Ditemukan 1 dokumen yang sesuai dengan query
Rio Heykhal Belvage
"Penelitian etnografi ini mencoba memahami kondisi yang terjadi pada masyarakat di kawasan garis depan (frontier) Sumatra Selatan dan Kalimantan Barat di tengah arus besar kuasa investasi dan eksploitasi sumber daya alam. Introduksi pembangunan dan tawaran kemakmuran merangsek terus-menerus hingga mempertaruhkan kehidupan mereka sendiri. Relasi historis mereka dengan lingkungan perlahan-lahan tersingkirkan. Penelitian ini memilih dua karakteristik masyarakat yang berada di lahan gambut; Pertama, masyarakat lokal Dayak Kanayatn di Desa Teluk Bakung, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat dan Kedua adalah kehadiran masyarakat transmigrasi di Desa Banyubiru, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan. Dua tempat ini mewakili dua karakteristik masyarakat, yakni masyarakat tempatan dan pendatang. Keduanya kini bermukim di kawasan yang oleh negara didefinisikan sebagai wilayah Kesatuan Hidrologi Gambut (KHG). Dengan memaparkan fenomena antropologis di dua lokasi KHG, penelitian ini berargumentasi bahwa eksistensi masyarakat di kawasan gambut kian terhimpit ruang hidupnya. Upaya-upaya restorasi di tengah kian meluasnya kapitalisme ekstraktif, bila tidak ditangani secara hati-hati, beresiko mengkonversi kompleksitas sistem sosial menjadi rumus-rumus teknis pembangunan belaka.
This study aimed to understand the conditions of two communities in the frontier regions of West Kalimantan and South Sumatra amidst a great flow of investment and exploitation of natural resources. The development program and the offer of prosperity continuously come until it risks their own lives. Furthermore, the relation between community’s history and the environment is gradually ignored. This study was conducted in two locations which represented different community characteristics. First, the community of Dayak Kanayatn in Teluk Bakung village, Sungai Ambawang subdistrict of Kubu Raya district, West Kalimantan, representing local people. Second, transmigrants in Banyu Biru village, Air Sugihan subdistrict, Ogan Komering Ilir district, South Sumatra, representing the immigrant. These two locations represented two characteristics of the community: the local and immigrant community. Both of them are now living in areas of Peatland Hydrological Units (KHG). By using ethnography approach to describe anthropological phenomena in two KHG areas, this study argued that the living space of community in the peatland is increasingly shrunk. If the restoration efforts in the midst of increasingly widespread extractive capitalism is not carefully handled; thus, it is at risk of converting the social system complexity into mere technical development formulas."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2019
900 HAN 2:2 (2019)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library