,50% blank patient's names, 72,22% blank medical record numbers, 79,17% incomplete reports, 65,28% missing nursing reports, 8432% without provider's name on it, 79,17% didn't write time of care given by the provider and 100% bad recording practice. Numbers of health information practitioners are below the standard, practitioners do not have SOP for their work guidance, there is no monthly schedule to evaluate medical record. Practitioners have difficulties to communicate with doctors and nurses. Doctors and nurses do not write correct patient identification. Presence of all necessary reports, required authentication on all entries, and good recording practice. There is no disciplinary action to be taken for those who have incomplete medical records. Hospital director must set SOP for all the hospital staff.
Suggestions: more in-house training for the medical record practitioners, query for the medical staff and nurses to warn them about incomplete medical record, check status before return the medical record, to hold an internal one day seminar for medical staff and nurses, routine meeting to evaluate the findings from quantitative analysis, SOP for the medical record practitioners. The most important thing is to have a risk based management to minimized the risk occurred by the incomplete medical records.
Bibliography: 25 (1986 -- 2004)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13141
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Otty Mitha Sevianti
"ABSTRAK
Perkembangan anak merupakan sesuatu yang bersifat multi
dimensi dan terdiri atas area kognitif, bahasa, fungsi gerak, sosial emosional dan
perilaku adaptif, masing-masing memiliki nilai tersendiri namun saling
berintegrasi. Dua metode stimulasi (Glenn Doman (GD) dan Kemenkes (K))
dinilai kualitasnya dalam penelitian ini.
Tujuan.Mengetahui pengaruh perbedaan stimulasi metode GD dan K terhadap
skor perkembangan bayi usia 6-12 bulan.
Metode.Penelitian kohort prospektif pada bayi normal.Skrining perkembangan
awal dilakukan menggunakan alat ukur Denver.Pasca 3 bulan intervensi,
perkembangan bayi dinilai menggunakan BSID edisi-III yang terlebih dahulu
dilakukan uji validitas dan reliabilitas.Kualitas stimulasi rumah di nilai
menggunakan alat ukur HOME.
Hasil.Skor validitas dari BSID edisi-III adalah 0,964 (kognitif), 0,934 (bahasa),
0,822 (gerak) dengan Cronbach Alpha sebesar 0,918 serta reliabilitas test-retest
0,846. Subjek yang memenuhi kriteria sebanyak 88 orang, dengan jenis kelamin
laki-laki (61,4%), usia 9-12 bulan (68,2%), status gizi baik (75%). Perbedaan
bermakna terdapat pada skor HOME dan semua aspek penilaian perkembangan
BSID di kedua grup setelah masa intervensi 3 bulan (p<0,001). Skor grup GD
lebih unggul 1 angka dibandingkan K pada skor HOME (p=0,024) and 32 angka
lebih unggul pada skor BSID (p=0,002). Faktor jumlah anak bermakna secara
statistik memengaruhi perkembangan dengan risiko relative 3.13 (IK 95% 1.18-
8.33, p=0,022).
Simpulan.Instrumen BSID edisi-III versi Bahasa Indonesia merupakan alat ukur
yang sahih dan andal untuk digunakan pada penelitian ini. Secara umum tidak
terdapat perbedaan skor perkembangan bayi usia 6-12 bulan yang mendapat
stimulasi metode GD dan K kecuali perkembangan perilaku adaptif.

ABSTRACT
Child development is multi-dimensional and encompasses cognitive, language, sensory-motor, social-emotional, adaptive behavior domains, all of
which are interdependent. Two stimulation interventions (Glenn Doman (GD) and
Kemenkes (K) methods) were conducted in this study.
Aims.To investigate the difference in developmental aspects after intervention
with GD and K methods in infants age 6-12 months.
Methods. This was a prospective cohort study in normal developmental infants.
Developmental screening at enrollment used Denver instrument. Three months
post intervention, the development was assessed with BSID III, in which
validation and reliability test were undertaken as first step. A modified version of
HOME inventory was used as edition to assess home environment.
Results.The validity score of BSID-III was 0.964 (cognitive), 0.934 (language),
0.822 (motor) with Cronbach alpha of 0.918 and a reliability test-retest of 0.846.
There were 88 subjects fulfilled the criteria. Subject mostly were male (61.4%) 9-
12 months old (68.2%), normal anthropometric status (75%). The results revealed
significant differences in HOME score and all aspects of Bayley score in GD and
K group after 3 months intervention period (p<0.001). The GD benefited 1 point
compared with K group in HOME score (p=0.024) and 32 points in Bayley score
(p=0.002). Number of children was the most influential factor in infants’
development with a relative risk of 3.13 (CI95% 1.18-8.33, p=0.022).
Conclusions.The Bahasa Indonesia version of BSID-III was a reliable and valid
tool for the assessment of this study. There was no difference in developmental
score at age 6-12 months who had GD and K stimulation methods except for
adaptive behavior scale."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library