Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riana Hapsari
"Berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004, kewenangan pengajuan permohonan pernyataan pailit terhadap Perusahaan Efek termasuk Manajer Investasi hanya dapat dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Namun dalam kenyataannya, terdapat kasus permohonan pernyataan pailit yang diajukan selain oleh OJK dan diterima pengadilan. Terhadap Manajer Investasi yang telah dinyatakan pailit oleh pengadilan, kemudian timbul permasalahan mengenai kewenangan pengelolaan Reksa Dana dari Manajer Investasi yang pailit. Kemudian OJK sebagai regulator pasar modal juga memiliki peranan yang besar namun hingga saat ini belum ada landasan hukumnya. Terkait permasalahan tersebut, bagi kasus permohonan pernyataan pailit kepada Manajer Investasi yang diajukan selain oleh OJK seharusnya tidak dapat diterima dan terhadap Manajer Investasi yang sudah dinyatakan pailit tidak memiliki kewenangan lagi untuk mengelola Reksa Dana. Sedangkan OJK harus segera membuat landasan hukum terkait peranan OJK dalam pengajuan permohonan pernyataan pailit terhadap Perusahaan Efek.

According to the law number 37 of 2004, the authority to file a petition for a bankruptcy declaration to securities companies including investment managers can only be exercised by the Financial Services Authority (OJK).  However, there are cases of bankruptcy declaration filing that were submitted other than by the OJK and accepted by the court.  For an investment manager who has been declared bankrupt by the court, then a problem arises regarding the authority to manage Mutual Funds from the bankrupt Investment Manager. Then, OJK as the capital market regulator also has a big role but there is no legal basis, until now. In relation to this problem, the case for a bankruptcy declaration to an Investment Manager that submitted by other than the OJK should not be accepted and an Investment Manager who has been declared bankrupt does not have the authority to manage Mutual Funds. Meanwhile, OJK has to immediately make a legal basis regarding its role in submitting a petition for a bankruptcy declaration for  securities company."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tutut Riana Hapsari
"Pasien yang telah menjalani Intervensi Koroner Perkutan (IKP) masih ada yang mengalami keluhan baik klinis maupun mental. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya pemahaman terkait literasi kesehatan pada PJK. Pada pasien PJK penting untuk meningkatkan kemampuan literasi kesehatan yang dapat dilihat dari kemampuan manajemen diri agar dapat meningkatkan kualitas hidup. Perawat memegang peranan penting dalam penyampaian literasi kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi korelasi antara literasi kesehatan, manajemen diri dengan kualitas hidup pasien PJK, merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif analitik korelasi dan pendekatan cross sectional dengan beberapa kriteria inklusi pada 127 reponden. Analisis data menggunakan analisis deskriptif, uji korelasi Spearman Rank dan regresi linier berganda. Hasil penelitian didapatkan Sebagian besar responden berjenis kelamin pria, berkisar pada usia 59 tahun, memiliki pendidikan rendah, berpenghasilan di bawah UMR Kotamadya Surakarta, mayoritas tidak memiliki kecemasan, memiliki cardiac self efficacy yang baik. Terdapat hubungan yang bermakna antara literasi kesehatan dan kualitas hidup, terdapat hubungan yang bermakna antara manajemen diri dengan kualitas hidup. Masih diperlukan penelitian lain untuk mengeksplorasi variabel lain yang mempengaruhi kualitas hidup pada pasien penyakit jantung koroner yang telah menjalani Intervensi Koroner Perkutan

Patients who have undergone Percutaneous Coronary Intervention (CCI) still experience both clinical and mental complaints. This is due to a lack of understanding regarding health literacy in CHD. In CHD patients it is important to improve health literacy skills which can be seen from self-management skills in order to improve quality of life. Nurses play an important role in the delivery of health literacy. This study aims to identify the correlation between health literacy, self-management and the quality of life of CHD patients, is a quantitative study with a descriptive analytic correlation design and a cross sectional approach with several inclusion criteria in 127 respondents. Data analysis using descriptive analysis, Spearman Rank correlation test and multiple linear regression. The results showed that most of the respondents were male, around 59 years old, had low education, earned below the minimum wage of Surakarta Municipality, the majority did not have anxiety, had good cardiac self-efficacy. There is a significant relationship between health literacy and quality of life, there is a significant relationship between self-management and quality of life. Other studies are needed to explore other variables that affect quality of life in coronary heart disease patients who have undergone Percutaneous Coronary Intervention."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library