Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putriyanny Ratnasari
"Sistem mutu yang konsisten wajib ada pada Pedagang Besar Farmasi (PBFagar perbekalan farmasi yang disalurkan terjamin keamanan, khasiat, dan mutunya. Usaha yang dapat dilakukan PBF dalam menjaga mutu perbekalan farmasi adalah dengan menerapkan dua aspek dalam CDOB. Aspek pertama adalah Aspek Inspeksi Diri dan yang kedua adalah Aspek Keluhan, Obat dan/atau Bahan Obat Kembalian, Diduga Palsu dan Penarikan Kembali yang terdapat dalam pedoman teknis Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Bagaimana kedua aspek tersebut diterapkan oleh PBF PT. Masiva Guna selama rangkaian proses distribusi berlangsung menjadi tema dalam penelitian ini. Penelitian ini bersifat observasional dengan tahap pelaksanaan: observasi pada kegiatan harian PBF; wawancara dengan Apoteker Penanggung Jawab (APJ), supervisor, serta staf; dan studi literatur. Hasilnya, aspek pertama dilakukan melaui audit internal dan audit mutu setiap enam bulan. audit mutu dilakukan oleh pihak eksternal yaitu dinas Kesehatan, sedangkan inspeksi diri dilakukan oleh tim audit internal. APJ berperan untuk memastikan terlaksananya audit. Inspeksi diri dilakukan dengan mengecek pemenuhan persyaratan pada form daftar periksa yang telah disusun APJ berdasarkan daftar periksa dari Badan POM dan hal yang akan berpengaruh pada untung dan rugi perusahaan. Aspek Kedua dilakukan melalui service level (Serlev) untuk menangani keluhan dengan segera dan menyediakan prosedur tertulis untuk penanganan dan penerimaan obat dan/atau bahan obat kembalian. Penerapan aspek inspeksi diri dan aspek keluhan, Obat dan/atau Bahan Obat kembalian, diduga palsu dan penarikan Kembali pada PBF PT. Masiva Guna telah sesuai dengan CDOB.

A consistent quality system must be own by Pharmaceutical Wholesalers (PBF) so that the safety, efficacy and quality of the pharmaceutical supplies are guaranteed. Efforts that PBF can make to maintain the quality of pharmaceutical supplies are by implementing two aspects of Good Distribution Practices (GDP). The first aspect is the Self-Inspection and the second is the Aspect of Complaints, Returned Medicines and/or Medicinal Ingredients, Suspected of being Counterfeit and Recalls which are contained in the technical guidelines of GDP. How these two aspects are implemented by PBF PT. Masiva Guna during the series of distribution processes is the theme of this research. This research is observational. the implementation stages are: observation of PBF's activities; interviews with the Pharmacist in Charge, supervisors and staff; and literature study. As a result, the first aspect is carried out through internal audits and quality audits every six months. Quality audits are carried out by external parties (Health Service), while self-inspections are carried out by the internal audit team. APJ plays role in ensuring the implementation of the audit. Self-inspection is carried out by checking the fulfillment of the requirements on the checklist form prepared by APJ based on the checklist from the BPOM and matters that will affect the company's profits and losses. The second aspect is carried out through the service level program to handle complaints immediately and provide written procedures for handling and receiving returned medicines and/or medicinal substances. Implementation of both aspects at PBF PT. Masiva Guna is GDP compliant.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putriyanny Ratnasari
"Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan upaya pemastian pengobatan yang diberikan kepada pasien aman, efektif, dan rasional. PTO dilakukan pada pasien dengan kriteria yang sesuai dalam Kepmenkes RI No. 72 Thn 2016. PTO dilakukan pada pasien RSUP Fatmawati, yaitu Rumah Sakit Pusat Rujukan Daerah Jakarta. Pasien terpilih mendapatkan diagnosis utama Sindrom Koroner Akut (SKA) disertai hipokalemia, hipertensi, pneumonia, Diabetes Miletus Tipe 2 dan Cedera Ginjal Akut. PTO dilakukan pada periode 03 Juli 2023–30 Agustus 2023 sebagai bentuk penelitian observasional deskriptif bersifat prospektif yang dituangkan dalam karya tulis. Tahapan penelitian meliputi: penseleksian pasien berdasarkan kriteria; pencatatan identitas, hasil pemeriksaan dan pengobatan pasien terpilih secara berkesinambungan; melakukan interpretasi hasil pemeriksaan penunjang dan tanda vital; evaluasi tata laksana, kesesuaian dosis, efek samping, dan interaksi obat; analisis DRP dengan metode PCNE dan SOAP; merekomendasikan penyelesaian Drug Related Problem; analisis pengobatan antibiotik. Hasil analisis menunjukkan terdapat kode P1.2 efek terapi obat tidak terlalu optimal dalam pemberian Diltiazem, nitrokaf, dan ceftriakson karena pemberian dosis dibawah anjuran literatur, landasan dokter adalah pasien menerima obat lainnya dengan efek terapi serupa sehingga dosis disesuaikan dengan respon pasien. Interaksi obat-obat yang terjadi adalah kategori C dan disarankan melakukan pemantauan timbulnya ADR. Analisis alur gyssens menunjukkan pemilihan antibiotik dalam pengobatan pneumonia belum sesuai dengan PNPK tatalaksana pneumonia 2023 dan pengobatannya diputuskan rawat jalan. Disimpulkan mayoritas pengobatan sudah sesuai dengan indikasi, dosis literatur, dan respon pasien relatif membaik.

Drug Therapy Monitoring (PTO) is an effort to ensure that the treatment given to patients is safe, effective and rational. PTO is carried out on patients who meet the criteria in the Republic of Indonesia Minister of Health Decree No. 72 of 2016. PTO is carried out on patients at Fatmawati Hospital, namely the Jakarta Regional Referral Center Hospital. Selected patients received a primary diagnosis of Acute Coronary Syndrome (ACS) accompanied by hypokalemia, hypertension, pneumonia, Diabetes Miletus Type 2 and Acute Kidney Injury. PTO was carried out in the period 03 July 2023–30 August 2023 as a form of prospective descriptive observational research outlined in written work. Research stages include: patient examination based on criteria; Recording identity, examination results and continuous treatment on selected patients; interpret examination results and vital signs; evaluation of management, dose suitability, side effects, and drug interactions; Drug-Related Problems (DRP) analysis using the PCNE and SOAP methods; providing solutions to DRP; analysis of antibiotic treatment. The results of the analysis show that there is code P1.2, the therapeutic effect of the drug is not very optimal in administering Diltiazem, Nitrocaf, and ceftriaxone because the given dose is under literature recommendations. The drug-drug interactions that occur are category C and recommended to monitor the emergence of ADRs. Gyssens Flow Analysis shows that the choice of antibiotics in the treatment of pneumonia is not in accordance with the 2023 PNPK for pneumonia management and the treatment is decided as an outpatient basis. It was concluded that most of the treatments were in accordance with the indications, dosages in the literature, and the patient's response was relatively improved"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putriyanny Ratnasari
"PT. Forsta Kalmedic Global (FORSTA) merupakan perusahaan manufaktur alat Kesehatan dan diagnostik yang menerapkan Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik (CPAKB) agar mutu produk yang dihasilkan terjaga. Forsta melakukan Audit Internal secara berkala untuk memverifikasi bahwa Departemen Produksi masih melakukan pemenuhan terhadap CPAKB dan ISO 13485:2010. Temuan audit internal dibuatkan Corrective Action Preventive Action (CAPA) sebagai tindak lanjut. Penulis dilibatkan secara aktif dalam kegiatan audit internal dan pembuatan CAPA sehingga mengangkat kegiatan tersebut sebagai pokok bahasan penelitian observasional kemudian dituangkan dalam laporan PKPA. Metode yang digunakan adalah observasi, wawancara dan studi literatur. Hasilnya, audit dilakukan oleh tim audit internal berdasarkan ”Checklist Audit Temuan” yang dirumuskan berdasarkan CPAKB dan ISO 13485: 2016. Tim terdiri dari Lead Auditor dan tim audit. Audit internal departemen produksi dilaksanakan pada 6 September 2023 dilakukan oleh tim inspektor penjamin mutu (QA) dan tim inspektor pengendali mutu (QC). Audit meliputi area produksi yaitu: gowning, janitor, staging, primary packaging, suture attaching, broth filling, petri filling, cleaning, mixing, autoclave, natural suture, weighing, koridor produksi, secondary packaging, dan ante room. Audit internal Departemen Produksi menghasilkan 21 temuan. 15 temuan tergolong dalam temuan minor, sedangkan sisanya tergolong rekomendasi. 16 memerlukan penyelesaian administrasi yaitu pemerataan SOP melalui form berita acara kepada QA sebagai CA dan PA berupa melakukan inspeksi diri secara berkala terhadap SOP alat/mesin/prosedur, data tersebut terus diperbaharui dan melakukan koordinasi dengan QA. 5 temuan lainnya memerlukan koordinasi dengan Departemen Engineering. Audit internal departemen produksi yang dilakukan oleh FORSTA dan penyelesaiannya telah sesuai dengan CPAKB dan diharapkan dapat menjaga mutu perusahaan.

PT. Forsta Kalmedic Global (FORSTA) is a medical and diagnostic equipment manufacturing company that applies GMP (Good Manufacturing Practice) for medical device so that the quality of the products produced is maintained. Forsta carries out regular Internal Audits to verify that the Production Department is still complying with GMP and ISO 13485:2010. Internal audit findings create Corrective Preventive Actions (CAPA) as a follow-up. Author was actively involved in internal audit and CAPA creation, thereby highlighting these activities as the subject of observational research which was then outlined in the PKPA report. The methods used are observation, interviews and literature study. As a result, the audit was carried out by an internal audit team based on the "Audit Findings Checklist" formulated based on CPAKB and ISO 13485:2016. The team were from Quality Assurance (QA) and Quality Control (QC). The internal audit of the production department was carried out on September 6 2023. The audit covers every production room. The Production Department's internal audit produced 21 findings. 15 were categorized as minor, 6 were classified as recommendations. 16 requires administrative completion, namely distributing SOPs through the minutes form to QA as CA and PA in the form of carrying out regular self-inspections of SOPs for tools/machines/procedures, this data continues to be updated and coordinated with QA. The other 5 findings require coordination with the Engineering Department. The internal audit of the production department carried out by FORSTA and its completion is in accordance with GMP and expected to safeguard the company’s quality"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putriyanny Ratnasari
"Obat LASA (Look Alike Sound Alike) merupakan obat-obatan yang secara penampilan dan/atau bunyi mirip. Obat–obatan LASA termasuk dalam obat – obat high alert, yaitu obat yang perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan terjadinya kesalahan/kesalahan serius dan berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan. Penyimpanan obat–obat LASA sesuai aturan menjadi penting untuk diterapkan dalam rangka menjaga keselamatan pasien. Penelitian ini bersifat observasional deskriptif dengan tahapan: pendataan obat LASA dari data “Master Obat Puskesmas Kecamatan (PKC) Duren Sawit per Mei 2023 untuk kategori “Nama Sama Kekuatan Berbeda”, “Nama Sama Sediaan Berbeda”, dan “Tall Man Lettering”; Observasi dan pendataan obat LASA kategori “Nama Berbeda Bentuk Kemasan Serupa” di ruang farmasi PKC Duren Sawit; observasi bagaimana penyimpanan obat LASA; evaluasi penyimpanan terhadap Petunjuk Teknis Standar Pelayanaan kefarmasian di Puskesmas tahun 2019. Hasilnya, obat LASA di PKC Duren Sawit terdiri dari obat: “Nama Sama Kekuatan Berbeda”, “Nama Berbeda Kemasan Serupa”, “Nama Sama Sediaan Berbeda”, dan Obat Tall Man lettering (Nama Berbeda Pengucapan Mirip). Mayoritas pasangan obat LASA telah diletakkan dijeda dengan non-LASAnya, diberi stiker LASA pada wadah obat, serta memisahkan letak penyimpanan jika berbeda sediaan atau syarat suhu penyimpanan. Namun penerapan Tall Man Lettering belum dilakukan sehingga perbaikan perlu dilakukan. Penyimpanan beberapa obat LASA di PKC Duren Sawit telah memenuhi aspek umum dan beberapa telah memnuhi aspek khusus dalam aturan penyimpanan pada Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
LASA (Look Alike Sound Alike) drugs are drugs that are similar in appearance and/or sound. LASA drugs are high alert drugs because they need to be carefully watched because of the serious errors that can happen and have a high risk of causing undesirable effects. LASA drugs storage’s rule is important to implement to maintain patient safety. This research was descriptive observational, with stages: recording LASA drug from data from the Duren Sawit District Health Center Medicine (PKC Duren Sawit) Master Data as of May 2023 for the categories "Same Name, Different Strength", "Same Name, Different Dosage Form", and "Tall Man Lettering"; Observation and data collection on LASA drugs in the "Different Names and Similar Packaging" category in the PKC Duren Sawit pharmacy room; observing how LASA medication is stored; storage evaluation towards the Standard Technical Instructions for Pharmaceutical Services at Community Health Centers in 2019. As a result, LASA drugs at PKC Duren Sawit consisted of drugs: "Same Name, Different Strengths", "Different Names, Similar Packaging", "Same Name, Different Preparations", and Tall Man Medication. lettering (Different Names Pronounced Similar). The majority of LASA drug pairs have been placed separately from their non-LASA counterparts, given a LASA sticker on the drug container, and separated storage locations if there are different preparations or storage temperature requirements. However, the implementation of Tall Man Lettering has not been carried out so improvements need to be made. The storage of several LASA drugs at PKC Duren Sawit has fulfilled the general aspects and some have fulfilled the specific aspects storage rules in the Standard Technical Instructions for Pharmaceutical Services at Community Health Centers"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putriyanny Ratnasari
"Pasien diabetes melitus dengan komorbid hipertensi tergolong dalam pasien penyakit kronis yang mengalami complex/multiple chronic conditions. Pasien ini menjalani pengobatan seumur hidup dan sukar menghindari interaksi obat-obat karena banyaknya obat yang dikonsumsi. Demi meningkatkan pemahaman pasien mengenai interaksi obat membahayakan yang dapat terjadi, apoteker sebagai care-giver dan communicator berusaha menginfokan interaksi tersebut melalui Poster Kesehatan. Mayoritas pasien Apotek Kimia Farma Kranggan (KFA Kranggan) adalah pasien Program Rujuk Balik (PRB) yang berusia lanjut dan memiliki pengobatan berpola sehingga penulis menganalisis apa saja interaksi obat yang dapat terjadi pada pengobatan pasien PRB dengan diagnosis DM berkomorbid hipertensi. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan keamanan pengobatan. Penelitian dilakukan dengan pendataan obat antidiabetes dan antihipertensi untuk Pasien Rujuk Balik yang tersedia di KFA kranggan pada April 2023, dilanjutkan studi literatur menggunakan pustaka drug interaction checker yaitu Stockley’s Drug Interaction 9th Edition dan Lexicomp.com. Hasilnya terdapat tiga interaksi utama yang berkategori C, antara lain: antidiabetes dan antihipertensi golongan beta blocker yang beresiko manimbulkan hipoglikemia yang tidak terdeteksi; antidiabetes dengan antihipertensi agen hiperglikemik, yaitu furosemid yang dapat mengurangi efek terapeutik agen antidiabetes; serta antidiabetes dengan antihipertensi golongan diuretik thiaziddiuretik yang bekerja seperti thiazid, yaitu dapat merusak sensitivitas insulin, meningkatkan resistensi insulin, meningkatkan konsentrasi insulin basal, dan meningkatkan konsentrasi glukosa plasma. Informasi tersebut dikemas dalam “Poster Kesehatan” berukuran A3 dan ditempel pada dinding area tunggu apotek. Informasi penting dalam poster seperti jenis obat yang berinteraksi, efek interaksi yang ditimbulkan, kategori interaksi dan penanganannya diharapkan dapat mengedukasi pasien.
Diabetes mellitus patients with comorbid hypertension are classified as chronic disease patients who experience complex/multiple chronic conditions. These patients undergo lifelong treatment and difficult to avoid drug-drug interactions because of polypharmacy. In order to increase patient understanding regarding dangerous drug interactions that can occur, pharmacists as care-givers and communicators try to provide information about these interactions through Health Posters. The majority of Kimia Farma Kranggan Pharmacy (KFA Kranggan) patients are from Referral Back Program (PRB) program who are elderly and have patterned treatment. The author analyzes drug interactions possibly occur in the treatment of PRB patients with a diagnosis of DM with hypertension comorbidity which is expected to increase the treatment’s safety. The research was carried out by collecting data on antidiabetic and antihypertensive drugs for PRB patients available at KFA Kranggan in April 2023, followed by a literature study using the drug interaction checker library (Stockley's Drug Interaction 9th Edition and Lexicomp.com). The results showed that there were three main interactions in category C, including: antidiabetic and antihypertensive beta blockers (causing undetected hypoglycemia); antidiabetic with antihypertensive hyperglycemic agents ( furosemide can reduce the therapeutic effect of antidiabetic agents); and antidiabetics with antihypertensives in the thiazide diuretic group-thiazides like diuretics, (damaging insulin sensitivity, increasing insulin resistance, basal insulin concentrations, and plasma glucose concentrations). This information is packaged in an A3 sized "Health Poster" and put on the pharmacy waiting area. It is hoped that important information in the poster, such as the type of drug that interacts, the interaction effects, the interaction category and treatment, can educate patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library