Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prihatini Dini Novitasari
"Kejadian stunting pada anak masih menjadi masalah krusial yang terus diupayakan untuk diatasi dan hal ini disebabkan karena multifaktorial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara praktik pemberian makan ibu dan kejadian stunting pada anak di Depok. Desain penelitian ini adalah analitik korelatif cross sectional dan menggunakan tabel z-score tinggi badan menurut usia (TB/U) dari WHO serta kuesioner feeding practice and structured questionnaire (FPSQ-28). Penelitian ini dilakukan pada 262 responden yang dipilih dengan teknik cluster random sampling di 11 Puskesmas Kecamatan di Depok. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara praktik pemberian makan ibu dan kejadian stunting pada anak di Depok. Selain itu, praktik pemberian makan yang dilakukan oleh ibu masih cenderung kurang responsif dan hanya subskala reward for eating yang menunjukkan perilaku responsif ibu selama memberikan makan. Selanjutnya, hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi perawat dan tenaga kesehatan untuk terus meningkatkan program pendidikan dan promosi kesehatan terkait stunting dan praktik pemberian makan yang responsif.

The incidence of stunting in children is still a crucial problem that continues to be attempted to be overcome and is caused by multifactorial. This study aims to determine the relationship between maternal feeding practice and the incidence of stunting in children in Depok. The design of this study is correlative analytical cross-sectional and uses height-for-age z-score tables from WHO and feeding practice and structured questionnaire (FPSQ-28). This study was conducted on 262 respondents whom chosen with cluster random sampling technique in 11 District Health Centers in Depok. The result showed that there was no significant relationship between maternal feeding practice and the incidence of stunting in children in Depok. In addition, maternal feeding practice which is done is non-responsive feeding practice and the only reward for eating subscale shows responsive maternal feeding practice. Furthermore, the result of the study is expected to be useful for nurses and health workers to continue to improve health education and promotion programs related to stunting and responsive feeding practice."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prihatini Dini Novitasari
"Tujuan: Studi kepustakaan ini bertujuan untuk membuat rancangan intervensi berdasarkan bukti ilmiah untuk mencegah dan mengatasi gangguan integritas kulit khususnya diaper dermatitis pada anak.
Metode Penelitian: Metode penelitian yang diterapkan yakni studi kepustakaan dari berbagai database dengan menggunakan kata kunci yang meliputi child, diaper dermatitis, diaper-free time, air, barrier, cleansing, diaper, dan education. Berdasarkan kata kunci tersebut diperoleh 394 artikel terkait dan kemudian difilter menggunakan kriteria inklusi berupa: a) merupakan penelitian eksperimental mengenai konsep ABCDE; b) penelitian dilakukan langsung kepada anak yang menggunakan diaper dan atau ibu, ataupun penelitian di laboratorium; c) barrier kulit yang digunakan dalam intervensi tidak termasuk dalam terapi farmakologi; d) literatur menggunakan bahasa inggris ataupun bahasa indonesia; dan e) literatur dipublikasikan dalam periode 10 tahun terakhir. Selanjutnya, 55 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi disaring dengan kriteria eksklusi yang meliputi: a) publikasi yang tersedia hanya berupa abstrak saja; dan b) penelitian yang dipublikasikan belum selesai dilakukan.
Rekomendasi Intervensi: Berdasarkan proses penyaringan tersebut, diperoleh 31 artikel yang sesuai dengan kriteria. Setelah mengekstraksi dan menganalisis 31 artikel, peneliti menyusun rekomendasi intervensi dari konsep ABCDE (Air, Barrier, Cleansing, Diapering, Education) yang dapat diterapkan dalam mencegah dan mengatasi diaper dermatitis pada anak.
Kesimpulan: Rekomendasi intervensi dari Konsep ABCDE disusun berdasarkan studi kepustakaan yang sudah dianalisis agar dapat diterapkan untuk mencegah dan mengatasi diaper dermatitis pada anak di Indonesia. Selanjutnya, hasil studi kepustakaan ini diharapkan dapat bermanfaat dan memungkinkan untuk diaplikasikan oleh perawat dalam pencegahan dan penatalaksanaan gangguan integritas kulit khususnya diaper dermatitis pada anak.

Objective: This literature review aimed to propose nursing intervention based on scientific evidence for the prevention and management of skin integrity disorders especially diaper dermatitis in children.
Research Design: The literature review used various databases using keywords that include child, diaper dermatitis, diaper-free time, water, barrier, cleansing, diaper, and education. Based on the keywords, 394 related articles were obtained and then filtered using inclusion criteria including: a) an experimental study of the ABCDE concept; b) research carried out directly on children who use diapers and/or mothers, or research in the laboratory; c) skin barrier used in intervention is not included in pharmacological therapy; d) the literature uses English or Indonesian; and e) literature published in the last 10 years period. Then, 55 articles that fit the inclusion criteria were filtered out with ] exclusion criteria including: a) the publication available was only abstract; and b) published research has not been completed.
Intervention Recommendations: Based on the screening process, 31 articles were obtained in accordance with the criteria. After extracting and analyzing 31 articles, the author attempted to establish an intervention recommendation from the ABCDE (Air, Barrier, Cleansing, Diapering, Education) concept that can be applied to prevent and treat children with dermatitis diapers.
Conclusion: The intervention recommendation from the ABCDE Concept are based on a literature study that has been analyzed so that it can be applied to prevent and treat diaper dermatitis in children in Indonesia. Furthermore, the results of this literature study are expected to be useful and possible to be applied by nurses in the prevention and management of skin integrity disorder especially diaper dermatitis in children."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Prihatini Dini Novitasari
"Salah satu prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yakni menurunkan prevalensi stunting pada baduta menjadi 14% di tahun 2024. Namun, hingga kini prevalensi stunting di Indonesia masih jauh dari target dan upaya yang dilakukan khususnya skrining stunting belum melibatkan deteksi faktor risiko stunting. Di sisi lain, fase seribu hari pertama kehidupan sangat esensial bagi kehidupan anak kedepannya, termasuk status kesehatan dan gizinya. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara status kesehatan dan gizi selama seribu hari pertama kehidupan dan stunting pada anak usia 0-23 bulan. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional untuk menganalisis data sekunder Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 pada 6554 anak usia 0-23 bulan dan ibunya yang terbagi menjadi 3 kelompok, yakni usia 0-5 bulan, 6-11 bulan, dan 12-23 bulan dan dianalisis menggunakan analisis regresi logistik ganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa BBLR dan riwayat IMD berhubungan signifikan dengan stunting pada anak usia 0-5 bulan, sedangkan usia gestasi dan waktu pertama MP-ASI berhubungan signifikan stunting pada anak usia 6-11 bulan (p-value <0,05). Di sisi lain, faktor yang berhubungan signifikan dengan stunting pada anak usia 12-23 bulan yakni BBLR dan panjang lahir (p-value <0,05). Selanjutnya, faktor yang paling dominan mempengaruhi stunting pada anak usia 0-5 bulan, 6-11 bulan, dan 12-23 bulan secara berturut-turut yakni BBLR (OR 2,557; 95%CI: 1,126 – 5,806), usia gestasi ketika lahir (OR 1,485; 95%CI: 1,048 – 2,104), dan panjang lahir (OR 1,692; 95%CI: 1,323 – 2,165). Jadi, BBLR, prematur, dan lahir pendek menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian stunting pada anak usia 0-23 bulan dan sebaiknya skrining/deteksi stunting dilakukan secara berkala dengan melibatkan berbagai faktor risiko tersebut.

One of the priorities of the 2020-2024 National Medium-Term Development Plan (RPJMN) is to reduce the prevalence of stunting in under-fives to 14% in 2024. However, until now the prevalence of stunting in Indonesia is still far from the target and the efforts being made specifically for stunting screening have not involved risk factor of stunting. On the other hand, the phase of the first thousand days of life is essential for children's future life, including their health and nutritional status. For this reason, this study aims to identify the relationship between health and nutritional status during the first thousand days of life and stunting in children aged 0-23 months. This study used a cross-sectional design to analyze secondary data from the Basic Health Research (Riskesdas) 2018 on 6554 children aged 0-23 months and their mothers divided into 3 groups of age, such as 0-5 months, 6-11 months, and 12-23 months and analyzed using multiple logistic regression analysis. The results of this study indicate that LBW and history of early initiation of breastfeeding are significantly related to stunting in children aged 0-5 months, while gestational age and the time of first complementary breastfeeding are significantly related to stunting in children aged 6-11 months (p-value <0.05). On the other hand, factors that are significantly related to stunting in children aged 12-23 months are LBW and birth length (p-value <0.05). Furthermore, the most dominant factors influencing stunting in children aged 0-5 months, 6-11 months, and 12-23 months respectively are LBW (OR 2,557; 95% CI: 1,126 – 5,806), gestational age at birth (OR 1,485; 95% CI: 1,048 – 2,104), and birth length (OR 1,692; 95% CI: 1,323 – 2,165). So, LBW, premature and short birth length are the factors that most influence the incidence of stunting in children aged 0-23 months and the screening of stunting should be carried out regularly by involving these various risk factors."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library