Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Patrisia Devitasari
"Artikel berjudul Cuplikan Cerita tentang Raja yang Mendatangkan Kegembiraan bagi Rakyat: Sebuah Analisis Cerita ini disusun oleh Patrisia Devitasari, Program Studi Jawa 2010. Artikel ini membahas tentang analisis unsur instrinsik dari cerita Babad Tanah Jawa bab ke 102 karangan J.J Ras. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis unsur-unsur instrinsik yang ada dalam cerita, diantaranya alur, tokoh, latar dan tema. Metode yang digunakan dalam menganalisis penelitian ini adalah metode deskriptif. Analisis dilakukan dengan teknik mengumpulkan data yang merupakan cuplikan cerita. Analisis ini mendapatkan hubungan antara unsur instrinsik pada cerita.
Alur pada cuplikan cerita ini adalah alur lurus. Terdapat beberapa tokoh yang muncul dalam cerita, baik tokoh sentral maupun tokoh bawahan. Yang menjadi tokoh sentral dalam cerita ini adalah Ki Marta-Joeda. Tokoh antagonis adalah Bok Marta-Joeda dan Dipati Anom. Sedangkan yang menjadi tokoh bawahan adalah abdi Pakubuwana 1, Biyang Garem, dan Sunan Pakubuwana 1. Cerita Babad Tanah Jawa Bab Ke 102: Ingkang Sinuhun Pakubuwono 1 Ndathengaken Kasukan Kaliyan para Wadya berlatar di kota Semawis, nama salah satu daerah di Semarang pada zaman dahulu. Tema dalam cerita bab ini adalah tema egoik, karena menceritakan keegoisan seseorang yang merugikan orang lain.
Article entitled Part of Story About King Whom Bring Happiness For Citizen was made by Patrisia Devitasari, majority Javanesse Literature, 2010. This article explain the analysis of instrinsic elements of the story from the Babad Tanah Jawa Chapter 102, written by JJ Ras. The purpose of this study was to analyzw the instrinsic elements in the story, such as plot, character, setting and theme. The method used in this research is a descriptive analysis with collecting data and analysis techniques. The results of analysis to get data related to the instrisic elements of the story. The plot of this story is advanced flow. There are some characters that appear in the story, both central character and subordinate characters. Ki Martha-Joeda is the central figure in this story. The antagonist characters are Bok Marta-Joeda and Dipati Anom. While the subordinate characters are the servants of Pakubuwana 1, Biyang Garem, and Sunan Pakubuwana 1. This story had setting in Semawis, the name of one of areas in Semarang city in the past. The theme of this chapter in the story is the theme egoik, because the selfishness of the some characters burn another."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Patrisia Devitasari
"Latar Belakang: Kualitas pencitraan 3 dimensi salah satunya bergantung pada resolusi voxel dan diduga dapat mempengaruhi proses identifikasi titik anatomis. Belum banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat pengaruh variasi ukuran voxel terhadap ketepatan diagnosis sehingga belum terdapat suatu protokol dalam pemilihan ukuran voxel yang dapat digunakan dalam memanfaatkan CBCT sebagai perangkat diagnostik dalam bidang kedokteran gigi. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai reprodusibilitas identifikasi titik anatomis pada gambar volumetrik hasil pemindaian CBCT dengan mempertimbangkan parameter pemindaian yang mempengaruhi kualitas gambar (ukuran voxel) sehingga pemindaian dapat dilakukan dengan dosis radiasi yang optimal sesuai dengan prinsip ALARA. Metode: Objek penelitian berupa satu buah tengkorak kering yang dipindai dengan CBCT i-CAT 17-19 (Imaging Science, Amerika Serikat) pada ukuran voxel 0,4 mm dan 0,25 mm. Hasil pemindaian ditampilkan dengan perangkat lunak OsiriX dalam bentuk MPR. Identifikasi 9 titik anatomis sefalometri oleh 34 orang ortodontis pada bidang sagital, aksial dan koronal secara berurut sebanyak 2 kali untuk tiap gambar dengan selang waktu 1 minggu. Koordinat titik-titik anatomis tersebut dicatat dan reprodusibilitas masing-masing titik pada kedua gambar diuji dengan menghitung simpangan koordinat yang ditentukan oleh subjek penelitian terhadap ODM dan kemudian diuji t berpasangan. Hasil: Hasil uji t berpasangan pada kedua kelompok data berdasarkan resolusi voxel menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna simpangan koordinat yang di tentukan oleh subjek penelitian terhadap rerata koordinat yang didapat dari penelitian ini kecuali pada titik Pog dalam arah medio-lateral. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan reprodusibilitas dalam menentukan titik anatomis sefalometri pada gambar 3D yang direkonstruksi dengan ukuran voxel 0,25 mm dan 0,4 mm.
Background: 3D imaging quality was assumed to be influenced by its voxel resolution. Up to now, there has only been few studies on how voxel sizes influence the accuracy of diagnosis, hence there is no concensus of voxel sizes protocol to utilize CBCT as a diagnostic imaging in dentistry, especially in the field of Orthodontics. This study was aimed to assess the influence of voxel sizes to the reproducibility of cephalometric landmarks obtained from a CBCT in order to achieve optimum radiation dose according to �the ALARA principle. Methods: One dried skull was scanned by CBCT machine (i-CAT 17-19; Imaging Science, USA) with 0.4 mm and 0.25 mm voxel sizes. The images were saved in DICOM format to be observed and traced by 34 orthodontists using OsiriX software. Landmark identification was undertaken twice by each subject on MPR view using 3D landmark definition. Deviation of each landmark was calculated to the observers? mean for each data set. Reproducibility of each landmark was identified on those two data sets and was tested using paired t-test. Result: This study showed that there were no significant differences on those two data sets of coordinate deviation from the observers? mean except only for Pog (medio-lateral). Conclusion: Voxel size did not seem to influence the landmark identification reproducibility in 3D cephalometric obtained from CBCT."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library