Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rieke Diah Pitaloka I.P.
"Dongeng Putri Salju atau dalam bahasa Belanda dikenal dengan Sneeuwwilje, adalah sebuah dongeng klasik yang terkenal di seluruh dunia. Dongeng ini pertama kali terbit pada tahun 1812 dalam sebuah buku kumpulan dongeng berbahasa Jarman, Kinder-und Hausmcrrchen, ditulis oleh Grimm bersaudara. Dongeng ini kemudian terbit dalam berbagai bahasa balk sebagai buku kumpulan dongeng maupun sebagai sebuah buku cerita. Isinya pun beraneka ragam, ada yang merupakan saduran dari versi awal, tetapi ada pula yang merupakan versi baru. Begitu pula yang terbit dalam bahasa Belanda. Pada tahun 1998 dua buah penghargaan yaitu Gouden Griffel dan Woutertje Pieterse diberikan pada sebuah versi barn Sneemvwuje, yang berjudul Zwart als inkl, karya Wim Hofman. Kedua penghargaan itu diberikan oleh dua yayasan yang memberikan perhatian terhadap buku-buku anak di Belanda yang dianggap memiliki nilai sastra dan mempunyai keistimewaan balk dari segi isi maupun bentuk. Analisis struktur dan isi yang dilakukan dalam skripsi ini akan menggali kelebihan Zwart als inks dibandingkan versi-versi lain. Selain itu akan dipaparkan Pula perubahan-perubahan apa raja yang dilakukan Hofman, sehingga Zwart als inks dianggap layak memperaleh kedua penghargaan tersebut. Sebagai bahan perbandingan maka dua versi lain, yaitu Snreeuwwitje versi esselaar dan Van den Heuvel, turut dianalisis dengan batasan masalah yang sama."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S15796
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rieke Diah Pitaloka I.P.
""Penelitian ini adalah sebuah upaya untuk memperlihatkan bagaimana berbagai tindakan kekerasan berawal dari ketidakmampuan berpikir dan menilai secara kritis. Kedua hat tersebut terjadi akibat para pelaku terkondisikan menganggap kekerasan, termasuk kejahatan, sebagai hal yang bisa, wajar, atau lumrah. Hannah Arendt menyebut sikap tersebut sebagai banality of evil (banalitas kejahatan). Manusia yang menjadi pelaku banalitas kejahatan tidak memiliki kesadaran dan mengalami ketumpulan nurani. la hanya bersandar pada otoritas di luar dirinya. Ia tidak pemall,.melakukan pengujian dalam dirinya, pengujian antara Aku dan Diriku, tidak berani bertatapan dengan ""kediriannya"". Hal ini yang menyebabkan manusia yang bersangkutan tak lagi mampu membedakan antara yang benar dengan yang salah, yang bik dengan yang jahat, yang indah dengan yang buruk. Selanjutnya ia akan menganggap kekerasan dan kejahatan sebagai hal yang biasa. Tanpa paksaan ia akan terlibat banalitas kejahatan. Sikap banal bukan sesuatu yang otonom, namun memiliki keterkaitan dengan modernitas, kekuasaan, dan kekerasan negara. Fenomena banalitas kejahatan menunjukkan adanya interaksi antara aktor (pelaku) dan sistem. Sistem yang tidak menerapkan aksi komunikatif dalam kekuasaan membuat pikiran masyarakat menjadi dangkal. Sementara itu, dalam diri aktor juga ada disposisi yang membuat sistem dapat diberlakukan. Dengan demikian, banlaitas kejahatan lahir karena di satu pihak system politik yang berjalan mengkondisikan masyarakat untuk mengadaptasi kekerasan. Di lain pihak pada masyarakat sudah ada disposisi terhadap kekerasan, dalam dua bentuk masyarakat yang muncul akibat modernitas, yaitu masyarakat apatis yang apolitis dan masyarakat pragmatis yang cenderung enggan memikul tanggung jawab sebagai warga negara.""
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T37534
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library